Selasa, 07 Januari 2025

Cara Prabowo menghadapi hegemoni USD

 



90%  asset di dunia ini dikuasai oleh private dan corporate ( TNC/MNC). Negara hanya kuasai 1/3 saja. Asset APPLE dalam bentuk  Marcap sebesar USD 3,7 triliun. Itu sama dengan 3 kali dari PDB Indonesia. Atau sama dengan 7 kali PBD Singapore.  2 kali dari PDN ASEAN. Belum lagi Microsoft, Amazone, Tesla dan lain lain. Jadi paham ya.


Di dunia ini ada 9 finacial center. Yaitu New York, Boston, London Swiss, Luxemburg , Toronto, Hong Kong, Singapore dan Dubai. 90% asset di dunia ini terdaftar di 9 kota itu. Semua investor punya rekening di salah satu Financial center itu. Mengapa itu menjadi pilihan? Karena 9 kota itu di endorse oleh system moneter AS yang terkenal sangat solid dan teruji hukumnya atas dasar prinsip demokrasi. Tentu sebagian besar dalam mata uang USD. 


Semua corporat dan investor itu  tidak pernah menghormati negara yang tidak menjamin demokratisasi dan tidak konsisten dalam menerapkan law enforcement. Mereka tidak mempan politik pencitraan. Mereka lebih tahu isi perut elite. Semua konglo Indonesia punya rekening di Singapore. Holdng company Sinar Mas unit bisnis Agribisnis dan food (GAR) di Singapore. Holding company Salim ada di Hong Kong ( First Pacific International) dan Singapore ( Diamond Bridge). Begitu juga lainnya. Artinya sejatinya mereka engga percaya dengan sistem Indonesia bisa mengamankan hartanya.


Disamping itu bagi investor yang paling penting adalah likuiditas. Likuiditas itu terkait dengan trust dan transfarance. Nah asset USD sangat likuid di market dan tingkat depreciasi nya sangat rendah dibandingkan negara lain. Walau China besar tapi kan engga jual Bond di pasar global. Market nya hanya domestic. Artinya China tidak siap transfarance. RMB memang diperdagangkan secara global tapi kan di quota oleh China. Engga bebas. Sementara Jepang, india dan Rusia kan depreciate asset sangat besar. Karena defisit anggaran sangat besar dan utang public sangat besar. Dan tidak mudah direstruktur. Kalaupun bisa, engga likuid.


Jadi mengapa cerita dedolarisasi itu terkesan halu? Karena tidak ada satupun negara di dunia ini yang mampu menjaga trust seperti AS. Dan karenanya tidak ada Investment holding ( MNC /TNC ) berani menempatkan portfolio mereka diatas 20% dalam mata uang negara lain. Selalu diatas 80% portfolio asset mereka dalam USD. Hegemoni USD itu bukan pada AS nya tetapi pada sistem nya yang kuat dan transfarance.


Bagaimana dengan Billateral SWAP mata uang? Walau sudah ada SWAP bilateral agreement antara negara untuk menghindari transaksi dalam USD. Namun tetap aja ada hedging. Mengapa? Kan engga ada negara yang mau tanggung resiko kurs. Dan mana ada swasta mau rugi karena kurs. Mau engga mau walau lewat SWAP tetap aja ada hedging. Nah pasar hedging siapa yang pegang? Ya AS lagi. Paham ya.


Artinya, kalau ingin menggantikan USD sebagai mata uang dunia, cukup pastikan saja system demokrasi jalan dan transfarance.  Itu yang sangat sulit bagi negara selain AS. Ada banyak negara BRICS yang menerapkan demokrasi tetapi tidak berani transfarance. Transfarance itulah yang paling sulit dalam system negara dimana kekuasaan menjadi lokomotif pertumbuhan. Kan seharusnya yang jadi lokomotif adalah public. Atau apa yang disebut kepemimpinan meritokrasi.


Masuknya Indonesai sebagai anggota BRICS, tidak ada agenda ingin ikut dedolarisasi. Engga mungkin. Sebagian besar cadangan devisa kita dalam mata uang USD. Cadangan emas saja kalah dengan Singapore. Sebagian besar kewajiban financial luar negeri kita dalam mata uang USD. Kita juga dapat fasilitas Special drawing right dari IMF dalam mata uang USD. BI juga dapat fasilitas dari the Fed berupa Repo-line untuk mengamankan cadev. Artinya  moneter kita sangat bergantung dengan faktor eksternal, dalam hal ini USD. 


So untuk apa Indonesia jadi anggota BRICS? Untuk bargain aja di hadapan AS. Agar setidaknya AS dan Eropa tidak menunda nunda keanggotaan Indonesia di OECD. Mengapa ? Sebagai anggota OECD lebih mudah menarik capital dari luar negeri guna menjaga stabilitas IDR. Ya numpang Trust dari OECD. Ya, kita perlu likuiditas valas, tanpa itu moneter kita tumbang. Dalam hal ini saya harus hormat kepada kejeniusan dan keberanian Prabowo. Semoga risiko sudah diperhitungkan dengan baik terutama ancaman dari Trump yang akan menaikan tarif dagang kepada negara anggota BRICS

Sabtu, 04 Januari 2025

Demi jalan Gibran jadi Presiden 2029

 




Soal penghapusan Presidential threshold, MK berpendapat Pasal 222 UU Pemilu tak sejalan dengan prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, hak memperjuangkan diri secara kolektif, serta kepastian hukum yang adil sebagaimana termaktub pada Pasal 27 ayat (1), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) UUD NRI Tahun 1945. Menko bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan Yusril Ihza Mahendra menyatakan putusan MK itu final dan mengikat.


Padahal sebelumnya  berkali kali masyarakat mengajukan yudicial review ke MK terkait dengan ketentuan Presidential threshold 20%, termasuk Yusril Ihza Mahendra, Rocky Gerung dkk. Tetapi selalu gagal. Karena memang menurut Anwar Usman selama ini Jokowi menolak penghapusan presidential threshold. Namun entah mengapa, mendadak MK membuat kejutan yang fenomenal. Mengapus ketentuan presidential threshold. Apa pasal ?


Engga mungkin MK bisa mendadak berubah. Suka tidak suka, objektifitas MK sudah tercemar oleh kepentingan politik penguasa.  Apakah keputusan MK ini atas tekanan dari Presiden Prabowo? Kalau iya, apa manfaat Politik bagi Prabowo yang kini presiden ? Sejak adanya keputusan MK itu, keberadaan KIM Plus udah tidak penting lagi kalau tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan sampai dua periode. 


Apalagi dengan adanya keputusan MK ini, keberadaan koalisi partai  tidak lagi menentukan untuk orang jadi kontestan Pilpres. Partai yang baru berdiri saja bisa mengusung sendiri calon presiden/wapres. Toh pada akhirnya orang tidak memilih partai tapi memilih tokoh. Misal, kalau Anies dan Ahok bergabung, kemudian diusung oleh Partai Buruh atau Partai Amanah, itu akan jadi pesaing yang berat. 


Bagaimana dengan Pilpres 2029? Sebagai personal, Prabowo punya basis dukungan yang kuat. Dia juga presiden. Sehingga dia punya sumber daya besar untuk unggul selangkah sebagai petanaha. Hanya saja dengan keadaan ekonomi ke depan yang dibayangi oleh ketidak pastian ekonomi global dan perang dagang China-AS, sangat sulit bagi Prabowo dapatkan credit point untuk meningkatkan elektoralnya. Kelemahan ini bisa dimanfaatkan oleh lawannya yang tidak ada dalam pemerintahannya.


Yang pasti dengan adanya keputusan MK ini. Keadaan politik berubah. Orkestra koalisi sudah jadi music usang. Politik akomodasi akan bubar tengah jalan. Tentu keberadaan KIM plus tidak lagi penting amat bagi Prabowo.  Masing masaing partai tergabung dalam KIM juga bersiap siap mendekati tokoh yang berpotensi untuk dijadikan capres. 


Esensi dari tulisan saya ini adalah siapa yang menggerakan MK sehingga berani membuat keputusan fenomenal terkait dengan runtuhnya kartel politik kekuasaan? “ bisa jadi itu bagian dari strategi dari team nya Jokowi. Karena mungkin tersudut. Tidak ada invitation partai besar ajak Jokowi atau Gibran sebagai Pimpinan Partai, yang menentukan bandul politik. Sementara mereka punya target Gibran maju pada Pilpres 2029. 


Ya kalau begitu, bisa jadi keputusan MK melapangkan jalan Gibran maju pada Pilpres 2029. Walau tidak bergabung ke Golkar atau Gerindra atau tanpa koalisi pun. PSI bisa jadi kendaraan. Apalagi driver nya adalah adiknya sendiri. Projo dan afiliasinya akan bergabung bersama PSI menjadi mesin politik memenangkan Gibran.” Kata teman. Entahlah.


Yang jelas selama ini, Gibran selalu tampil dalam acara politik populis seperti uji coba program Makan Siang Bergizi. Memberikan bantuan langsung kepada korban bencana. Membuka istana wapres sebagai pusat pengaduan. Tampil dihadapan tokoh agama.  Singkatnya dia menjauh dari hiruk pikuk gelombang PHK dan aksi demo kenaikan PPN. Sepertinya itu masalah presiden, bukan urusan dia. Citranya harus dia jaga terus sebagai media darling.


Namun politik itu dinamis. Tidak seperti jalan datar. Jalan berliku dan penuh jebakan. Politik kekuasaan adalah perang tanpa jeda. Setiap aktor selalu ada di front line. Yang pertama kali dikorbankan adalah teman dekat sendiri. Selalu begitu. Mengapa? Teman terdekat itu yang paling berpotensi berambisi menghabisi, bukan musuh. Prabowo sangat paham itu. Apalagi Jokowi. Gibran manut bapak saja.

Minggu, 29 Desember 2024

Siapa pemilik uang sebenarnya ?

 




“ itu buku ditulis oleh Mouhammed.” Kata saya kepada penumpang wanita yang duduk disebelah saya dalam penerbangan Jakarta Beijing. Usia sekitar 40 an. Dia membuka kacamata dan tersenyum kepada saya. “ Gimana ? anda sudah baca buku ini.” Kata wanita itu. Artinya dia tidak keberatan saya sapa.


“ Pernah baca. Itu Analisa ekonomi dan business dengan pendekatan matematika. Hanya saja jadi rumit bagi orang awam. Karena dia menggunakan matematika advanve. Aljabar matrix dan Kalkulus. Ya model quantitative. “ 


“ Makanya saya sulit pahami. Tapi karena dalam buku ini banyak contoh aplikasinya, jadi tertarik. Ya sekedar tertarik doang. “


“ Yang harus kamu pahami dulu adalah metodelogi perhitungan matrix dan kalkulus dalam konteks ekonomi dan bisnis. Kalau kamu sudah pahami metodelogi nya, akan mudah kamu pahami Analisa quantitative. Sama dengan belajar ilmu fisika dan Kimia. Kan kita harus pahami rumus dasar.” Kata saya.


“ Boleh tanya pak ?


“ Silahkan.” 


“ Kemarin ada pertemuan antara Gubernur BI dan Menkeu. Dari berita, katanya pemerintah akan keluarkan SBN lewat pasar sekunder dimana BI sebagai investor. Bisa jelaskan apa maksud SBN pasar sekunder  “ tanyanya.


Pasar sekunder ? ya semacam limited offer atau penawaran terbatas. Kalau dalam dunia private Equity, limited offer itu dibatasi kepada 12 investor maksimum. Karena sifatnya limited offer, ya transaksi dilakukan secara OTC ( over the counter ). Aturan bersifat B2B. Paham ya.


Nah dalam konteks SBN, penawaran hanya kepada BI saja. Jadi BI sebagai pembeli SBN. Mengapa ? karena mudah dan tidak berdampak kepada suku bunga dan yield yang tervolatilitas di market. Maklum kan sifatnya tertutup ( bukan public offering). Darimana BI dapat duit? Ya lewat pelonggaran kuantitas atau Bahasa kampung, cetak uang. Selesaikan. Mudah kan.


Kok begitu? Kan engga boleh cetak uang? Benar. Kalau cetak secara langsung. Tetapi ini kan cetak uang lewat financial engineering atau structure fund. Gimana caranya? SBN yang BI beli itu akan berubah jadi asset financial. Asset itu dijadikan underlying dalam penerbitan SRBI ( sertifikat rupiah BI). Market akan percaya. Apalagi rate SRBI sesuai dengan lelang terbuka. Transparance.


Tapi apakah itu akan berdampak inflasi ? tidak. Karena uang dari pembelian SBN oleh BI itu tidak dipakai pemerintah untuk belanja. Tapi untuk dipompa ke perbankan, agar likuiditas jadi longgar. Sehingga bank bisa ekspansi kredit dan sector real bangkit lagi. Tuh lihat aja. Baru rencana, Kemarin beberapa emiten besar sudah dapat kredit dari perbankan.


“ Segitunya pemerintah bela perbankan dan konglomerat.” Katanya meyimpulkan.


Ya, begitu system bekerja. Karena mesin ekonomi itu kan konglomerat yang menyumbang devisa, penyerapan Angkatan kerja, sumber 80% penerimaan pajak. Dan driver nya perbankan. Apakah cara itu wajar? Tentu wajar kalau dilakukan dalam keadaan darurat. Dan kita memang secara financial sedang krisis. Dianggap darurat karena system likuiditas tidak jalan.


Jadi sebenarnya dalam system kapitalis selalu ada solusi financial, bahkan dalam kondisi terburuk. Benar. Tapi tentu dengan syarat. Apa syarat itu? Pemerintah yang kredibel. Dan itu ditandai dengan indek demokrasi yang sehat. Tapi kalau indek demokrasi buruk. Kebijakan SBN structure itu bisa membuat rupiah jatuh. Market anggap pemerintah culas dan hanya ingin mempertahankan kekuasaan.  Sorry to say, fuckout !


“ Semua negara berhutang. Semua konglo berhutang. Semua bank perlu hutang  (DPK). Rakyat kejebak Pinjol. Proses ini terus terjadi sampai sekarang. Artinya kan engga mungkin proses itu terus terjadi tanpa ada yang menggerakan likuiditas. Jadi siapa yang punya uang berlebih sebenarnya ? tanya nya.


“ Sejak adanya pengetahuan tentang financialisasi asset. Uang tidak lagi berupa lembaran kertas, coin atau rekening bank. Tetapi sudah berkembang menjadi beragam jenis asset yang tidak bedanya dengan uang. Mengapa ? kan uang itu sejatinya alat tukar. Nah kalau ada asset sekuritas yang likuid dan dapat diperturkarkan di pasar, kan sama aja dengan uang. Apalagi negara menyediakan rekening Trustee pada system non bank. Rekening itu mudah dimobie sama seperti uang tunai.


Nah dengan adanya system seperti itu, uang bukan lagi nominal nya tetapi value nya. Kamu simpan uang di bank. Itu bego. Karena value nya jatuh akibat depresiasi kurs dan inflasi. Tetapi kalau uang itu berupa asset sekuritas yang likuid, tanpa kerja nilai uang terus naik dan kamu dapat passive income. Artinya money working for you. Engga you working for money.


Jadi mengapa uang selalu ada? Ya, karena permintaan selalu ada, dan system memungkinkan uang di create lewat sekuritisasi asset. Contoh value saham naik 100 kali lipat. Kan nominal uang nya engga berubah. Tetapi asset tertulis 100 kali lipat. Nah saat ada permintaan uang, asset itu di leverage lewat mekanisme pasar, seperti Repo, credit link note, asset back securities dan lain lain. Sehingga bisa memenuhi permitaan akan uang tunai. Secara tidak langsung terjadi peningkatan quantitative uang tanpa lewat cetak uang secara tradisional.


Dari system seperti ini, kita bisa tahu. Siapa yang mampu mendelivery setiap permintaan uang dari negara, perbankan dan private ? ya mereka yang punya financial knowledge, yang punya akses ke pasar uang dan modal. Dan itu tidak banyak. Mungkin jumlahnya tidak lebih 1000 orang di dunia ini. Merekalah sebenarnya penguasa ekonomi dalam arti sesungguhnya. Sampai sampai setiap kebijakan pemerintah harus mendengar saran mereka. Seperti privatisasi BUMN, penentuan suku bunga SBN, BI-rate dan peningkatan tarif pajak dan pengurangan ekspansi sosial dan lain lain. The fund  menentukan segala galanya. 


Dia mengangguk dan terdiam. “ Saya tidak bisa komentar apa apa lagi. Itu menguatkan saya belajar dan tuntaskan buku ini. Saya ingin jadi elite financial global” katanya tersenyum.


“Bapak ke Beijing  urusan bisnis ? tanyanya.


“ Ah engga. Hanya ketemu teman aja. Besok saya pulang. Hanya semalam di Beijing.” Kata saya.


“ Kerja bapak apa ?


“ Juru doa.” Kata saya.


“ Pendeta ? 


Saya senyum aja.



Kamis, 05 Desember 2024

Pertumbuhan berkeadilan.

 


Di satu wilayah banyak terdapat tanaman herbal dan singkong. Banyak pedagang dari kota datang membeli panen singkong dan tanaman herbal. Pedagang semakin kaya. Industri berkembang. Pemodal semakin Makmur. Pemda dapat PAD. Mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi. Namun petani tetap miskin.  Begitu cerita dari waktu ke waktu. Pemuda dari kota datang ke desa. Dia ingin mengubah keadaan. Orang desa mendengar rencananya, dan termotivasi ingin berubah walau dalam batas putus asa. Mereka membentuk koperasi.


Koperasi itu membuat industry kecil dengan sarana apa adanya. Petani gotong royong membangunnya. Walau dengan sederhana, namun bisa mengolah singkong jadi gula cair atau molases. Ampasnya dia olah jadi  kemasan pengganti plastic atau disebut dengan plastic biodegradable. Daun herbal diolah dengan mesin pengering ( cold drier )  menjadi powder. Sehingga tahan disimpan tanpa kehilangan kualitas saat masuk proses industry pharmasi. 


Produksi molases mereka jual ke pabrik minuman ringan low calorie. Umumnya produk untuk konsumsi kelas menengah atas. Yang memang sedang trendy. Product kemasan dijual ke super market kelas menengah atas yang peduli kepada eco-green. Begitu juga daun herbal yang sudah jadi powder atau ekstrak. Mudah dijulal kepabrik pharmasi. Karena pasokan terjamin. Mereka bisa dapat kontrak jangka Panjang. Nilai tambah berlipat. 


Awalnya jalan itu berat dan tentu tidak mudah. Namun mereka telah sepakat untuk berubah. Apa yang terjadi kemudian? Mereka mendapatkan kepastian pasar dengan harga yang mereka sepakati sendiri dan mendapatkan laba dari pengolahan hasil pertanian. Mereka bisa memotong rente tataniaga dan menghasilkan produk yang kompetitif sehingga diterima oleh pabrik pengolahan akhir. Dalam tiga tahun desa miskin berubah jadi desa Makmur.


Cerita diatas bukan karangan. Tetapi itu terjadi di salah satu desa di China, di Hunnan. Apa yang terjadi pada desa itu, disebut dengan pertumbuhan iklusif. Apa itu pertumbuhan inklusif ? memberi akses kepada siapapun untuk menikmati pertumbuhan ekonomi. Dari kegiatan beproduksi, membeli, menjual dan meraih laba. Soal besar kecil tentu bergantung kepada kontribusinya. Namun semua dapat akses yang sama pada sumber daya yang sama. Ada keadilan terhadap sumber daya. Beda dengan tambang batubara atau nikel yang hanya diakses oleh pemodal besar. Masyarakat setempat hanya jadi buruh dan penonton.


Kalau Pemerintah ingin mencapai pertumbuhan 8% dengan mengandalkan mesin pertumbuhan, seperti industry ekstraksi mineral tambang  atau Industri IT  atau sumber daya alam lainnya, dan dengan metode seperti sebelumnya yaitu lewat spending APBN,  belanja pembangunan infrastruktur dan membagikan Bansos, yakinlah 8% itu terlalu tinggi ngayalnya. Era Jokowi saja dengan utang naik berlipat  atau 3,5 kali dari stok utang taun 2013 hanya bisa mencapai pertumbuhan tidak lebih 5%. Itupun bukan pertumbuhan eklusif.


Saran saya, kita jangan lagi focus kepada tingginya angka pertumbuhan berdasarkan angka pasar atau financialisasi PDB, tetapi focus kepada pertumbuhan inklusif. Tidak perlu terlalu tinggi ceritanya dengan bergaya seperti negara maju lewat industry canggih-yang kita sendiri belum kuasai-. Hanya memberi peluang asing menjarah SDA kita. Cukup dengan menerapkan kebijakan berbasis kepada kearifan local, semangat gotong royong dari semua sektor. Memberikan akses kepada siapapun untuk menjadi makmur dengan sumber daya yang ada. Itu down earth. Pasti sukses dan mensejahterakan. 


Caranya? Sederhana. Mulailah dengan tebang semua bisnis rente. China pada tahun 2008, menggunakan 3000 batalion tantara rakyat ( kader partai,  pasukan cadangan) untuk mengawal kebijakan reviltalisasi ekonomi desa.  Tahun 2018 China berhasil mengangkat 800 juta rakyat dari kubangan kemiskinan. Tidak sedikit para elite partai, kepala desa, aparat hukum mati di tebas pedang hukum anti korupsi. Kini walau pertumbuhan ekonomi Cina tidak lagi tinggi, namun pertumbuhan inklusif terjadi. 


Selasa, 19 November 2024

Dampak kebijakan Trump ..

 



Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Retorika hebat.  Proteksionisme pasar dia dengungkan terus sebagai pelangkap narasi ‘ Make American great again.” Itu yang terjadi ketika dia jadi presiden pada tahun 2017-2021. Pada Pemilu tahun ini retorika yang sama dia gunakan lagi. 


Memang disaat sebagian rakyat AS terpuruk, nasionalisme dalam jargon politik sangat laku dijual “ Seperti ungkapan dari Robert Lighthizer  di hadapan mahasiswa Harvard“ "Kita harus terus memisahkan ekonomi kita secara strategis dari Tiongkok, kata mantan pengacara perdagangan itu kepada para mahasiswa yang hadir. "Ini," tegasnya dengan suara serak, "adalah pertempuran kebijakan ekonomi utama warga Amerika yang patriotik untuk generasi mendatang."


Kalau anda pahami strutur industry AS dan sosial ekonomi AS, tentu anda bisa saja tertawa dengan jargon Trump itu. Mengapa ? Sejak AS menerapkan ekonomi berbasis comparative advance tahun 2000 an. Secara berlahan lahan Industri AS berfocus kepada design technology. Sementara pusat produksi pindah ke China, Taiwan, Korea, Jepang dan juga Eropa. Contoh sederhana. Apple tidak punya pabrik di AS tapi di China dan Taipeh. GE relokasi pabriknya ke China. Tesla, sebagian besar supply chain industrinya ada di China. Di AS hanya manufaktur. Begitu juga dengan yang lainnya.


Nah bayagkanlah. Kalau tarif tinggi ditetapkan oleh Trumps untuk produksi dari China, itu sama saja mematikan bisnis design technologi dan manufaktur korporat di AS. Dalam satu studi tahun 2024 menemukan bahwa tarif atas barang-barang Cina justru mengurangi jumlah pekerjaan manufaktur AS hingga 2,7%. Hal itu karena hilangnya lapangan kerja yang terkait dengan meningkatnya biaya input dan tarif pembalasan. Dan Presiden Biden merasakan dampaknya dari adanya perang dagang China-AS.


Kalau Trumps ingin lanjutkan perang dagang dengan lebih radikal, itu memang efektif menurunkan volume ekspor China ke AS. Yang rugi justru konsumen AS yang harus membayar tarif tersebut dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Dampaknya bisa inflasi. Dan ini akan memaksa The fed mempertahankan suku bunga  tinggi. Secara geopolitik kebijakan suku bunga tinggi ini berimbas serius terhadap ekonomi negara mitra dagang AS lainnya seperti Eropa, jepang, Korea, Taiwan dan tentu Indonesia. 


Selama masa kampanye, narasi Trump tentang peningkatan  tarif impor seperti magic word di hadapan pemilihnya. Dengan mengusulkan bea masuk setinggi 60% untuk barang-barang China, dan 10% hingga 20% untuk semua impor lainnya. Ia telah berjanji bahwa tarif tersebut akan membantu menciptakan lapangan kerja dengan adanya relokasi industry AS dari China untuk pulang kampung ke AS. 


Tetapi itu tidak mudah. Karena china melarang modal korporat asing keluar dari China, kecuali laba. Darimana duit untuk relokasi ke AS? Disamping itu, produktifitas pekerja AS tidak bisa menandingi pekerja China. Dimana mana motive business selalu  sama, yaitu lebih memilih pusat produksi yang tingkat  produktifitas nya tinggi dan secara output ekonomi tergolong murah. 


Pada akhirnya nanti Trump akan menyerah dengan sendirinya. Bukan karena tekanan China, tetapi resiko politik domestik akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh kebijakannya. Apalagi balasan china dengan menaikkan tarif impor produk pertanian. Semua tahu pemilih terbesar Trump adalah petani. Pasar pertanian AS di China seperti kedelai, gandum, daging, akan digantikan oleh Rusia. AS menghadapi dilemma antara kepentingan ekonomi domestic dan beban sejarah sebagai penyeimbang putaran USD. Masalahnya,  perubahan sosial dan budaya AS tidak siap bersikap atas dilemma itu.


***

“Saya akan katakan kami masih memiliki kemiskinan dalam skala besar, tingkat yang besar, yang saya bertekad untuk turunkan, dan kami memiliki persentase yang signifikan dari anak-anak kami yang kekurangan gizi,” kata Prabowo dalam pidato utama APEC CEO Summit di Lima Peru, pada Kamis, 14 November 2024, dikutip dari video Sekretariat Presiden.


Berbeda dengan pertemuan G20 di Bali pada November 2022. Jokowi membanggakan kesuksesan Indonesia mengatasi COVID dan menjaga pertumbuhan tetap positif. Di Lima, Prabowo membuang jauh kebanggaan itu. Dia tidak a ingin menutupi bopeng negerinya.


Menurut saya, itu politik cerdas. Bahwa fakta Indonesia dirugikan dalam globalisasi Kawasan. Janji negara maju me-write off utang negara berkembang tidak kunjung dipenuhi. Malah terus membanjiri utang yang menjerat batang leher. Yang sehingga ruang fiscal APBN semakin menyempit. Mengurangi power untuk mengeskalasi pertumbuhan yang berkeadilan.


AS dengan kebijakan moneternya memaksa negara emerging market nya untuk menguras dompet lebih banyak. Sehingga terpaksa anggaran untuk sosial dikurangi demi mengatasi volatilitas kurs mata uang. Dan China dengan stimulus nya semakin kuat daya saingnya dan membuat barang impor China jadi mahal. Pasar proteksi secara moneter membuat produk SDA negara berkembang seperti Indonesia semakin tidak bernilai harganya. Tidak cukup margin menutupi ongkos kerusakan lingkungan. Singa berbulu domba.


Satu satunya kelebihan Probowo adalah penguasaan nya terhadap geopolitk dan geostrategis. Dia tahu bagaimana bersikap secara poltik dan pada waktu bersamaan menguntungan kepentingan domestic. Dia pemain dalam arti sesungguhnya di panggung politik international. Dengan cerdas dia gunakan narasi keberpihakan dengan tegas terhadap Gaza. Begitu cara dia melawan AS. Dan kepada China, dia tidak akan mundur satu langkahpun di LCS.


Singkatnya dalam Bahasa kampung “ kalau kalian ( AS dan China) inginkan kami percaya, pastikan kami tidak dipihak yang dirugikan. “ Prabowo berani berkata begitu. Karena dia tahu arti kekuasaan sebagai presiden di negara yang sangat penting di APEC. Bayangkan,kalau selat malaka dan Lombok ditutup. AS dan China mau dagang lewat mana?

Sabtu, 09 November 2024

SDA hanya sekedar catatan saja.

 




Saya bersatire dalam postingan di DDB, “ PDB kita USD 1,3 Triliun. Marcap Apple usd 3,363 Trilion. Artinya Apple hampir 3 kali lebih kaya dari Indonesia. Padahal Apple bukan negara.” Sebenarnya ini kiasan tentang betapa timpangnya perbedaan walau esensinya dalam ekonomi sama. PDB itu persepsi terhadap financialisasi ekonomi negara dan  Marcap juga adalah persepsi terhadap financialisasi korporat. Walau dua hal keliatan berbeda namun esensinya sama, yaitu pasar. 


Dulu waktu sains belum ditemukan. Kemakmuran suatu wilayah atau negara ditentukan oleh sumber daya alamnya. Makanya terjadi kolonialisasi secara phisik. Yang kuat menjajah yang lemah. Yang kuat menguasai bangsa yang kaya akan SDA. Namun berjalanya waktu, manusia terus bertambah dan kebutuhan meningkat. Sementara sumber daya tidak berubah dan akhirnya menjadi terbatas. Maka terjadilah revolusi industry.


Peradaban modern tercipta, sains diagungkan. Hak privat dihormati. Dan korporat menjadi sumber daya tersendiri, sampai akhirnya sulit membedakan antara negara dan korporat. Karena keduanya saling mempengaruhi. Aliansi antara bisnis dan politik tak bisa dihindari terutama dalam system demokrasi dan globalisasi. Lewat ekosistem seperti itu, lahirlah oligarki.  Negara dan korporat disini, namun rakyat nun jauh disana.  Rasio GINI semakin melebar. Hasrat dan gairah kapitalisme mendapatkan fuel dari adanya laba.


1000 ton CPO itu sama dengan produksi 240 hektar kebun sawit. Nilai jualnya USD 740.000. Setara dengan harga jual 560 unit Iphone 16. CPO perlu setahun menghasilkan produksi sebanyak itu. Sementara Pabrik Foxconn di Shenzhen hanya perlu 10 menit jam kerja menghasilkan 600 unit iphone. Tahu berapa gaji buruh Foxconn per bulan? 7000 yuan atau Rp. 15 juta. Bandingkan buruh kebun sawit hanya Rp. 1,8 juta. Itulah perbedaan yang sangat timpang antara yang kaya SDA dengan industry padat modal dan sains.


Kita ekspor nikel olahan dalam bentuk Pig Iron dan Ferrosteel. Kita bangga. Sampai di China dan Jepang, ditambahkan unsur krom (Cr) dan mangan (Mn), bahkan molibdenum (Mo) dan niobium (Nb). Material katode (contoh NMC- 811). Tahu berapa perbedaan harga? 315% dari produk nikel yang kita ekspor. Di LME (harga NMC-811 sekitar US$ 29.000/ton). Itulah perbedaan value added yang sangat timpang, yang kita hasilkan dari industri yang low sains. Dan lebih timpang lagi kalau dibandingkan dengan produk high tech, seperti serbuk nikel nano (nickel nano powder), bahan dasar industri microchip dan telp selular. 


Itulah gambaran sekilas tentang perbedaan produksi berbasis sains dengan produksi berbasis SDA yang low sains. Ini bukan hanya berlaku bagi negara. Tetapi juga korporat. Saling terkait. Bisnis yang hidup dari SDA tidak akan sustain bahkan destruksi terhadap lingkungan alam, social dan moral etik negara. Sementara bisnis yang bertumpu kepada R&D akan sustain terhadap perubahah demand and supply, dan penghormatan terhadap nilai nilai kemanusiaan.


Makanya kalau negara maju mengalami krisis karena permintaan drop, secara fundamental ekonomi mereka tetap resilience. Nilai tambah yang tinggi tidak sampai membuat mereka rugi, hanya keuntungan berkurang. Beda dengan negara yang bergantung kepada SDA. Kalau permintaan drop, mudah sekali ekonomi kontraksi. Ujungnya pendapatan pajak negara juga ikut berkurang. Upaya mensejahterakan rakyat semakin sulit karena ekspansi social APBN berkurang.


Kata kuncinya agar bisa menjadi negara industry ada pada belanja riset. Riset yang terstruktur dan terprogram dengan target yang jelas. Nah perhatikan apa yang kita lakukan terhadap riset selama ini ? Pada 2017, alokasi anggaran riset sebesar Rp 24,9 triliun atau 0,2 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Angka itu pada tahun 2023 anjlok menjadi Rp 6,5 triliun atau 0,03 persen terhadap PDB. Sangat jauh dibandingkan dengan Anggaran riset Malaysia dan Singapura masing-masing sebesar 1,26 persen dan 2,19 persen terhadap PDB. 


Kalau anda membanggakan kekayaan SDA. Itu cara berpikir jadul. Masih terkurung di abad sebelum adanya revolusi industry dan globalisasi. Dan kalau masih berharap SDA sebagai sumber kemakmuran dan menjadi negara maju, maka yakinlah anda sudah jadi korban propaganda misleading. Itu artinya pemerintah tidak punya visi membangun secara modern dan tidak punya visi pembangunan manusia yang bermartabat. Ya, tidak visioner. Tentu juga takut keluar uang belanja riset. Mereka hanya memikirkan seusia kekuasaannya saja.  Bagaimana menikmati kemelimpahan sumber daya untuk diri dan kelompoknya saja. 

Cara Prabowo menghadapi hegemoni USD

  90%   asset di dunia ini dikuasai oleh private dan corporate ( TNC/MNC). Negara hanya kuasai 1/3 saja. Asset APPLE dalam bentuk   M arcap ...