Sabtu, 02 September 2017

Memahami APBN secara sederhana


Penghasilan Pak Dulah sebagai Guru honorer sebulan Rp.800.000. Itu pekerjaannya untuk 3 jam di sekolah SLTP. Dengan penghasilan sebesar itu pak Dulah harus menghidupi biaya rumah tangga dengan satu anak. Pengeluaran sebulan setelah di hitung mencapai Rp. 3.000.000, yang terdiri dari biaya transfortasi sebesar Rp. 500.000. Biaya makan Rp. 1.800.000. Biaya sewa rumah Rp. 700.000. Artinya defisit sebesar Rp. 2.200.000. Lantas bagaimana Pak Dulah bisa bertahan hidup dengan biaya lebih besar dari pendapatan tetapnya ?

Perhatikan solusi yang dikakukannya. Pertama dia membeli motor dengan kredit. Dengan uang gaji dia pakai untuk uang muka pembelian motor sebesar Rp. 300.000. Cicilan sebesar Rp. 800.000 sebulan untuk jangka waktu 3 tahun. Motor itu digunakannya untuk pergi mengajar. Artinya ada penghematan sebesar Rp.500.000/Bulan biaya transfortasi. Sepulang mengajar, motor itu digunakan untuk ngojek dengan penghasilan bersih rata rata sebulan Rp. Rp. 1500.000. Kemudian di bantu istrinya , dia membuka warung depan rumah. Untuk modal , dia menarik kredit dari koperasi simpan pinjam sebesar Rp. 3 juta. Dengan cicilan sebesar Rp. 300.000 sebulan. Dari usaha warung rumahan itu , diperoleh pendapatan rata rata bersih sebulan Rp. 1500.000.0.

Sekarang perhatikan struktur anggaran rumah tangga Pak Dulah.
Penerimaan
Gaji honorer                                      = Rp.    800.000.
Pendapatan dari ngoject                    = Rp. 1.500.000
Pendapatan dari Usaha warung           = Rp. 1.500.000
Penghematan transfortasi                   = Rp.    500.000
Total penerimaan adalah                    = Rp. 4.300.000.0
Pengeluaran
Belanja rutin                                     = Rp. 3.000.000
Cicilan motor                                     = Rp.    800.000
Cicilan hutang koperasi                      = Rp.    300.000
Total pengeluaran                              =Rp. 4.100.000

Selisih surplus antara penerimaan dan pengeluaran adalah Rp. 200.000. Nah Rp. 200.000 ini disebut dengan ruang fiskal bagi keluaga Pak Dulah. Ini bebas dia gunakan. Tapi Pak Dulah tidak gunakan uang ini untuk konsumsi makan di mall atau piknik. Tapi ditabung untuk biaya investasi anak sekolah , juga biaya pendidikan Pak Dulah untuk kuliah lagi dan sebagian di gunakan meningkatkan modal bagi usaha rumahannya agar semakin besar peluang menghasilkan penerimaan. Berlalunya waktu semakin besar penerimaan, semakin besar kemampuan berhutang, maka Dulah membeli rumah agar biaya sewa tidak perlu ada lagi. Diapun memperluas usahanya menjadi pedagang kelontongan di pasar tradisional yang dibantu istrinya. Apalagi Pak Dulah sudah jadi sarjana berpeluang mendapatkan karir lebih baik.

Cerita tentang Pak Dulah ini pernah diterapkan oleh Jepang dan Korea ketika awal membangun setalah perang korea dan perang dunia kedua. Korea dan Jepang tidak punya sumber pendapatan yang bisa menutupi anggaran negaranya. Benar benar minus. Tapi AS memberikan pinjaman dalam rangka restorasi perang kepada Korea dan Jepang. PInjaman ini tidak di pakai untuk konsumsi tapi produksi dan investasi. Pemerintah berhutang lebih 300% dari PDB. Apakah akhirnya jepang dan korea bangkrut ? tidak. Malah berkat hutang dari AS itu mereka menjadi negara maju dengan tingkat pendapatan diatas rata rata negara berkembang. Artinya hutang berperan besar meningkat ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Begitu pula dengan Pak Dulah yang sukses melewati hidup yang keras berkat hutang.

***
Ada lagi cerita. Pak Somad seorang Pegawai swasta. Gajinya sebulan Rp. 10.000.000. Tapi pengeluaran sebesar Rp. 13.000.000. Artinya defisit sebesar Rp. 3 juta rupiah. Somad sepakat dengan istrinya bahwa mereka akan berhutang maksimum sebesar 3 % dari total hartanya. Total hartanya Rp. 300 juta. Artinya mereka bisa berhutang maksimum sebesar Rp. 9 juta. Nah karena defisit hanya sebesar Rp. 3 juta atau 1 % dari harta maka mereka berani berhutang menutupi defisit. Tapi hutang itu tidak menyisakan ruang fiskal apapun. Karena semua hutang itu habis untuk belanja rutin.

Apa yang terjadi dari tahun ketahun hutang terus bertambah karena gali lobang tutup lobang. Akibatnya perbandingan antara hutang dengan harta mencapai 80%, Akhirnya terpaksa harta dijual untuk bayar hutang. Mengapa sampai begitu ? karena setiap berhutang habis untuk belanja rutin. Tidak tersisa untuk produksi yang bisa meningkatkan harta. Padahal apabila hutang bertambah namun harta produktif juga bertambah, maka rasio hutang terhadap harta tidak akan naik karena ada penghasilan tambahan menyertai harta produktif. Apa yang terjadi pada Somad, juga terjadi pada pemerintahan Bolivia, venezuela, Italia, Yunani. Defisit ditutupi dari hutang namun ruang fiskal sangat kecil sekali.

Sebetulnya yang terjadi di Era SBY hampir sama. Ruang fiskal tidak cukup untuk bangun bandara atau pelabuhan atau kawasan industri. Karena sebagian besar habis untuk konsumsi. Akibatnya sejak 2011 ketika penerimaan menurun belanja terus meningkat defisit ditutup dari hutang. Walau rasio defisit dibawah 3% dari PDB namun tidak ada peningkatan harta. Makanya perbandingan hutang terhadap PDB terus meningkat. Tapi untung di era Jokowi kebijakan anggaran diubah. Bagaimana perubahan itu?

Katakanlah penerimaan sebesar Rp. 100 juta rupiah. Pengeluaran Rp. 120 juta. Artinya defisit sebesar Rp. 20 juta. Kalau PDB sebesar Rp, 1 miliar maka perbanding defisit terhadap PDB sebesar 2%. Ini jelas aman dibawah pagu 3% yang ditetapkan oleh DPR. Tapi tidak ada ruang fiskal untuk produksi dan investasi yang dilakukan Jokowi untuk ekspansi. Kalau Jokowi pertahankan platform APBN seperti SBY maka tidak akan ada pembangunan insfrastruktur. Lambat namun pasti Indonesia akan terjebak hutang tanpa ada peningkatan PDB secara significant. Keputusan yang diambil adalah pemangkasan belanja rutin. Tapi penerimaan juga menurun karena krisis global. Memang tidak ada defisit setelah pemangkasan anggaran itu. Tapi juga tidak ada ruang fiskal untuk ekspansi. Sementara hutang masa lalu harus terus dibayar sebagai belanja rutin.

Nah agar bisa ekspansi maka pos pengeluaran ditambah lagi sebesar ruang fiskal yang di inginkan agar pertumbuhan ekonomi terjadi. Dampaknya APBN jadi defisit. Defisit ini ditutupi dari hutang. Tapi semua hutang digunakan untuk investasi yang bisa memacu produksi dan peningkatan pendapatan. Apa yang terjadi ? Walau hutang bertambah tapi harta ( PDB) juga bertambah, dan rasio hutang terhadap PDB juga tidak berpengaruh significant. Apa yang dilakukan oleh Jokowi kurang lebih sama dengan Dulah tapi Jokowi masih lebih baik karena masih ada harta. Beda dengan Dulah yang mengawali dari nol atau defisit gigantik. Kuncinya sama halnya dengan Dulah, bukan seberapa besar hutang atau rasio hutang tapi sejauh mana focus kepada produksi bukan konsumsi, Makanya kerja keras dan efisien adalah keniscayaan dan sukses akan terjadi sebagaimana sunatullah.

Mendekati Tuhan.


Di suatu pagi yang cerah , diteras Hotel ketika sarapan pagi saya terlibat pembicaraan santai dengan teman. Sedikit saya cerita, teman ini Yahudi tulen. Dia mengharamkan babi, dan miras. Dia juga termasuk wanita yang sangat menjaga moral. Sangat santun kepada orang lain. Sangat menjaga komitmen bisnis. Kadang terkesan naif. Karena dia tidak bisa bernegosiasi penuh hospitality seperti SPG. Tapi saya suka dengan dia karena sebagai banker dia memang enak diajak diskusi. Dan tentu cantik. Demikian tentang dia.

“ Bisnis apa yang sangat mudah mendatangkan uang ? Katanya dengan raut serius. “Mana ada sekarang yang mudah mendatangkan uang. Semua sedang susah. Krisis.” kata saya dengan cuek.

“ Dulu tahun 32 an ketika terjadi great depresi dunia, semua orang terpuruk. Tapi etnis Yahudi menemukan titik lompatan terbaik dalam sejarah. Sampai kini kami memimpin peradaban dunia kapitalis. “ katanya.

“ Mengapa ? “ Kata saya terkejut

“ Kalau ingin lihat bagaimana kaum terbaik di planet ini maka lihatlah ketika krisis. Kalau mereka bisa unggul maka dialah sesungguhnya terbaik” Katanya dengan ciri khas Yahudinya.

“ Ok , saya bisa pahami. Tapi apa yang dilakuka Yahudi ketika krisis itu ?

“ Ketika krisis, banyak rumah tangga oleng, banyak orang muda dan lajang memadati cafe dan Bar, banyak orang memenuhi tempat ibabah. Semua berusaha mencari pengalihan masalah hidupnya yang takut mati kelaparan, takut rumah tangga hancur, takut dengan masa depan. Mereka juga menemukan cara membenci siapa saja termasuk pemerintah. Semua itu membuat mereka bisa bertahan dari kegagalan dan kekecewaan hidup. “

“ Dan Yahudi?

“ Kami mendapatkan keuntungan dari keadaan itu. “

“ Bagaimana ?

“ Kami tidak menjual miras dan tidak juga mengkonsumsinya tapi memproduksinya dan orang lain yang melakukannya dengan memadati Bar dan Cafe. Ketika mimbar kotbah ditempat ibadah semakin padat pengunjung sebagai seni panggung menghibur orang menemukan fantasinya lewat firman Tuhan. Kami menerbitkan banyak buku agama dari sang pengkotbah. Kami juga mengundang pengkotbah untuk memberikan siaran rohani di Radio. Semua itu mendatangkan uang dari penerbitan buku dan Iklan Radio. Dari itu semua kami mendapatkan kekayaan dan survive ditengah krisis. “

“ Oh. Paham saya. Tapi bagaimana kalau tidak ada krisis ?

“ Kembali kami memprovide bisnis fantasi. Orang kaya atau orang miskin sama sama suka fantasi. Hanya sudut pandang saja yang berbeda. Orang kaya yang miskin jiwa, suka berfantasi tentang kekayaan jiwa. Mereka menjadi konsumtif apa saja yang bisa memuaskan jiwanya. Orang china membangun pabrik dengan upah murah, dan hasilnya hanya laba kecil. Kami tidak membangun pabrik besar tapi menciptakan merek besar agar 1000 unit harga produksi china setara dengan 1 unit produk bermerek kami punya. Semua barang di etalage bermerek mahal ada disetiap outlet mewah dan selalu dipadati oleh orang yang ingin mendapatkan fantasi itu.

Orang miskin harta ditengah kerumunan orang kaya selalu ingin mendapatkan fantasi kekayaan harta. Tempat ibadah ramai di kunjungi orang dan para mentor menanamkan fantasi sorga kepada mereka. Bahwa kekayaan harta di sorga tak terbilang besarnya dibandingkan dengan kehidupan dunia. Dan kami mengundang pengkotbah ke stasiun TV untuk acara Talk show, yang mendatangkan uang iklan tak terbilang. Dari kegiatan on air , juga off air yang terorganisir oleh EO hebat, juga mendatang iklan dan sponsor tak terbilang. Kami menjadi mitra hebat bagi para pengkotbah itu. “ Katanya.

“ Selalu ada cara mendatangkan laba”

“ Dan …” Katanya ingin melanjutkan karena merasa saya tercerahkan

“ Apa lagi ?

“ Ketika dunia semakin sesak. Manusia semakin sulit bertatap muka. Individualisme terbangun dengan sendirinya. Semua diukur dengan pamrih. Pada saat itu kami menyediakan IT sistem yang dilengkapi jarigan sosial media , agar orang menciptakan ilusi terhadap dirinya sendiri, dan mengejek dirinya sendiri lewat postingan masturbasi kebahagiaan dan penderita, kemarahan , kekecewaan. Itu hanya dunia maya dan orang ramai tidak menyadari itu adalah maya, dan mereka baper. Akibatnya interaksi semakin meluas, meningkatkan traffic gateway internet membuat bisnis telekomunikasi untung besar, perusahaan software kaya raya tanpa harus melibatkan buruh jutaan orang dan pemasaran tercipta dengan sendirinya untuk terus tumbuh bisnis semacam ini.”

“ Ah….begitu?

“ Dan, ketika krisis financial global terjadi. Kepercayaan orang kaya runtuh kepada institusi keuangan. Tapi kami menyediakan private fund business, yang menjadi agent beragam produk investasi dan mengontrol bursa. Hampir semua negara didunia kini tergantung kepada sistem pembiayaan dari private fund. Kami tidak menguasai dunia tapi kami mengontrol dunia. Tak perlu senjata dan pasukan teroris berani mati, tapi cukup memanfaatkan sifat orang banyak yang mengaku beriman tapi tak berTuhan. Mengaku bergama tapi tak beriman ” Katanya tersenyum.

“ Maksud kamu ?

“ Kalau orang banyak sadar akan Tuhan, bisnis fantasi dalam bentuk apapun tidak akan laku, bahkan kotbah yang mendatangkan donasi akan dijauhi orang. Kalau orang ber-Agama, dia tidak mendapatkan kebahagiaan dari materi dan kotbah agama tapi dari semangat memberi dan berbuat untuk memberi. “

“ Ya semakin orang malas memberi semakin dia menjauh dari Tuhan dan semakin kehilangan nilai nilai agama. Tentu semakin mudah dimangsa oleh predator. “

“ Dan ingat…” Katanya lagi. Tapi kali ini dia tersenyum.

“ Karena orang malas memberi , bisnis bank dan private fund semakin mudah mendatangkan laba tanpa harus kerja keras. Dan kami kuasai itu. “
***
Kita tidak disuruh memerangi iblis, bahkan tidak berhak membinasakan iblis. Karena iblis adalah ciptaan Tuhan. Tapi kita diminta oleh Tuhan untuk menghindari iblis. Caranya? Dekatlah kepada Tuhan. Dengan dekat kepada Tuhan maka iblis tidak akan berani menjangkau pikiran dan hati kita untuk memprovokasi kita menjauh dari Tuhan. KIta tidak diminta membenci manusia termasuk Yahudi. Tapi kita diminta menghindari sifat tamak dan lemah iman dengan cara dekat kepada Tuhan. Selagi kita dekat kepada Tuhan dan hanya Tuhan tempat berlindung maka apapun provokasi hidup yang menawarkan fantasi akan kita hindari. Akal kita berperan untuk mudah mengetahui bahwa itu omong kosong.

Pahamkan sayang

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...