Minggu, 25 November 2018

Agenda Pajak Prabowo ?


Pajak Indonesia dan Singapore.
Program BOSAN, akan memangkas pajak penghasilan badan dan pribadi jika ia berkuasa. Indonesia saat ini memiliki tingkat pajak penghasilan pribadi tertinggi sebesar 30 persen dan tarif pajak perusahaan 25 persen. Singapura memiliki tarif pajak perusahaan 17 persen dan tingkat individu tertinggi 22 persen untuk penduduk. Mengapa program itu dilontarkan oleh kubu BOSAN? Rezim perpajakan di era kepemimpinan Jokowi dianggapnya terlalu memberatkan dan tidak kompetitif jika dibandingkan tarif yang dikenakan di negara lain. Ini menjadi salah satu penyebab basis pajak yang dimiliki otoritas pajak terbatas, dan membuat investor pikir dua dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia.

Karena parameternya adalah Tax Ratio maka dapat saya katakan itu alasan tidak tepat. Mengapa ? Memang rasio pajak ini merupakan alat ukur yang biasa digunakan untuk mengetahui perbandingan kinerja perpajakan antarnegara dengan struktur ekonomi, karakteristik demografis, dan tingkat pendapatan yang sama. Namun rasio itu menjadi tidak relevan ketika negara-negara yang menjadi perbandingan memiliki perbedaan dalam tiga variabel di atas. Ada hal lainnya lagi yakni rasio pajak tidak mempertimbangkan karakteristik sistem pajak maupun nonpajak suatu negara. Sebuah kritik yang disampaikan oleh Lotz dan Morss (1967) lima dekade silam.

Kini, parameter yang sering digunakan mengukur performa kinerja sistem perpajakan di suatu negara adalah dengan menggunakan perhitungan upaya pajak (tax effort). Perhitungan ini merepresentasikan seberapa baik upaya yang dilakukan oleh suatu sistem perpajakan di suatu negara dalam mengumpulkan penerimaan pajaknya. Jika indeks upaya pajak mendekati atau melebihi angka 1, berarti sistem perpajakan negara tersebut berhasil memaksimalkan basis pajak untuk meningkatkan penerimaan pajaknya. Jika semakin mendekati nol maka itu tanda masih ada potensi pajak yang dapat dihasilkan dari basis pajak yang ada. Nah kalau dilihat di era Jokowi, tahun 2017 tax Effort indonesia sebesar 0,44 diatas singapore yang 0,22. Artinya tax effort Indonesia lebih tinggi daripada Singapore.

Mengapa walau tax effort Singapore rendah namun tax ratio nya mencapai 14,3%. Sementara Rasio pajak kita hanya 10,8% dari PDB. Karena pertama, di Singapore masalah politik dan idiologi sudahn selesai. Rakyatnya engga lagi disibukan soal intolerance dan radikalisme. Kesadaran perpajakan penduduk di negara tersebut sudah tinggi. Kedua, Singapore negara pulau yang luasnya tidak lebih besar dari Batam. Penduduk juga tidak lebih banyak dari penduduk Lampung. Tentu tidak sulit menerapkan sistem perpajakan yang efisien dan optimal. Ketiga, Singapore tidak ada SDA yang dikuras, Pajak rendah adalah wajar karena itu pemerintah hanya sebagai service provider. Jadi membandingkan dengan Singapore jelas tidak apple to apple.

Sebetulnya program pengurangan tarif itu sudah dilakukan oleh SBY dan Jokowi. Sejak tahun 2008 proses pengurangan tarif sudah dilakukan secara gradual. Di era Jokowi dilakukan reformasi pajak PPH Badan sekarang jadi 25% dan kenaikan PTKP (Pendapatan Tidak Kena Pajak ). Nah PTKP di Indonesia tergolong yang tertinggi dibanding negara ASEAN. Di Malaysia, PTKP hanya Rp 28 juta per tahun atau Rp 2,3 juta per bulan. Di Thailand pun hanya sebesar Rp 23 per tahun atau sekitar Rp 1,9 juta per bulan. Indonesia hanya sedikit lebih rendah dibanding Vietnam. Kalau kita ikuti Malaysia atau Thailand PTKP nya maka rasio pajak kita akan lebih besar dari Singapore yang 14,3%. Mengapa ? UMR kita sudah diatas Rp. 2 juta. Ini salah satu penyebab rendahnya rasio pajak Indonesia. Banyak yang bebas demi keadilan.

Dan anehnya pasangan BOSAN justru akan menaikan PTKP yang pada waktu bersamaan menurunkan tarif pajak. Ya dapat dipastikan makin rendah penerimaan Pajak. Kalau rendah dari mana duit untuk ongkosi janji utopianya ? Menurut saya, ini trik untuk menguntungkan korporat dan terutama PMA akan senang karena SDA dikuras bayar pajak rendah. Beda dengan singapore pajak rendah tetapi tidak ada SDA , dan rakyatnya dapat kerjaan. Jadi retorika BOSAN bertolak belakang dengan agendanya. Ini berkuasa hanya untuk kepentingan pemodal dan orang kaya… Orang miskin? mana sempat dia pikir.

Tax Ratio Orde Baru 16%.
Dulu ketika Orla dan Orba Dari tahun 1970 sampai tahun 2000, kita mengenal APBN dengan format T Account. Rakyat tidak perlu tahu banyak soal APBN. Berapa seharusnya penerimaan negara dan pengeluaran? berapa defisit ? Itu urusan Negara. Tidak ada transference. Semua sumber daya keuangan ada ditangan negara. Dan pada waktu bersamaan negara punya resource berupa SDA untuk menjadi undertaker kebutuhan social Rakyat. Kebutuhan pangan, papan, dan sandang adalah tanggung jawab negara dan karena itu pemimpin dipilih. Soal cukup atau tidak kebutuhan itu, rakyat harus diam,tidak boleh demo , tidak boleh nyinyir. Bahkan pernah dalam kampanye , Menteri dalam negeri Amir Mahmud berkata lebih dari 90% pembiayaan APBN berasal dari pemerintah, peran rakyat kecil sekali.

Hukum politik sederhana sekali bahwa semakin kecil peran rakyat dalam pembiayaan negara atau tax ratio, maka semakin lemah peran rakyat dihadapan negara. Semakin tinggi tax ratio semakin besar posisi tawar rakyat dalam politik kepada negara. Era Ode baru tax ratio tidak pernah lebih baik dari era Reformasi. Tax ratio 1990-1998 berturut-turut sebesar 6,19 persen (1990), 6,72 persen (1991), 7,31 persen (1992), 7,30 persen (1993), 7,68 persen (1994), 8,20 persen (1995), 7,86 persen (1996), 8,03 persen (1997), dan 6,05 persen (1998). Ditarik mundur lebih ke belakang, tax ratio Indonesia pada 1972 mencapai 7,33 persen, kemudian 6,70 persen (1980), dan 5,25 persen (1984). Jadi era Ode Baru yang katanya 16% tax ratio, maka itu adalah HOAX. Sementara era reforamsi tax ratio mencapai diatas 10%.

Prabowo memang sangat terinspirasi ekonomi era Orde Baru dimana masalah ekonomi menjadi hak sepenuhnya negara yang atur. Ekonomi bertumpu pada satu satunya dengan negara. Dengan kekuasan model seperti itu maka kekuasaan itu menjadi sangat indah. Indah sekali. Semua golongan akan melingkari kekuasaan dan menjadikan kekuasaan sebagai magnit politik dan memaksa semua golongan untuk patuh kepada negara. Presiden dalam sistem pemerintah orde baru , adalah presiden yang selalu dipuja tanpa noda. Presiden yang tidak boleh dipertanyakan kebijakannya. Perintahnya lebih sakti daripada UU dan Hukum. Senyumnya lebih menakutkan dari apapun.

Kekuasaan seperti itulah yang didambakan oleh Prabowo. Tetapi era sekarang tidak bisa lagi bermimpi seperti itu. Kecuali Prabowo memenangkan pemilu legislatif dengan menguasai korsi lebih dari 70%. Tentu dia bisa mengubah total UUD untuk kembali ke era Soeharto. Tetapi kalaupun itu dilaksanakan , maka Indonesia akan delisting di pasar uang dan forum intenational. Mengapa ? Tahun 2000 telah terjadi reformasi system keuangan negara yang patuh pada standard Government Finance Statistic. Dengan demikian format APBN tidak lagi T Account tetapi dirubah menjadi I account. Ia sudah menjadi standard dunia , yang bisa di ukur dan dianalisa oleh siapapun. Jadi lebih transfarance. Jadi sejak APBN mengikuti format I Account maka dia sudah menjelma seperti Neraca Perusahaan yang mudah dibaca oleh publik. Pemerintah tidak bisa lagi sesukanya menentukan pos APBN.

Jadi program kampanye Prabowo memang disesuaikan dengan agenda utamanya yaitu kekuasaan penuh negara seperti era orde baru. Makanya terkesan populis namun itu dengan asumsi dia menang dengan menguasai kursi di DPR diatas 70% suara atau dia menang melalui kudeta dengan membubarkan DPR, kemudian menunjuk sendiri anggota DPR sesuai maunya. Tetapi, itu hanya onani politik yang melelahkan dan keliatan tidak bermoral.

Mengapa ada yang benci Jokowi ?


Dulu waktu Jokowi mencalonkan diri sebagai Walikota Solo, PAN ada bersama dia. Periode kedua, PKS ikut berkoalisi mendukung Jokowi. Ketika sahabat saya yang juga kader PKS dan juga elite PKS mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah di Sumatera Barat, dia menggandeng kader PDIP sebagai wakilnya. Saya sempat tanya apa alasannya memilih PDIP sebagai mitra koalisi? jawabnya sederhana tapi membuat saya terkejut. “ Apa yang diperjuangkan oleh PDIP itu juga yang diperjuangkan PKS. Idiologi PDIP itu membela kaum marhaen, kaum lemah. Hakikat Islam yang diperjuangkan adalah kaum lemah untuk keadilan." Namun ketika Jokowi diusung oleh PDIP sebagai capres, maka keadaan menjadi lain. Mengapa ? pertama karena Presiden adalah jabatan pimpinan Nasional, maka ini berhubungan dengan agenda nasional, masalah idiologi. Kedua, Jokowi di usung oleh PDIP. Sebagaimana diketahui bahwa di Indonesia ini hanya ada dua partai berbasis idiologi, yaitu PDIP dan PKS.

PDIP.
Marhaen adalah ajaran Soekarno yang intinya membela kaum tertindas agar mandiri dan kuat. Apa yang dimaksud dengan marhaen itu ? Marhaen adalah nama petani asal jawa barat sebagai lambang anak bangsa punya alat berproduksi untuk kehidupan diri dan keluaganya. Kemudian PDIP menterjemahkan marhaen itu dengan istilah wong cilik. Kalau dilihat sekilah, marhaen itu hampir sama dengan ajaran komunis sosialis yang membela kaum buruh dan tani. Tapi jelas kalau anda baca buku tulisan Soekarno, ada perbedaan yang prinsip dengan komunis sosialis. Namun didalam Marhaen semua golongan bisa nyaman. Golongan Islam, Nasionalis. sosialis, tentara, ada. Soekarno tidak mengajak orang perang kelas. Tidak mempersoalkan perbedaan sosial. Tidak. Soekarno menggunakan Marhaen untuk melahirkan Pancasila sehingga diterima semua golongan. 

Apa yang menjadi ruh dari Marhaen dalah Pancasila. Marhaen tidak bicara golongan atau kelas tapi bicara sistem yang menjajah. Bagi Soekarno kelas itu ada karena sistem. Maka sistem itulah yang harus diperangi. Maka kemerdekaan itu adalah keniscayaan. Soekarno yakin untuk mencapai kemandirian masyarakat marhaen harus melalui revolusi. Makanya walau setelah indonesia merdeka, Soekarno masih menggunakan jargon Revolusi. Dan dia disebut sebagai bapak revolusi yang senantiasa mengobarkan api revolusi. Mengapa ? Karena setelah merdeka, sistem belum bisa mengubah nasip kaum marhaen. Sistem patron dan clients yang melekat dengan kebudayaan Indonesia masih terjebak dengan feodalisme dan menindas kaum marhaen.

PKS.
Banyak orang menilai PKS itu identik dengan HTI , yang punya cita cita mengubah NKRI menjadi Negara Islam atau ingin mengubah Pancasila menjadi Syariah. Itu tidak tepat. Kalau sampai terjadi persepsi seperti itu dapat dimaklumi karena PKS adalah reinkarnasi gerakan politik islam sejak kematian Masyumi oleh rezim Soekarno dan Soeharto. Gerakan itu bangkit sejak tahun 1970 namun lebih kepada gerakan dakwah. Tidak bicara politik. Makanya Soeharto tidak curiga. Tetapi diam diam gerakan itu terus membesar. Karena ada Mohammad Natsir yang merupakan tokoh Masyumi dan juga penggerak utama DDII (Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia), yang belakangan berhasil menarik pensiunan jenderal dan elite politik ujtuk mengeluarkan mosi tidak percaya kepada Soeharto dalam bentuk petisi 50. Sejak itu M Natsir dan kawan kawannya di cekal seumur hidup.

Walau gerakan itu semakin dipersempit ruangnya karena sudah masuk radar di curigai Soeharto, namun secara diam diam mereka terus bergerak melalui LDK ( lembaga Dakwah Kampus ), yang kemudian banyak bergerilya di dalam kampus dan tetap bagian dari DDII. Lambat laun menjadi gerakan Tarbiyah yang bukan hanya membangun masjid di kampus tapi juga lembaga pendidikan Nurul Fikri, lembaga dakwah Khoiru Ummah, kelompok kesenian nasyid, dan majalah Sabili. Selain itu, gerakan Tarbiyah juga menyebarkan berbagai gagasan dan pemikiran mereka melalui buku-buku yang diterbitkan antara lain oleh penerbit Gema Insani Press (GIP), Pustaka Al-Kautsar, Era Intermedia, dan Asy-Syamiil.

Ketika tahun 1998, Soeharto jatuh, dan kaum reformis menang, gerakan islam yang tadinya dibawah tanah, segera bangkit mengambil kesempatan ini. Apakah yang muncul Masyumi ? wajah baru dalam gerakan kesatuan Islam ? Tidak. Mengapa ? karena tokoh pemersatu gerakan islam ketika itu Amin Rais tidak komit. Seandainya Amin Rais sebagai tokoh gerakan Reformasi bersedia menjadi Ketua Umum Partai Bulan Bintang ( PBB) , kemungkinan besar PK tidak akan pernah ada. Bahkan PKB dan PAN juga tidak ada. PBB akan sangat besar seperti era kejayaan Masyumi tahun 1955 karena gabungan dari semua gerakan islam. Tapi Amin Rais menolak jadi tokoh gerakan islam dan mendirikan partai pribadinya yang bernama PAN. Karena itu lahirlah PK, yang kemudian menjadi PKS.

Nah siapa yang ada didalam PK itu? ya dari semua gerakan islam. Tidak ada satupun golongan islam yang dominan. Mereka dengan latar belakang aliran Islam berbeda berkumpul menjadi satu di partai ini. Orang dengan pemahaman agama seperti apa pun bisa masuk PK. Di partai ini, ada orang berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan aliran lainnya. Jadi kalau sampai ada orang HTI masuk dalam PK itu juga tidak bisa dipungkiri atau keluarga dari mantan pemberontak DII/TII juga bisa. Tapi PK ternyata tidak begitu efektif menarik massa islam. Karena terjadi banyak faksi PK sehingga arah perjuangan tidak jelas. Terbukti dalam pemilu suara PK hanya satu koma.

Tahun 2002 PK berubah menjagi PKS. Saat itulah PKS sangat berbeda dengan PK. PKS menjadi partai terbuka dan syariat islam adalah masa lalu. Tentu perubahan politik PKS ini membuat kader akar rumput dari berbagai aliran islam seperti HT dan lain lain merasa di khianati. Karena agenda mereka ingin mengubah Pancasila dan UUD 45 menjadi Syariat Islam. DI Era SBY banyak kader PK yang mengundurkan diri. Namun sejak Pemilu 2014,  SBY berhasil mempersatukan ormas islam seperti HTI, Syalafi, Masyumi, FUI, FPI, untuk mendukung PKS, PAN dan PKB berhadapan dengan PDIP yang mencalonkan Jokowi sebagai Presiden.

Perseteruan antar Idiologi.
Semua tahu adanya kesepakatan China ASEAN free Trade Area yang memungkinkan China punya akses luas ke Indonesia dalam hal investasi dan perdagangan itu ditanda-tangani era SBY. Yang ketika itu SBY didukung oleh koalsi partai islam. Tetapi anehnya issue soal Jokowi pro China dan PKI yang sengaja di hembuskan oleh kubu Prabowo, langsung di makan oleh akar rumput partai pendukung Prabowo. Mengapa ? karena ada alasan historis yang rasional tentang issue tersebut. Ceritanya begini. Seusai Pemilu 1955, diadakan sidang konstituate yang bertujuan mengubah UUD 45. Kelompok Islam sudah diatas angin untuk mengubah UUD 45 sesuai dengan syariah islam dengan mengembalikan tex Pancasilan sesuai dengan Piagama Jakarta. Soekarno tidak happy atas situasi sidang konstituante itu.  Kalau sampai Soekarno menolak perubahan UUD 45 yang dirancang oleh Konsituante bentukan Pemilu 1955, itu bukan karena Soekarno anti demokrasi tapi lebih karena kekawatirannya perubahan UUD 45 akan melahirkan feodalisme gaya baru melalui patron agama. Apalagi ketika itu Masyumi berhasil menjadi partai besar. Atas dukungan dari TNI,  Soekarno mengeluarkan dekrit presiden kembali ke UUD 45 secara murni maka saat itulah genderang perang dengan patron kaum agama, khususnya golongan islam yang punya agenda syariah. Tentu mereka sakit hati. Karena apabila tidak ada dekrit presiden, perjuangan mendirikan negara islam sudah terjelma.

Tentu Soekarno bersikap seperti hal tersebut punya alasan yang kuat. Soekarno percaya bahwa antara islam , nasionalis dan komunis punya agenda sama yaitu bagaimana membela kaum marhaen dan mendobrak mata rantai patron yang membelenggu kemandirian kaum marhaen.  Makanya NU menyatakan keluar dari Masyumi dan bergabung dalam barisan nasional mendukung Soekarno bersama PKI, PNI, yang kemudian di kenal dengan NASAKOM. Musuh kaum marhen setelah merdeka bukanlah orang asing tapi bangsa sendiri yang masih punya mental feodal dalam hubungan antara patron dan clients. Politisi agama tak lain memberikan peluang patron agama menindas clients yang juga kaum marhaen. Karenanya tanpa ragu Soekarno melibas semua patron islam yang berpolitik dan makar. TNI tanpa ragu ada dibelakang Soekarno bukan hanya karena loyalitas tapi juga TNI diberi hak berpolitik. Sehingga semua dalam barisan strategis menuju indonesia mandiri.

Kelompok islam punya agenda yaitu mendirikan negara berbasis syariah. Karenanya mereka tidak pernah menganggap musuh selain PDIP. Bagi mereka semua partai selain PDIP adalah pragmatis, yang bisa berubah haluan kapan saja tergantung situasi dan kondisi politik. Jadi musuh golongan islam adalah kelompok yang memperjuang idiologi. Dan itu adalah Marhaen yang dibungkus dengan Partai Nasionalis, yang kemudian berinkarnasi menjadi PDIP.  Benarkah ? Perhatikan sejarah berikut:  Di era Soeharto walau bagaimanapun sikap keras Soeharto terhadap kelompok radikall islam, Ormas islam mayoritas dan kelompok intelektual islam tetap menaruh harapan kepada kepemimpinan Soeharto sebagai soft landing untuk hadirnya kekuatan baru islam di Indonesia.  Setelah  Soeharto jatuh dan Megawati berhasil menjadikan PDIP sebagai pemenang pemilu 1999, namun gagal sebagai RI-1. Kursi presiden jatuh kepada Gur Dur. Mengapa?  Adanya poros tengah yang merupakan koalisi partai islam yang memastikan Gus Dur unggul dalam Voting di MPR. Megawati harus ikhlas menerima posisi sebagai wakil presiden. 

Tampilnya SBY ke panggung politik, karena semua ormas islam dan Partai islam bersatu mendukung SBY dengan tekad asal bukan Megawati ( asal bukan PDIP). Padahal ketika itu Megawati berpasangan dengan Hashim Muzadi yang juga ketua PBNU namun tidak ada pengaruhnya meredam issue negatif bahwa PDIP anti islam. Tahun 2009 Megawati berpasangan dengan Prabowo dengan harapan kelompok islam yang ada dibelakang SBY bisa menyeberang ke Megawati. Namun tidak ada pengaruhnya. SBY semakin solid dengan Partai islam dan ormas islam. Nah tahun 2014, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa dari PAN. Semua partai islam dan ormas islam bersatu mendukung Prabowo. Mengapa ? 

ini bukan karena Prabowo hebat dan dipercaya tetapi karena Jokowi diusung oleh PDIP. Musuh mereka bukan Jokowi tetapi PDIP. Ini dendam lama yang tak pernah padam.  Samahalnya sekarang. Semua elite partai islam seperti PKS dan PAN sangat paham bahwa kinerja Jokowi tidak perlu diragukan.  Mereka sangat tahu bahwa Jokowi adalah pemimpin terbaik yang pernah ada di Indonesia,  tetapi masalahnya ini soal politik. Idiologi marhaen yang ada pada PDIP itulah pokok persoalannya. Walaupun Jokowi berpasangan dengan KH. Ma’ruf Amin yang tokoh NU dan juga ketua Umum MUI, tidak ada pengaruhnya mengurangi kebencian kelompok islam yang masih bermimpi mendirikan negara berbasis syariah. Kelompok islam tidak peduli bila Prabowo punya agenda seperti era Orba yang pernah membuat luka perjuangan islam. Bagi mereka itu lebih baik daripada negara dibawah kendali kaum marhen dan nasionalis yang pasti membuat agenda mereka mendirikan negara berbasis syariah terkubur zaman.

Kesimpulan
Ketidak sukaan sekelompok umat islam terhadap Jokowi khususnya yang ada di  Sumatera Barat- Riau yang dulu sebagai basis PRRI dan Jawa Barat yang dulu sebagai basis DII/TII. Itu bagian dari sejarah gelap bangsa ini  yang sampai sekarang masih menyimpan dendan. Masih ada sekelompok orang tidak pernah seratus persen menerima Pancasila sebagai falsafah negara, sebagai dasar idiologi negara. Padahal di era sekarang idiologi tidak lagi sebagai panglima sejak Komunis bangkrut di Uni Soviet dan China jadi kapitalis, dan pasar terpuruk di jantung kapitalis Wallstreet. Turki sebagai simbol khilafah yang pernah sukses berkuasa 600 tahun, bergandengan tangan dengan China dan Rusia yang sekular. Arab sebagai pengawal dua kota suci, mulai berhutang RIBA untuk APBN nya dan menerapkan pajak penjualan. Jadi kalau masih bermimpi berkuasa dengan alasan menegakan syariah islam secara kaffah, itu sudah ketinggalan jaman. Cara berpikir terbelakang dan tidak intelek.

Era sekarang adalah era kolaborasi dan sinergi antara golongan, antar bangsa, antar agama. Semua bertujuan untuk perdamaian agar mencari uang mudah, berbahagia dengan cara sederhana. Pemimpin hebat tidak ditentukan oleh pendidikan atau sipil militer, ulama non ulama tetapi oleh akhlak.  Orang memilih pemimpin karena akhlaknya. Apa dasar memilih pemimpin ? dia punya sifat rendah hati dan hidupnya sederhana. Bijaksana, yang tidak mudah menciptakan konplik dan musuh. Jujur dan amanah. Setia kepada keluarga dan sahabat. Cerdas. Konsisten, dan bertanggung jawab karena itu. Tidak mementingkan diri sendiri dan keluarga. Bukan dari golongan hamba sahaya atau yang hidup dari derma dan donasi. Tapi sebagai wirausaha yang mampu menghidupi dirinya sendiri dari kreatifitas akal. Dan yang sangat penting adalah Taat menjalankan agama. Itu semua ada pada Jokowi.

Rabu, 21 November 2018

Prabowo blunder

Capres Prabowo Subianto memaparkan data yang menyebut 55 persen rakyat Indonesia mengalami functionally illiterate. Ia mengaku sedih saat tahu hampir setengah rakyat mengalami kemampuan terbatas dalam membaca. Dalam hal ini Prabowo ada benarnya. Data World Bank, 55 persen Indonesia functionally illiterate. Apa itu functionally illiterate? Itu bukan buta hurup. Bukan engga bisa baca. Tetapi daya nalar dan kritisnya lemah dalam membaca. Saya mengalami sendiri. Betapa kalau saya menulis ada sebagian mempertanyakan dan mengkritisi tokoh dan latar belakang tulisan itu. Bahkan ada yang berfantasi itu adalah kisah hidup pribadi saya. Padahal jelas diberi judul “ Another Story “ . Ada yang komen tanpa buka link tulisan saya yang ada di blog. Ini contoh sederhana buta baca literal. Atau nalarnya buta terhadap kontektual atas text yang ada.

Perkembangan ilmu dan teknologi ditandai dengan banyaknya informasi yang dapat dijumpai dalam berbagai media, baik secara tertulis maupun secara lisan. Untuk dapat menyerap informasi secara tertulis, dibutuhkan kemampuan membaca yang memadai oleh setiap orang. Tanpa kemampuan membaca yang memadai, seseorang akan sulit mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Kemampuan membaca merupakan keterampilan yang sangat vital dalam masyarakat modern dalam rangka menerima informasi. Jadi membaca itu bukan hanya tahu hurup tetapi punya kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek itulah kriteria mengukur orang bisa membaca menurut world bank.

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki setiap orang, karena sifatnya fungsional, baik untuk melanjutkan studi maupun untuk terjun ke masyarakat. Kemampuan membaca bagi setiap orang tak ubahnya sebagai kunci pembuka gudang ilmu pengetahuan. Dengan kunci itu mereka akan menghayati dunia perkembangan ilmu, dan akan mampu mengambil manfaat dari berbagai ilmu itu, sehingga jalan hidupnya lapang dan sukses. Untuk kebutuhan terjun ke masyarakat, kemampuan membaca bagi seseorang tak ubahnya sebagai mikroskop yang membantu mereka mengkaji berbagai peristiwa kehidupan secara akurat, teliti dan seksama. Dengan demikian, jelas bahwa membaca mempunyai peranan yang penting dalam segala aspek kehidupan.

Mengapa sebagian besar rakyat Indonesia rendah kemampuan membaca? pertama, karena metode pendidikan hafalan. Kita dari sekolah dasar dipaksa menghapal oleh guru. Prestasi kita diukur dari kemampuan menghafal. Kedua, karena lingkungan keluarga dan sekolah mendidik kita tidak kritis dan dipaksa percaya pada satu sudut pandang. Sedikit berbeda , dibilang kafir, haram, murtad, munafik, dan banyak istilah lain yang membuat hilang daya kritis yang otomatis membuat kita buta hurup membaca secara terpelajar. Makanya ada benarnya data dari world bank bahwa 55% rakyat indonesia itu bego dalam membaca dan itu dibuktikan dengan kemenangan Anies atas Ahok yang 58%.

Masyarakat yang lemah dalam kemampuan membaca sangat mudah dibohongi, sangat mudah kemakan hoax, sangat mudah kena tipu Umroh murah dari First Travel dan penggandaan uang. Mengapa ? begitu banyak informasi beredar sekarang. Ada Wiki yang menyediakan perpustaan tanpa bayar. Ada google yang memudahkan mencari informasi dengan cepat. Tapi anehnya orang gagal berumah tangga dan gagal jadi jenderal dipercaya nyapres. Orang yang engga jelas agamanya, direstui ulama untuk jadi pemimpin. Orang yang labil dalam bersikap dipuja sebagai orang yang tegas hanya karena liat dia pakai seragam baret merah. Itu semua terjadi karena sebagian besar rakyat indonesia buta hurup secara intelek. Lemah otak dan lemah mental untuk bisa membedakan fiksi dan fakta.

***

Mungkin anda sering mendengar profesional dan kesannya profesional itu adalah bayaran. Definisi profesional itu adalah pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian namun dilaksanakan dengan mematuhi standard etika dan moral. Jadi, profesional itu melekat dengan etika dan moral. Itu sebabnya profesional berhubungan dengan nilai nilai seperti passion, jujur, kreatif, inovasi dan lain sebagainya. Saya pernah berada ditengah tengah tawuran antar gangster di sebuah caffe di China. Mereka menggunakan golok untuk menghabis lawannya.Tetapi tidak ada satupun pengunjung yang bukan jadi target yang kena bacokan. Mengapa ? mereka itu para profesioanal. Mereka taat dengan standar bahwa mereka hanya menghabisi musuhnya , bukan orang lain yang tidak ada kaitannya dengan mereka.

Direktur BUMN China bunuh diri ketika mengetahui hasil audit membuktikan proyek pembangunan jembatan dan terowong bawah laut antara Hong Kong- Macao- Zuhai mencemari lingkungan. Mengapa dia sampai bunuh diri ? ya karena sikap profesional. Dia seorang insinyur dan juga dirut BUMN Kontruksi yang dapat kepercayaan dari negara membangun proyek fenomenal namun gagal mengikuti standar moral. Kalaupun dia tidak punya passion sebagai profesional, dia tidak akan sampai bunuh diri. Sama halnya ,banyak kita dengar pejabat jepang yang memilih bunuh diri ketika dia gagal atau mengundurkan diri dari jabatannya katika terbongkar skandal sex. Orang punya rasa malu karena dia masih menjunjung tinggi moral.

Saya pernah demam ketika dalam pesawat. saya berusaha untuk menahan deman itu dengan berusaha untuk tidur sambil menutup diri saya dengan selimut. Beberapa menit kemudian, terasa oleh saya selimut disibak dan tangan halus menyentuh kening saya. Seorang pramugari tersenyum dan mengatakan bahwa saya deman dan dia akan memberikan obat untuk saya. Tak berapa lama , dia sudah datang dengan obat parasetanol. Dia tetap tersenyum sambil menyerahkan obat berserta segelas air putih. Selama dalam penerbangan itu, saya hitung ada empat kali dia datang ke seat saya untuk memastikan keadaan saya baik baik saja. Memang parasetamol obat yang efektif meredam panas. Tak lupa pramugari itu menyarankan agar saya cukup istirahat. Itulah contoh profesional.

Nah lawannya dari profesional adalah amatir. Yaitu pekerjaan yang sama sama membutuhkan skill namun tidak ada standar etika dan moral yang harus ditaati. Mengapa ? pekerjaan amatir exist tanpa nilai nilai. Hanya sekedar jadi pelengkap. Seorang Gubernur yang bekerja tanpa prestasi berarti dan tidak punya malu menggunakan retorika berkelit dari kegagalannya. itu sikap mental amatir. Pejabat yang ketangkep KPK tetapi masih sempat tersenyum dihadapan wartawan. Itu amatir. Pekerja yang nampak rajin kalau diawasi itu mental amatir. Lawyer yang mau dibayar ala kadarnya namun dalam prakteknya memeras clients itu, mental amatir. Singkatnya amatir itu pekerjaan tanpa nilai dan moral. Hanya sebuah transaksional.

Di era sekarang dan kedepan orang yang bisa sukses bukan orang bertitel sarjana tetapi adalah kaum profesional seperti seniman, dokter, lawyer, programer/software developer, arsitek, product designer, konsultan, creative director, pengrajin, fotografer, writer, driver, termasuk enterpreneur. Kehadiran mereka karena tuntutan zaman yang memang membutuhkan demand profesi itu. Jadi, tidak elok Pak Prabowo merendahkan profesi tukang ojek online. Apalagi mindset dan paradigma bisnis taksi online adalah profesionalitas. Para driver itu adalah profesional. Dibayar karena jobnya, bukan karena jabatannya. Apabila mereka tidak punya standar moral engga ada orang mau jadi pelanggannya. Ingat pak ..negara besar bukan karena banyak PNS dan buruh tetapi karena banyaknya kaum profesional. Kecuali anda mau mendirikan negara khilafah atau komunis ala Korea Utara.

Senin, 19 November 2018

Trust pada Jokowi



Kita tidak bisa menunjuk diri kita dipercaya. Tetapi itu ditentukan oleh orang lain. Dalam hal negara atau korporat tentu ada lembaga independent yang melakukan penilaian itu. OECD adalah Lembaga penelitian  dan survey terhadap akses makanan, pekerjaan, kinerja kepemimpinan dan kesejahteraan. Survey dilakukan diseluruh dunia di negara dibawah keanggotaan OECD ( Organization for Economic Co-operation and Development). Survey ini dilakukan untuk mengetahui peringkat setiap negara terhadap berbagai issue penting.  Para peneliti terdiri dari Ilmuwan berkelas dunia. Apa nama survey itu ? Ia adalah Gallup World Poll. Digelas pertama kali  sejak tahun 2005 dan telah melakukan penelitian di lebih 160 negara yang mencakup 99% populasi dunia. Untuk apa hasil survey ini? Maklum sejak berakhirnya kapitalis klasik, financial resource di kuasai oleh swasta. Itu artinya demokratisasi kehidupan semakin tinggi. Nah rakyat diseluruh dunia  ingin tahu data yang valid untuk membuat keputusan investasi disuatu negara. Survey ini tidak ada kaitannya dengan emosi politik dan teknis survey sama disemua negara. 

Tahun 2017 hasil survey dari Gallup World Poll menempatkan pemerintah Jokowi rangking pertama di dunia sebagai pemerintah yang paling dipercaya oleh rakyat ( Trust and Confidence in National Government). Rangking kedua adalah Swiss, di bawahnya India, di bawahnya lagi Luksemburg, di bawahnya lagi Norwegia, diikuti oleh Kanada, Rusia, Turki, Selandia Baru, dan  Irlandia. Angka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah itu mencapai 80%. Ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang tergabung dalam Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), seperti Amerika Serikat (30 persen), Inggris (31 persen), Jerman (55 persen), dan Perancis (28 persen). Tidak hanya negara yang tergabung dalam OECD, negara yang tak tergabung di dalamnya juga masih di bawah Indonesia, yakni India (73 persen), Brazil (26 persen), dan Afrika Selatan (48 persen ).

Apa saja faktor yang menjadikan penilain Gallup World Poll menempatkan Indonesia rangking pertama. Faktor-faktor itu, di antaranya, masyarakat menganggap pemerintah dapat diandalkan, cepat, tanggap, adil serta mampu melindungi masyarakat dari risiko sekaligus memberikan pelayanan publik secara efektif. Hasilnya, 80 persen responden menyatakan, pemerintah memenuhi hal itu seluruhnya. Apakah ini prestasi ? jelas prestasi. Tahun 2007 angka Indonesia hanya mencapai 52%.  Artinya terjadi peningkatan significant diera Jokowi sebesar 28%. Capaian hebat ini kurang mendapatkan apresiasi media massa. Beda dengan di India yang semua media massa memberitakan. Padahal India rangking tiga. Mengapa ?  karena seluruh investor institusi dan private menjadikan indikator penelitian Gallup World Poll sebagai referensi mengambil keputusan. 

Keberhasilan Indonesia menempatkan rangking pertama versi GWP sebetulnya sudah ada indikasi tahun 2016 ketika Bloomberg menempatkan  Jokowi merupakan satu-satunya pemimpin negara yang memiliki performa positif dalam seluruh aspek. Penilaian karena Jokowi  berhasil menaikkan kekuatan nilai tukar (2,41 persen), menjaga pertumbuhan ekonomi tetap positif (5,02 persen skala tahun ke tahun), dan memiliki tingkat penerimaan publik yang tinggi (69 persen). Peningkatan ini diraih setelah Jokowi menekan otoritasnya pada lembaga-lembaga politik selama 2016, yaitu dengan berhasil mengendalikan dua per tiga kursi di parlemen. Program keberhasilan “amnesti pajak” juga mampu membiayai program pembangunan infrastruktur. Atas alasan ini, Bloomberg menilai Jokowi merupakan satu-satunya pemimpin dunia yang memiliki semua indikator positif untuk tiga kategori, yaitu fluktuasi kurs, pertumbuhan ekonomi, dan rating penerimaan publik.

Tetapi bukankah masih banyak rakyat yang tidak suka dengan Jokowi? Ada perbedaan tidak suka atas dasar emosi perasaan dengan dasar akal.  Yang waras berdasarkan rasio terpelajar 80% percaya kepada Jokowi.  Mengapa ada perbedaan?  Ini berkaitan dengan intelektual dan spiritual. PBB dalam laporan World Happiness Report alias Laporan Kebahagiaan Dunia 2017 menempatkan indonesia rangking 81 dari 155 negara. Penduduk yang paling bahagia rangking pertama adalah Norwegia, kemudian diikuti Denmark, Islandia, Swiss, dan Finlandia. Hasil survey ini membuktikan perbedaan itu. Memang masyarakat indonesia masih jauh untuk bisa bahagia namun sebagian besar mereka punya akal atau rasional bersikap. Karena itu mayoritas atau 80% rakyat Indonesia percaya kepada Jokowi.

Peta daerah blusukan Jokowi
Lantas mengapa orang percaya kepada Jokowi ? Kebijakan yang di buat Jokowi itu memang sesuai dengan keinginan rakyat. Jokowi mendelivery apa yang diinginkan rakyat. Menurut Koordinator Komite Pemilih Indonesia Jerry Sumampouw, dengan blusukan, Jokowi bisa langsung mendengar apa saja persoalan, keluhan, jeritan, keinginan, dan harapan rakyat paling bawah. Ini juga pernah diakui sendiri oleh Jokowi dalam sebuah wawancara, menurutnya masyarakat ingin melihat kalau pemimpinnya benar-benar bekerja. Selain itu, bila pemerintah mampu membangun sistem dengan baik, maka otomatis akan mampu meraih kepercayaan. Memang gaya blusukan Jokowi ke daerah dan kampung-kampung susah ditiru oleh politikus lain. Blusukan yang ia lakukan otentik dan itu penting bagi kepemimpinan. Kalaupun ada yang meniru, efeknya akan berbeda dan belum tentu mendapat simpati publik. Pakar Komunikasi Politik Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing juga sependapat, menurutnya blusukan Jokowi bukan pencitraan, seperti yang banyak dituduhkan. Ini memang nature dia.



Sabtu, 17 November 2018

Jaringan Cinta.


Orang kadang kagum dengan teknis financial engineering. Mereka ingin belajar gimana caranya dapatkan sumber pembiyaan proyek dengan mudah.Tetapi setelah tahu sedikit, mereka mulai bertanya, gimana dapatkan kepercayaan dari pemilik modal. Pertanyaan ini muncul karena pada akhirnya financial engineering itu terjadi karena faktor trust. Tidak gampang mendapatkan trust.  Mengapa ?karena trust berhubungan dengan mental atau dalam istilah mesranya adalah Akhlak. Orang bisa saja mempelajari aspek mental yang berhubungan moral dan akhlak. Banyak buku dan banyak seminar motivator menawarkan cara menjadi pribadi yang jempol. Tetapi tetap tidak mudah menjadi pribadi yang jempol. Hanya segelintir oran saja yang mampu menjadi pribadi hebat. Kuncinya adalah ikhlas. 

Ada pembantu rumah tangga bernama Afung , yang meminjam uang kepada majikannya untuk biaya berobat orang tuanya sedang sakit keras. Majikannya memberikan pijaman dengan melebihinya untuk ongkos pulang kampung. Semiggu kemudian pembantu itu kembali bekerja. Orang tuanya sudah membaik dan dia berterimakasih kepada majikannya. Karena majikannya mengikhlaskan uang itu sebagai pemberian. Kemudian lima tahun majikannya pergi meninggalkan rumah dan sekembalinya kerumah, keadaaan rumah masih utuh dan pembantunya masih setia menjaga rumah itu. Bayangkanlah selama lima tahun pembantu itu tidak terima gaji namun kesetiaannya tidak berkurang. Untuk hidupnya, pembantu itu bekerja sebagai pembersih restoran selama 3 jam setiap harinya, selama 5 tahun dalam penantian.

Saya punya mentor yang boleh dikatakan konglomerat. Bertahun tahun saya berusaha dekat dengan dia. Semua orang menduga bahwa saya berharap akan modal dari dia atau menjadi mitra dia. Namun itu tidak benar. Saya dekat dengan dia karena saya butuh mentor. Walau dia tidak terpelajar namun pengalaman dan kebijakannya dalam keseharian mengelola bisnis bisa jadi pelajaran bagi saya. Setiap bulan , pasti saya sempatkan telp dia dan tanyakan kesehatannya. Kalau dia ajak saya makan malam bersama relasinya, saya selalu membayar bill terlebih dahulu sebelum bill datang ke meja. Bahkan ketika dia sakit , saya menjaganya di rumah sakit. Waktu dia berobat ke Guangzhou saya juga mendampinginya. Sampai kini, saya masih menaruh hormat dan tetap datang kalau dia panggil.

Apa yang terjadi kemudian terhadap Afung dan Saya dalam cerita ini ? Tahun 2010 Afung di beri modal oleh majikannya untuk buka salon di kota Camuto, China dan sekarang salonnya sudah punya empat di shenzhen dan juga restoran. Dari mana Afung dapat modal dan berkembang pesat ? Karena sikap mentalnya yang selalu berusaha merebut hati orang dengan dasar ikhlas. Kalaulah tanpa keikhlasan engga mungkin dia bisa bertahan lima tahun bekerja tanpa di gaji. Sikapnya itu bukan hanya kepada majikannya tapi juga kepada orang lain. Makanya engga kaget setiap effort nya , tanpa dia minta orang membantunya dengan ikhlas juga.

Saya pernah ada masalah transaksi yang membuat saya tersudut. Mentor saya terlibat membantu. Padahal saya tidak minta tolong kedia. Dan ketika dia bantu, itupun tanpa bertanya mengapa itu terjadi. Kalaulah dia tidak mengenal saya bertahun tahun tentu dia akan menghindar dan menjauh dari saya. Karena informasi yang dia terima sangat buruk terhadap saya. Tapi justru buruk itulah dia terlibat membantu. Apa alasanya?, “ ketika semua orang menyudutkan kamu dan kamu tidak membalas dan focus menyelesaikan masalah, maka kalau saya tidak terlibat bantu kamu maka saya lebih buruk dari orang lain. Mengapa? saya mengenal kamu tapi orang lain tidak mengenal kamu. Dan saya percaya tuduhan orang terhadap kamu tidak beralasan. " Demikian kata mentor saya. Kalau saya berkali kali lolos dari masalah dan bisa bangkit lagi , bukanlah datang dari mitra bisnis atau professional di lingkungan perusahaan tapi dari mereka yang merupakan jaringan cinta saya. Investasi bertahun tahun atas dasar ikhlas dan penuh prasangka baik, itulah yang menyelamatkan saya. Begitu juga dengan Afung. Yang bisa cepat berkembang dan sukses, karena tabungan investasi kebaikan dan keikhlasannya yang sehingga itu kembali kedia dengan segala kemudahan mencari rezeki.

Apa hikmah cerita ini? Kesetiaan adalah kehormatan sebagai manusia..begitu banyak orang pandai mengucapkan terimakasih dengan bermanis muka ketika menerima pemberian tapi kelak bila sedikit saja suasana hatinya terganggu maka dia lupa dengan terimakasih yang pernah dia katakan. Padahal kata kata tetaplah kata namun sikap adalah segala galanya. Menyempitnya rezeki , umumnya karena menyempitnya hati, yang sebagian besar penyebabnya tidak pandai berterimakasih. Orang yang tidak pandai berterima kasih selalu melihat pemberian orang terlalu kecil bila tidak sesuai dengan ekpetasinya. Selalu mengeluh dan menyalahkan orang lain dan hidupnya memang tidak ikhlas. Semua atas dasar transaksional, yang menempatkannya malah terlalu buruk untuk di transaksikan..

Rabu, 07 November 2018

Arab Saudi dan gerakan HT



Muhammad bin Abdul Wahhab
Tersebutlah dua orang sahabat yang saling melengkapi. Satu bernama Muhammad bin Abdul Wahhab. Ia dikenal sebagai ulama hebat. Satu lagi bernama Muhammad bin Saud. ia seorang politisi dan juga pemimpin dari Al-Diriyah. Kedua orang ini membangun gerakan politik bernama Wahabi Salafi atau Wahabi di kawasan Najed di semenanjung jazirah Arab pada akhir abad ke-12 hijriah. Secara politik, wahabi memang bertujuan menghilangkan persepsi umat bahwa kekuasaan tidak berasal dari keluarga nabi. Apapun yang mengkultuskan keluarga Nabi Muhammad dianggap sesat.Tentu tujuan politik adalah melegitimasi Ibnu Saud sebagai khalifah untuk Arab. Maka berdirilah negara Arab Saudi pada tahun 1744 (1157 H).

Muhammad bin Saud
Makanya engga kaget bila pada tahun 1801 dan 1802, golongan Wahhabi Saudi di bawah Abdul-Aziz bin Muhammad menyerang dan merebut kota suci Syiah Karbala dan Najaf di Irak, dan menghancurkan makam Husain bin Ali, cucu Muhammad, dan Ali bin Abu Thalib, menantu Muhammad.  Cukup sampai disitu. Tidak.   Pada tahun 1803 dan 1804 orang-orang Saudi merebut Makkah dan Madinah dan menghancurkan berbagai makam Ahlul Bait dan para Sahabat, monumen kuno, situs dan reruntuhan Islam. Menurut Wahhabi, mereka "menghapus sejumlah dari apa yang mereka pandang sebagai sumber atau gerbang menuju perbuatan syirik - seperti makam Fatimah, putri Muhammad. Hal ini menyebabkan kemarahan kesultanan Utsmaniyah, yang telah menguasai kota suci sejak tahun 1517, dan membuat Utsmaniyah bergerak. Tugas untuk menghancurkan Wahhabi diberikan oleh Utsmaniyah pada raja muda kuat Mesir, Muhammad Ali Pasya. 

Muhammad Ali mengirim pasukannya ke Hejaz melalui laut dan merebutnya kembali. Anaknya, Ibrahim Pasha, lalu memimpin pasukan Utsmaniyah ke jantung Nejd, merebut kota ke kota, dan membuat pasukannya menghancurkan desa yang melawan dengan sedikit belas kasihan, kejadian yang masih diingat di Nejd sampai saat ini. Akhirnya, Ibrahim mencapai ibukota Saudi, Diriyah dan menyerangnya untuk beberapa bulan sampai kota itu menyerah pada musim dingin tahun 1818. Ibrahim lalu membawa banyak anggota klan Alu Saud dan Ibn Abd Al-Wahhab ke Mesir dan ibukota Utsmaniyah, Istanbul, dan memerintahkan penghancuran Diriyah, yang reruntuhannya kini tidak pernah disentuh kembali. Imam Saudi terakhir, Abdullah bin Saud dieksekusi di ibukota Utsmaniyah, dan kepalanya dilempar ke selat Bosphorus. Sejarah Negara Saudi Pertama berakhir.

Namun, Wahhabi dan klan Al Saud hidup terus dan mendirikan Negara Saudi Kedua yang berdiri tahun 1891. Kemudian digagalkan oleh Kesultanan Ustamaniah. Namun persekutuan kedua pendiri wahabi ini terus dilanjutkan oleh anak cucu mereka bahkan setelah cicit Ibnu Saud yang bernama lengkap Abdulaziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah ibn Muhammad Al Saud (1876-1953 M) yang juga dikenal sebagai Ibnu Saud berhasil mendirikan kerajaan Arab Saudi (Al-Arabiyah Al-Saudiyah) pada tahun 1932. Itu berkat keluarga Saud melakuan konspirasi  dan aliansi dengan Inggeris dan Prancis menjatuhkan kesultanan ustmaniah di Turki yang berkuasa atas jazirah Arab. Pendirian negara Arab Saudi ketiga kali ini sampai sekarang masih bertahan. Namun kekuasaan Arab sudah dipreteli oleh Prancis dan Inggeris dengan menanamkan paham nasionalisme. Maka jazirah Arab menjadi beberapa negara seperti Irak, Iran, Suriah, kwait, Qatar, Jordan, Libanon. Khusus  Israel yang mendapatkan legitimasi tanah palestina dari transaksi jual beli kawasan hunian antara Baron Rothschild dengan inggeris sebagai pemilik tanah Palestina.

Walau Khilafiah Ustmaniah telah runtuh namun pengaruh idiologi khilafiah tidak hilang dikalangan elite politik di timur tengah. Mereka para elite itu yakin bisa menguasai kembali Jazirah Arab bersatu dalam khilafah islamiah.  Apalagi mereka tahu lahirnya Kerajaan Arab pada ketiga kalinya ini tidak dalam arti kehendak rakyat Arab. Itu berkat hadiah dari Prancis dan Inggeris sebagai pemenang perang dunia pertama menjatuhkan Dinasti Usmaniah yang berkuasa di jazirah Arab. Maklum para kepala Suku yang tergabung dibawah bendera Al Saud ikut terlibat membantu Prancis dan Inggris perang melawan pasukan Ustmaniah. Ada gerakan politik yang ada di Mesir yang tidak menerima campur tangan asing di Arab dan lebih menginginkan persatuan Arab. 

Hasan Al Banna
Gerakan itu adalah Ikhwanul Muslimin. Organisasi ini berdiri pada 1928. Pendirinya adalah Syaikh Hasan Al-Banna. Sebetulnya pemikiran Syaikh Hasan Al-Banna ini moderat. Dia berusaha mengakomodasi kelompok salafy yang wahabi, merangkul kelompok tradisional yang mungkin perilaku keagamaannya sama dengan NU dan juga merangkul kelompok pembaharu yang dipengaruhi oleh Muhammad Abduh. Syaikh Al-Banna menyatakan bahwa Ikhwanul Muslimin itu harkah islamiyah, sunniyah, salafiyah, jadi diakomodasi semua, sehingga ikhwanul muslimin menjadi besar. Dalam Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad. Yaitu institusi jihad dalam struktur Ikhwanul Muslimin yang sangat rahasia. Kader yang berada dalam Tandhimul Jihad ini dilatih militer betul, doktrinnya pakai kesetiaan seperti tarikat kepada mursyid. Ini dibawah komando langsung Ikhwanul Muslimin. Para militer atau milisi ini menarik kelompok-kelompok sekuler yang ingin belajar tentang disiplin militer. Mereka bagian dari militernya, bukan dari ideologi Ikhwanul Muslimin. Jadi mereka belajar aspek militernya. 

Taqiuddin Nabhani
Ketika pada 1948 Israel mempermaklumkan sebagai negara maka terjadi perang. Nah, Tandhimul Jihad ini ikut perang, dan kelompok ini yang punya prakarsa-prakarsa. Waktu itu Mesir kan masih dibawah kerajaan Raja Faruk dan sistemnya masih perdana menteri, Nugrasi. Tapi akhirnya Arab kalah dan Israel berdiri.  Nah, dalam kelompok ini ada Taqiuddin Nabhani yang kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Jadi Taqiuddin itu awalnya bagian dari Ikhwanul Muslimin. Namun antara Hasan Al-Banna dan Taqiuddin ini kemudian terjadi perbedaan. Hasan Al-Banna berprinsip kita terus melakukan perjuangan dan memperbaiki sumber daya manusia. Sedang Taqiuddin bersikukuh agar terus melakukan perjuangan bersenjata, militer. Taqiuddin berpendapat kekalahan Arab atau Islam karena dijajah oleh sistem politik demokrasi dan nasionalisme. Sedang Hasan Al-Banna berpendapat sebaliknya. Menurut dia, tidak masalah umat Islam menerima sistem demokrasi dan nasionalisme, yang penting kehidupan syariat Islam berjalan dalam suatu negara. 

Pada 1949 Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak agen pemerintah dan dianggap syahid. Sedang Taqiuddin terus berkampanye di kelompoknya di Syria, Libanon dan Yordania. Kemudian Tandhimul Jihad diambil alih Sayid Qutub, ideologinya Ikhwanul Muslimin. Ia dikenal sebagai sastrawan dan penulis produktif, termasuk tafsir yang banyak dibaca oleh kita di Indonesia.  Sayid Qutub mendatangi Taqiuddin agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin. Tapi Taqiuddin tidak mau karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Ya, itu menurut Taqiuddin hanya gara-gara Ikhwanul Muslimin menerima nasionalisme. Akhirnya Taqiuddin mendirikan Hizbut Tahrir ( partai pembebasan). Maksudnya, pembebasan kaum muslimin dari cengkraman Barat dan dalam jangka pendek membebaskan Palestina dari Israel. Itu pada mulanya. Ia mengonsep ideologi khilafah Islamiyah.  Ini menjadi ancaman bagi kerajaan yang ada di Timur Tengah yang sudah nyaman dengan sistem monarki.

Makanya di Jordania yang merupakan basis utama gerakan ini, sejak pertama kali mendaftar pada 1952 sebagai partai politik, Hizbut Tahrir langsung ditolak oleh pemerintah Jordania. Saat itu Hizbut Tahrir tidak mendaftar sebagai organisasi sosial kemasyarakatan, tetapi mendaftarkan diri sebagai partai politik.  Namun langkah yang diambil Hizbut Tahrir langsung ditolak karena dianggap bertentangan dengan konstitusi Jordania. Salah satunya, Hizbut Tahrir menentang nasionalisme yang sudah menjadi common platform seluruh warga negara. Di samping itu, Hizbut Tahrir menentang sistem dinasti yang sudah mapan. Ada beberapa hal lainnya yang dianggap dapat menerabas konstitusi yang sudah disepakati oleh berbagai faksi politik dan masyarakat.

Kemudian Hizbut Tahrir mendapat peluang untuk mengembangkan gerakannya di beberapa kawasan Palestina yang kekuasaannya berada di bawah otoritas Jordania, karena situasi objektif Palestina yang memberikan ruang bagi kelompok apapun untuk tumbuh. Pada mulanya Hizbut Tahrir hanya sebagai kelompok pengajian setelah Salat Jumat. Lalu kemudian membuka cabang di beberapa daerah di Tepi Barat, terutama di kawasan pedalaman.  Pada 1951, Taqiyuddin Nabhani mengikuti pemilu legislatif di Palestina. Tetapi ia kalah dari wakil Partai Ba'ast. Semua kandidat Hizbut Tahrir kalah, kecuali Ahmad Da'ur dari Tulkarem lolos ke parlemen setelah berkoalisi dengan Ikhwanul Muslimin. Kekalahan tersebut disebut-sebut menjadi titik-balik untuk meninggalkan gelanggang politik dan memilih jalur dakwah kultural. Mereka kembali menggariskan program untuk menguasai mimbar-mimbar masjid dan lembaga pendidikan keagamaan.

Selain itu, konflik internal yang terjadi di dalam Hizbut Tahrir menyebabkan eksistensi mereka di Palestina semakin tenggelam, yang menyebabkan beberapa pengurus terasnya mengundurkan diri, menyusul hijrahnya Taqiyuddin al-Nabhani ke Beirut. Pada 1956, beberapa aktivis Hizbut Tahrir diusir dari Jordania sehingga aktivitas mereka mati total pada saat itu. Kondisi objektif yang terjadi di Jordania menjalar ke seantero negara di Timur-Tengah. Hampir tidak ada negara di Timur-Tengah yang kemudian memberikan ruang yang leluasa terhadap Hizbut Tahrir.  Mengapa ? Ada dua alasan utama yang menjadi landasan kenapa Hizbut Tahrir dilarang di Timur-Tengah. Pertama, Hizbut Tahrir mempunyai ideologi khilafah, yang secara nyata bertentangan dengan realitas politik kontemporer. Di masa lalu, sebelum jatuhnya Dinasti Ottoman di Turki pada 1923, khilafah masih menjadi sistem politik. Tetapi setelah itu, dunia Islam khususnya Timur-Tengah mengalami trauma politik yang sangat akut perihal kembalinya sistem khilafah. Namun Hizbut Tahrir tetap pada pendiriannya untuk menegakkan khilafah. Negara-negara Timur-Tengah lainnya pun mempunyai argumen berbeda. Karena setelah jatuhnya Dinasti Ottoman sudah tidak mungkin lagi diterapkan sistem khilafah.

Kedua, Hizbut Tahrir ditengarai terlibat dalam beberapa kudeta di Timur-Tengah. Menurut Musa Kaylani (2014), pada dekade 60-an aktivis Hizbut Tahrir terlibat dalam kudeta di Jordania dan dekade 70-an di Tunisia. Pada 1974 juga para aktivis Hizbut Tahrir terlibat dalam kudeta di Mesir. Dua alasan menonjol tersebut telah menyebabkan Hizbut Tahrir mempunyai posisi yang sangat tidak menguntungkan. Mereka tidak mudah mengepakkan sayapnya, karena adanya benturan yang sangat serius dengan realitas politik di Timur-Tengah. Apalagi negara-negara Teluk yang mempunyai sistem monarki, yang secara diametral akan bertabrakan dengan sistem khilafah yang diusung Hizbut Tahrir. Maka dari itu, pengalaman di Jordania telah menyadarkan para aktivis Hizbut Tahrir untuk mengambil langkah strategis yang jauh lebih jitu dengan cara bergerak di bawah tanah. Mereka memaksimalkan penyadaran personal, berinteraksi secara luas dengan banyak kalangan, serta mempengaruhi para tokoh politik dengan gagasan khilafah. Ya HT menempuh jalur silent revolution di beberapa negara,termasuk di Indonesia.

Kerajaan Arab sangat paham bahwa HT adalah ancaman serius bagi eksistensi dinasti Al Saud. Niat HT untuk menghabisi kerajaan Saudi bukan hal baru tetapi sudah sejak lama. Dua kali kerajaan Arab berdiri dua kali di hancurkan oleh Khilafah Usmani. Tentu Saudi tidak mau hancur untuk ketiga kalinya karena ulah Khilafah. Aksi HT sangat dipahami oleh intel Saudi. Sekecil apapun riak yang mengarah ke HT langsung di habisi dan di hukum pancung. Itu sebabnya HRS dapat masalah di Makkah hanya karena mengibarkan bendera HT. Ini masalah seriues. Karena mengancam posisi Raja. Bukan paranoid tetapi kerajaan Arab tidak mau ambil resiko sekecil apapun soal kekuasaan. 

Pemikiran Yahudi

  Kemarin saya diskusi dengan teman. “ Apa mungkin akan ada konflik terbuka antara China dan AS di Laut China Selatan” tanya teman. “ Pernah...