Selasa, 22 Oktober 2019

Calon Menteri?

Hari ini banyak nitizen yang inbox ke FP saya, umumnya menanyakan mengapa Prabowo dipanggil ke Istana? apa betul dia ingin jadi menteri. Ternyata segitu doang nilai Prabowo. Ada juga yang bertanya mengapa tim sukses Jokowi seperti Eric, Wisnu , Fadjroel, diangkat jadi menteri. Padahal dalam dunia bisnis mereka engga begitu bagus prestasinya, gimana mau mengemban amanah jabatan menteri dengan tantangan yang berat. Mengapa dari profesional non partisan justru yang muncul tim sukses ? Kalau Nadiem Makarim, is ok lah. Dia memang sukses dan jenius sebagai pendiri Gojek. Sebagai pemilih Jokowi, saya tidak ingin menjawab yang terkesan mempertanyakan integritas Jokowi.

Ada yang berspekulasi bahwa itu hanya pintu masuk Prabowo jadi presiden bila Jokowi dan Mahruf amin berhalangan tetap. Makanya Prabowo perlu jabatan Menhankam. Karena Menhankam otomatis jadi Pejabat penggati presiden. Engga begitu. Bukan hanya menteri pertahanan pegang jabatan presiden tetapi juga Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, Jabatan itu bersifat kolektif. Tetapi itu hanya sementara saja. Paling lama 30 hari , MPR harus sudah bersidang menentukan penggantinya. Siapa yang mengajukan penggantinya ? Kalau lihat dari hasil pemilu sekarang, maka yang berhak adalah PDIP dan Gerindra. Nah nanti akan dipilih calon dari kedua partai pengusung itu lewat sidang MPR. Kalau ternyata yang menang calon dari PDIP ya pengganti presiden dan wakil dari PDIP. Dan lagi untuk bisa presiden dan wakil berhenti serentak hampir tidak mungkin terjadi. Kecuali ada bencana. Jangan onani terus. Apa engga capek.

Yang jelas walau pemilihan calon menteri itu adalah hak prerogatif Presiden, namun tetap saja peran partai sangat besar menentukan siapa yang pantas jadi menteri. Jokowi sadar itu dan dia tidak bisa paranoid kepada partai. Dia hanya mengambil sisi positip saja. Kalau memang ada dari partai yang bagus dan qualified, mengapa tidak. Tetapi tentu ada kontrak politik. “ Ingat loh, yang bertanggung jawab terhadap Kabinet adalah saya. Nah kalau ternyata ada anggota kabinet yang tidak bisa kerja sesuai visi saya, maka pemecatan adalah keniscayaan. Itu hak saya, dan tidak perlu saya minta pendapat anda.” Kira kita begitu sikap Jokowi kepada elite partai.

Soal Prabowo yang mungkin jadi menteri, itu mungkin saja karena deal dengan Ibu Mega. Saya ambil sisi positip saja. Saya anggap biasa saja. Tidak ada yang luar biasa. Bahwa bagi prabowo berpolitik itu satu hal, tetapi menerima amanah dari presiden terpilih adalah kehormatan. Orang lupa bahwa Prabowo itu chemistry nya adalah Militer dan dia dididik puluhan tahun patuh dan loyal kepada pimpinan negara. Dia setia dengan UUD 45 dan Pancasila. Walau ada sebagian orang merasa bisa mengendalikan Prabowo dengan idiologi non pancasila, itu hanya prasangka mereka sendiri. Terlalu baper dalam politik dan terkesan onani politik.

Kalau ternyata Probowo tidak bisa melaksanakan amanah Jokowi, itupun pasti dipecat Jokowi. Keberanian Jokowi memilih Prabowo sama beraninya kalau nanti dia harus pecat prabowo. Itu udah karakter Jokowi. Ukurannya kinerja terbaik untuk rakyat. Apapun untuk kebaikan rakyat akan dia lakukan. Jokowi tidak akan ragu soal itu.

Saya percaya Jokowi. Yang jelas siapapun yang terpilih jadi Menteri itu bukanlah berkah, tetapi cobaan besar. Bisa melambungkan mereka , tetapi bisa juga menghancurkan reputasi mereka kalau gagal. Kalau dibilang tim sukses Jokowi adalah anak emas, kurang apa Anies itu?. Dia ketua Tim sukses Jokowi waktu pilpres 2014 dan terpilih sebagai menteri. Tapi karena miskin prestasi atau engga mampu menjalankan visi Jokowi, ya dipecat juga akhirnya.

***
Kemarin teman politisi dan juga aktifis undang saya makan. Saya setuju saja. Karena saya tahu dia terpilih sebagai anggota DPR. “ Tapi jangan direstoran mewah ya bro..Maklum belum gajian aku.”
“ Maksud kamu ?
“ karena aku undang kamu , ya aku yang traktir”
“ Sejak kapan kamu traktir aku. Selama ini aku terus yang bayar. Kita berteman. Aku pengusaha dan kamu aktifis. Biasa saja. Udahlah. Santai aja.”
“ Tapi bro, kali ini aku harus berubah. Aku ingin traktir kamu.”
“ Ya udah. Dimana makannya ?
“ Di Plaza Indonesia. “
“ Di Cork and Screw.”
“ Bukan. Itu Cafe jongkok pinggir jalan kebon kacang.”
“ Eh, busyet. Gua ada masalah lambung. Sangat sensitip dengan micin. Wah repot. Lebih mahal biaya berobatnya entar daripada harga makananya.”
“ Tapi aku mau makan di sana. AKu traktir. “
“ Hmm. Ya udah. “

Jam 2 akhirnya saya bertemu juga dengan teman itu. “ Kamu tahu kenapa sih Prabowo mau saja di calonkan jadi menteri, menteri petahanan kebinet Jokowi “

“ Dari sejak PDIP jadi oposisi, PDIP ingin sekali memodernisasi TNI agar NKRI kuat. Apalagi era perang dingin usai, perang phisik sudah berganti menjadi perang asimetris. Yang membutuhkan kekuatan inteligent hebat dan butuh organisasi TNI yang modern. Itu butuh anggaran tidak sedikit. Mengapa ? Sebagai partai Idiologi, PDIP sadar bahwa pada akhirnya pengawal Idiologi negara adalah TNI. Yang jadi masalah adalah, keberadaan TNI bukan lagi sebagai institusi fungsional. Tetapi ditempatkan secara UU sebagai politik negara. Artinya kemana arah pembinaan TNI tergantung kepada elite politik di DPR.

Contoh, di era SBY anggaran Pertahanan TNI sangat rendah. Hampir setiap saat kita mendengar alutsista TNI memakan korban prajurit TNI karena sudah tua. Nah di era Jokowi, Kementerian Pertahanan menerima anggaran sebesar Rp 86,4 triliun pada 2014. Pada 2015, anggaran itu meningkat cukup signifikan hingga Rp 108,7 triliun. Angka itu meningkat pada 2016 dengan anggaran senilai Rp 112,4 triliun. Tahun 2017, anggaran Kementerian Pertahanan kembali meningkat hingga Rp 114,9 triliun. Tahun 2018 menjadi Rp 170,7 triliun. Ini alokasi paling tinggi. Anggaran terbesar kedua adalah untuk Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dengan Rp 107,4 triliun.” Kata saya panjang lebar.

“ Nah itu kan udah gede anggaran. Lebih gede dari anggaran infrastruktur. Mau berapa lagi ? Katanya

“ Tetapi bagi PDIP anggaran pertahanan masih belum cukup untuk mengawal idiologi NKRI. Dalam debat keempat Pilpres 2019 Prabowo kan mempermasalahkan apakah anggaran pertahanan Indonesia Indonesia sudah memadai? Prabowo mengatakan bahwa anggaran militer kita hanya 0,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Itu sangat rendah. Bandingkan dengan Singapura sebesar 3%.”

“ Terus kalau PS jadi menteri pertahanan, gimana ?

“ Dia punya konsep untuk berdebat dihadapan DPR untuk menggolkan anggaran TNI. PS melihat peran TNI bukan hanya pasukan taktis menghadapi serangan dari luar tetapi juga serangan dari dalam negeri, yaitu para proxy yang berbungkus agama dan idiologi anti pancasila. Dia sangat mengenal medan dan tahu siapa saja mereka itu. Karena PS secara tidak langsung pernah berteman dengan mereka. Setidaknya bisa menempatkan TNI bukan hanya politik negara tetapi juga politik pemerintah dalam perang asimetris.”

“ Ah itu kan alasan dibuat buat saja. Emang kita punya musuh dari dalam negeri ? jangan paranoid lah”

“ Bukan paranoid. Itu fakta. PDIP perlu Prabowo untuk mendukung menggolkan rencana amandemen UU 45 secara terbatas , agar masalah SARA ada dalam Tap MPR. Dalam satu hal PDIP punya chemistry sama soal materi amandemen UUD 45 terbatas itu. Yaitu membuat negara kuat dalam menjaga idiologi pancasila dari segala upaya yang ingin mengubahnya. Jadi kalau Prabowo jadi menteri pertahanan, cara cara menyelesaikan radikalisme akan ekstrim, tak ubahnya dengan rezim Soeharto.” Kata saya.

“ Wah gimana nasib teman teman yang tadinya berjihad dan beritjihad membela PS pada pilpres kemarin?
“ Ingat engga lagu waktu kita masih muda. “
“ Lagu apa ?
“ Kegagalan cinta. Yang dilantunkan oleh Rhoma irama.
Kau yang mulai kau yang mengakhiri
Kau yang berjanji kau yang mengingkari
Kalau tau begini akhirnya
Tak mau dulu ku bermain Politik…"
“ Sialan luh ah. Segitunya “

“ Sante aja bro. Politik dan cinta, kan beda tipis. Mudah jatuh cinta, mudah juga benci. Makanya jangan terlalu berlebihan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...