Kamis, 23 Januari 2020

Revolusi mental

Mental?
Kalau kita menarik makna tersurat dan tersirat dari asal kata Mental dalam konotasi positip maka kita tahu pasti bahwa mental itu berkaitan dengan jiwa. Sesuatu yang imanenl. Mental itu adalah manifestasi dari nilai nilai budaya dan agama yang diimaninya. Atau dalam bahasa mesranya, mental itu adalah Akhlak.  Akhlak itu sendiri sebetulnya berasal dari bahasa Arab, khuluqun. Kata kata khuluqun itu sendiri berarti kejadian yang erat hubungannya dengan khaliq yang berarti pencipa. Singkatnya pengertian akhlak adalah perbuatan baik yang disebabkan oleh adanya hubungan antara makhluk dengan khaliq untuk dasar berinteraksi dengan sesama mahkluk.

Sebagian orang menganggap etika itu sendiri adalah akhlak. Memang keliatan sama karena keduanya berhubungan dengan tingkah laku manusia. Namun ada letak perbedaannya yang principil yaitu soal kebenaran. Kebenaran pada etika adalah kebenaran akal yang bersandar pada filsafat. Ini kebenaran yang bersifat subjective. Yang tentu kebenaran itu tidak selalu benar tergantung dengan tempat, situasi dan kondisi yang ada. Sementara akhlak, sumber kebenaran itu berasal dari Tuhan. Ini bukan buah pikiran akal dan bukan pula tesis filsafat. Ini firman Allah. Ia menembus ruang dan waktu yang tak mungkin didebat.

Bagimana aplikasi Akhlak? Berbuat baik bukan hanya kepada mereka yang berbuat baik kepada anda tapi juga kepada orang yang jahat. Bersilaturahim bukan hanya kepada mereka yang bersilaturahim tapi juga kepada mereka yang memutuskannya. Berbicara bukan hanya kepada mereka yang berbicara tapi juga kepada mereka yeng enggan berbicara. Memaafkan mereka yang tidak memberi kemaafan. Mereka amanah kepada mereka yang mengkhianatinya. Memuliakan mereka yg menghinanya. Sikap ini jelas secara etika dan moral keliatan konyol tapi itulah Akhlak. 

Dengan akhlak , orang bekerja, berwirausaha karena Tuhan maka pasti dia akan punya passion tinggi. Ketika dia bekerja dia tidak berharap bonus, tidak berharap naik pangkat, tidak berharap kaya raya. Bahkan kadang diremehkan oleh rekan sekerjanya atau tetangganya, tidak merasa terganggu. Contoh Jokowi tidak merasa rendah walau jabatan Presiden sementaraanakny a jual martabak. Saya tidak peduli bila dinilai tidak bonafide karena sebagai pengusaha hidup kok sederhana. 

Karena akhlak, kamu tidak perlu korupsi sebagai pejabat dan tidak perlu menipu sebagai pengusaha, tidak perlu tentukan tarif sebagai pengkotbah bila diundang ceramah. Tapi buah upayanya menciptakan perubahan lebih baik, menciptakan atmosfir cinta untuk memberi, bukan meminta. Tentu hasilnya akan maksimal karena dia akan tangguh menghadapi hambatan dan tabah dengan segala keterbatasan untuk menjadi unggul dalam putaran waktu. Orang yang berakhlak tidak pernah sempit hidupnya. Kalau hidupnya lapang bukan karena melulu doa tapi itu karena sunattulllah, something good happens because the process is good. Kebaikan yang di tebar maka kebaikan juga yang tuai.

Karena Akhlak orang bisa berteman dengan siapapun. Dia tidak melihat apa agama orang dan berapa banyak kekayaan orang atau seberapa besar manfaat yang akan diraih dari persahabatan itu. Dia tidak hanya berbuat baik kepada orang baik tapi juga kepada orang yang jahat kepadanya. Seberapapun orang menghinanya dan merugikannya namun pintu maaf selalu terbuka.  Baginya kelengkapan hidup bukan hanya bersyukur berteman dengan orang baik tapi juga mampu merebut hati orang yang membencinya. Karena Akhlak, pernikahan dasarnya adalah Allah. Sehingga apapun kekurangan istri atau suami,  akan diterima dengan sabar untuk saling melengkapi. Poligami memang  dibolehkan oleh Allah namun disikapinya dengan rendah hati sehingga tidak merasa mampu berlaku adil sesuai syarat yang ditetapkan Allah, karenanya ia selalu menjaga hati istrinya agar nyaman dan tentram.

Karena Akhlak, orang beragama tidak mengharapkan sorga atau  takut neraka. Walau Allah  menjanjikan itu namun dia malu mengharapkannya karena selalu merasa rendah di hadapan Tuhan sehingga merasa sorga tidak pantas baginya. Selalu rendah hati di hadapan manusia sehingga tidak pantas cap orang lain kafir atau ke-imanan orang lain lebih rendah dibandingkan dia. Karena Akhlak maka tak lain yang diharapkan adalah rahmat Alllah. Karenanya agama dihidupkan dengan Cinta. Tuhan didekati dengan cinta, bukan rasa takut. Sehingga keimanan itu melekat di hati tanpa bisa dipengaruhi oleh transaksional seperti bersedekah mengharapkan kaya raya dengan too good to be true, patuh kepada harakah mengharapkan sorga dengan fasilitas VVIP plus bidadari cantik. Tidak. 

Apa yang menjamin bahwa Islam itu cinta damai dan patuh kepada hukum universal ? tanya teman yang saya kenal di dalam pesawat. Dia seorang wanita yang sedang melakukan business trip ke Hong kong. Karena mungkin dia melihat saya sedang membaca buku tafsir Al Quran, makanya dia bertanya seperti itu. Saya belajar metodelogi tafsir Al Quran dari ibu dan Nenek saya. Makanya Quran banyak saya spidoli untuk memberikan tanda hubungan satu ayat dengan ayat yang lain. Jadi memang sudah hobi saya melakukan kajian secara mandiri dengan prinsip keilmuan yang saya punya dan kemudian ini menjadi hal yang sangat khusu ketika saya bertafakur setelah sholat malam.

Saya katakan kepada teman itu, bahwa dalam islam ada ajaran yang sampai kini saya pegang teguh, yaitu pertama, melakukan perbuatan baik. Kedua, menasehati orang agar orang melakukan hal yang benar. Ketiga, menasehati orang agar berlaku sabar. Sangking hebatnya ajaran ini , Alla sampai bersumpah demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar benar dalam keadaan merugi ( karena bego.). Kecuali orang yang mengerjakan perbuatan baik, mengajurkan kepada kebaikan dan menganjurkan berlaku sabar. Tentu dasar untuk melakukan ketiga hal itu adalah keimanan bukan transaksional.

Mengapa ajaran itu tiga serangkai ?. Karena anda tidak akan bisa sempurna melakukan yang pertama bila tidak di iringi dengan langkah kedua, dan lebih tidak sempurna lagi bila tidak melakukan yang ketiga. Saya bisa saja dengan uang saya membangun sendiri panti atau masjid atau sekolah pesantren. Tapi itu bisa saja menjerumuskan saya kepada Riya atau sombong beramal. Tapi kalau saya ajak orang lain melakukan bersama sama maka itu saya sudah melaksanakan langkah kedua dari ajaran Allah itu. Apakah mudah? tidak juga. Karena bukan tidak mungkin saya dihina orang atau direndahkan orang “ Kok kaya tapi pelit..Engga mau modalin sendiri.”. Makanya saya lengkapi sikap ketiga ketika mengajak orang berbuat baik. Apa itu?. Bersabar. Saya tidak peduli orang ngomong apa. Saya hanya melaksanakan ajaran Tuhan.

Ketika saya membuat keputusan apapuh termasuk dalam urusan bisnis, selalu niat dan yang saya kerjakan hal yang baik. Dan saya memotivasi orang untuk melakukan rencana dan langkah saya tersebut. Nah kalau mereka lambat memahaminya atau terseok seok mengikutinya maka tugas saya meminta mereka agar bersabar dan tetap focus kepada hasil. Kalau karena itu kebijakan saya berubah ubah dan berdampak orang lain kecewa, saya tidak akan merasa bersalah. Karena toh saya tetap di jalan yang baik dengan niat baik. Tugas saya memotivasi diri saya sendiri agar bersabar atas hal itu dan berharap orang lain juga bersabar. Mengapa? demi waktu saya memang hidup dalam keadaan merugi karena memang mana ada manusia sempurna yang sehingga semua bisa berjalan seperti dia mau.

Itu sebabnya kalau saya mengajak orang agar mendukung Jokowi dengan dasar pengetahuan yang saya punya, maka itu bukan bagian dari kampanye politik tapi bagian dari perintah Tuhan yang pertama agar saya mengerjakan hal yang baik. Namun saya juga tidak bisa memaksakan semua itu seperti yang saya harapkan. Makanya saya tetap mengharapkan agar diri saya dan orang lain yang mau mengikuti anjuran saya agar tetap bersabar. Karena pada akhirnya penilai atas segala sesuatu itu bukanlah manusia tapi Tuhan. Dan saya mencintai Tuhan saya.

“ Nah kalau ada orang merasa telah berbuat baik dan kemudian mengajak orang pada kebaikan namun dengan amarah menghujat orang lain, itu artinya dia tidak bisa bersabar atas keyakinannya beragama. Lantas ajaran islam mana yang di ikutinya ? Katanya


“ Entahlah “ Kata saya.

Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Tetapi mengapa nilai nilai Islam itu tidak menjadi perubahan mental memakmurkan bangsa ini.? Fenomena ini diamati dengan baik oleh Gordon W. Allport, sang Ahli Psikologi. Ia punya jawaban bahwa Islam diperkenalkan Rasul dalam keadaan utuh. Hanya masalahnya menjadi lain ketika ia tersebar-luaskan.  

Cara menerima agama inilah yang berbeda, sehingga berbeda pula sikap dan perbuatannya. Menurut Allport, karena umat memandang agama sebagai something to use, but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. Agama dipolitisir, digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri dan kekuasaan. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa, sholat, naik haji, dan lain sebagainya, tetapi tidak di dalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. 

Allport juga bilang, bahwa cara beragama seperti ini memang erat kaitannya dengan penyakit mental. Sehingga kesimpulannya, cara beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah, korup masih tetap akan berlangsung.  Sehingga bukannya kedamaian yang didapat tetapi jusru kekacauan. Bukannya kemajuan yang didapat, malah kemunduran. Makanya jangan kaget bila kita sangat sulit membedakan orang yang beragama dengan tidak beragama. Dia mengaku beragama tetapi kelakuanya lebih sekular. Jauh dari nilai nilai agama. Mengapa?

Di dunia sekular apapun ditransaksikan dan ukurannya adalah reward alias pamrih. Bahkan agamapun ditransaksikan sesuai dengan demand. Ada sorga yang dilengkapi fasilitas bidadari cantik yang dijanjikan asalkan berjihad. Orang ramai percaya dan sebuah politik dokrin mendapat peluang berkuasa untuk kesenangan dunia yang dibungkus agama. Ada cara cepat kaya asalkan mau mengorbankan harta secara suka rela kepada gerakan amal terorganisir. Orang ramai percaya karena ilusi yang disampaikan dengan magic word namun faktanya yang mengorganisir lebih dulu kaya, yang berderma, entahlah. Dari itu semua, dunia sekular renta dengan gesekan amarah, sesal, permusuhan walau itu semua di bangun diatas etika, moral berdasarkan konsepsi HAM.

Lantas bagaimana sebetulnya dunia agama samawi?  Agama itu kalau dianalogikan seperti Pohon, maka akar adalah Tauhid, batang dan ranting adalah syariat , sementara buahnya adalah akhlak. Pohon tidak bisa tumbuh tanpa akar. Pohon tidak akan berbuah bila tak ada dahan dan ranting. Buah tidak akan pernah ada tanpa akar dan dahan. Jadi kait mengkait alias kaffah. Artinya kalau kita percaya kepada Tuhan maka kita juga harus  meniru sifat Tuhan yaitu adil dan  beradab. Untuk memastikan itu kita juga harus bisa bersatu dengan siapapun, menghindari permusuhan. Bila persatuan terjadi tentu tidak sulit untuk bermusyawarah membuat aturan agar keadilan sosial sebagai ujud bahwa Islam itu rahmat bagi semua, dapat teraktualkan.

Sikap beragama.
Sedari kecil saya sudah Islam. Karena lahir dari keluarga yang beragama Islam. Beriman satu hal tapi mendapatkan hidayah itu lain hal. Namun yang tak pernah saya berhenti bersyukur kepada Allah adalah keimanan itu datang bersamaan dengan hidayah datang melalui orang yang saya cintai. Memang  proses mencapai itu panjang.  Didikan agama tidak hanya saya dapat dari kedua orang tua tapi juga dari Nenek dan paman saya. Kebetulan baik ibu saya, Nenek maupun paman saya adalah aktifits keagamaan. Jadi saya dibesarkan oleh keluarga yang memang aktifis keagamaan..Tentu cara mereka mendidik saya tidak hanya sebatas bagaimana agama diyakini tapi bagaimana di apply dalam bentuk spiritual sosial. 

Dari ibu saya di tekankan " jangan pernah meninggalkan sholat. Karena sholat itu sebagai penghubung antara kamu dengan Allah. Dengan sholat, Tuhan ada di hatimu dan Tuhan akan menjagamu siang dan malam. Yakinlah kamu akan selalu baik baik saja selagi Tuhan hadir di hatimu." Dari ayah saya , saya ditekankan agar menjadi seorang laki laki. " Menjadi pria itu tidak mudah. Kamu harus kuat lahir batin. Karena tanggung jawab kamu bukan hanya kepada keluargamu tapi juga kepada yang lain. Jangan pernah kalah dengan keadaan. Jadilah petarung. Hiduplah berakal agar kamu mati beriman."

Dari nenek saya belajar ilmu Al Quran. Dari SD saya belajar memahami Al Quran. Dan yang tak pernah saya lupa bagaimana nenek saya menceritakan kisah di setiap Ayat Al Quran dan selalu ada hikmah di setiap cerita itu agar saya memahami betapa Agama itu penuh dengan cinta dan kasih sayang. 

Nasehat nenek saya " Janganlah kamu sungkan atau malas melaksanakan ibadah, sebab Allah tak pernah membuatnya sulit ketika Dia mewajibkanNya. Allah tidak mewajibkan suatu perintah kecuali Allah telah penyiapkan pertolongan dan bantuan untuk menunaikannya. Sementara martabat mu lebih agung disisiNya karena kamu adalah tempat untuk mewujud apa yang Dia wajibkan kepada mu. Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan kecuali bisikan bisikan dari orang yang menyuruh mu untuk memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mendamaikan sesama manusia. Allah memerintahkan mu untuk bersedekah karena dia mewakilkan hal itu kepada mu. Maka, janganlah kamu tolak orang yang butuh pertolongan walaupun dengan kalimat yang santun dan wajah ramah, sementara kamu tidak merasa bersalah karenanya. kamu tahu, membantu orang lain sama saja memberikan bekal hingga akhirat"

Dari Paman, saya belajar secara detail pengetahuan agama. Sejak SLTP tugas pendidikan saya ada pada Paman.  Dalam setiap pengajian paman saya mengajak saya untuk belajar ilmu fikih dan hadith. Paman saya juga jadi mentor saya dalam segala hal. Apapun yang saya tanya, paman saya dapat menjawab dengan terang. " Agama itu harus diyakini karena akal kamu berfungsi. Semakin kaya pengetahuan kamu semakin efektif akal kamu dan tentu semakin dalam keimanan kamu. Jadi gunakan sepanjang usia kamu untuk terus belajar apa saja.  Jangan tutup dirimu dengan satu pengetahuan saja. Mengapa ? karena ilmu  Allah sangat luas. Kemanapun wajah kamu hadapkan ayat ayat Alalh terbentang untuk kamu mendapatkan hikmah.Jika kamu melihat orang berilmu yang tidak mengamalkan ilmunya, amalkanlah ilmunya oleh mu hingga hak si ilmu tertunaikan. Waspadalah jangan sampai kamu menzalimi sesama. Sebab kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat. Menzalimi sesama artinya kamu mengabaikan hak hak mereka yang Allah telah mewajibkan untuk kamu tunaikan. Sama sekali jangan pernah menghina si miskin dan yang berbeda agama denganmu. Sebab, tidak ada yang berhak menghina ciptaan Allah."

Ketika tamat SMU dan berakhir masa remaja saya, pemahaman Tauhid tidak membuat saya berjarak kepada yang berbeda , tidak pernah merasa angkuh. Didikan agama membuat saya tetap kering di tengah hujan deras, tetap tawar di laut yang asin. Keimanan itu bukan untuk disombongkan, karena sehebat apapun kita beribadah tidak menjamin kita selamat. Hidayah itu hak Allah dan Allah berhak membolak balikan hati kita.  Keimanan itu harus  disyukuri dengan sikap rendah hati agar yang jauh mendekat, yang dekat merapat. Setiap kita adalah pendakwah. Dakwah yang baik itu haruslah dengan hikmah, yang menentramkan siapapun dan membuat orang lain jatuh cinta. Karena itu sampai sekarang bila saya gundah, maka yang saya buka adalah Al Quran. Hati saya melembut dan yakin bahwa sholat dan kesabaran itu adalah senjata orang mukmin untuk unggul dalam  putaran waktu.

" Apa itu Islam? Tanya teman." SOP nya apa ? Lanjutnya.
" Rukun Islam. "
" Apa saja?
" Mengucapkan dua kalimasahadat, Sholat, puasa, Zakat dan haji."
" Mengapa harus mengucapkan dua kalimasahadat?
" Karena itu berkaitan dengan keimanan kepada Allah dan percaya kepada Rasul yang menyampaikan risalah Agama. "
" Mengapa harus sholat ?
" Itu sebagai ujud keyakinan kita kepada Allah."
" saya yakin kepada Tuhan, lantas mengapa harus sholat ?
" Tuhan itu sesuatu yang ghaib. Tidak mudah dipahami dengan akal. Karenanya diperlukan latihan memisahkan akal dan apapun di luar kita kecuali hati kita kepada Tuhan. itulah sholat."
" Seperti meditasi ?
" Tepat sekali. Kamu sering meditasi ya kan."
" Ya."
" Apa yang kamu pikirkan ketika melakukan meditasi?
" Konsentrasi penuh."
" Bisakah kamu melakukan meditasi bila memikirkan hal yang lain?
" Tidak."
" itulah sholat. Ketika saya sholat , saya seakan akan berada didunia lain. Hanya ada saya dan Tuhan. Yang lain tidak ada. Untuk itu saya harus kosongkan pikiran, tidak ada lain selain Tuhan."
" Bagaimana bisa meykinkan diri akan hal itu dan mengosongkan diri"
" Itulah gunanya bacaan dalam sholat. Menanamkan dalam diri ,alam bawah sadar kami bahwa Allah itu Maha Pengasih lagi penyang. Kami berikrar bahwa hidup ,mati, sholat hanya untuk Tuhan. Hanya Tuhan yang wajib dipuji dan dibesarkan, yang lain tidak. " 
"Sebagaimana meditasi,untuk sampai ketahap yang kamu katakan itu tidak mudah. Hanya level hebat yang bisa sampai kepada pengosongan pikiran.Bahkan seumur hidup saya tidak pernah mencapai level meditasi seperti itu"
" Itulah mengapa Islam mewajibkan sholat dilakukan 5 kali sehari.Niatnya harus karena Allah. Itu tidak boleh ditinggalkan. Apapun keadaan , sholat harus dilaksanakan. "
" Mengapa ? 
" Allah Maha Tahu akan manusia karena Dialah pencipta manusia. Dengan menjadikan sholat sebagai kewajiban keseharian, dilakukan dengan disiplin tinggi maka hanya masalah waktu by process siapapun akan mencapai tingkat dimana sholat telah menjadi kebutuhan hidupnya. Dia rindu kepada Tuhan,rindu kepada kesejatiannya untuk kembali kepada Tuhan dengan sebaik baik dirinya. Pada level ini bukan hanya sholat wajib dia lakukan juga sholat sunnat. "
"Oh..jadi islam mendidik siapa saja jadi orang suci dan sholat adalah latihan jiwa melalui gerakan yang teratur agar alam bawah sadar terbentuk ,bahwa hidup ,mati dan sholat hanyalah untuk Allah.Tentuk orang islam akan mencintai siapapun karena pesan Tuhan akan kasih sayang tertanam di alam bawah sadarnya. Dia akan menjadi pendamai dan penyejuk hidup yang serba pamrih.."
"Benar sekali. Sholat adalah cara kami memahami tentang dimensi gaip khususnya tentang eksistensi Tuhan. Sholat adalah koneksi keruang tanpa batas dalam makna tak terdefinisikan, kecuali meninggikan Tuhan dan merendahkan diri  bahwa kami bukanlah siapa siapa tanpa pertolongan Tuhan. Bahwa semua berawal dari Tuhan dan berakhir kepada Tuhan. Apapun itu. Selagi kami terus terkoneksi dengan Tuhan sepanjang usia lewat sholat maka secara sunatullah karakter kami akan terus berkembang menjadi lebih baik.”
“ Mengapa sampai begitu ? tanya teman lagi.
“ Karena kami merasa selalu menyatu dengan Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Hidup kami penuh cinta. Tanpa “ada prasangka buruk, tanpa berpikir negatif dan selalu ikhlas.”
“ Bagaimana dengan puasa ?
“ Apabila sholat dalam dimensi tanpa batas, maka puasa adalah dimensi yang terbatas. Puasa sebagai latihan jiwa untuk sabar dan rendah hati dengan menahan hawa nafsu dalam kurun waktu tertentu. Tidak ada yang tahu kita puasa kecuali Allah. Di sinilah diuji keimanan kita. Apakah kita benar berpuasa karena Allah ataukah karena rasa hormat dari manusia. Bila ikhas karena Allah, maka puasa itu menyehatkan raga dan jiwa. Badan kita sehat, dan jiwa terlatih stablil menghadapi segala kemungkinan di masa depan. Bukankah kita tidak sabar dan tidak ikhlas karena nafsu, dan nafsu itu ada di perut dan alat kelamin. Kendalikan itu maka kita kendalikan nafsu kita.
“ Sederhana ya. “ Katanya tersenyum.
“ Benar”
“ Bagaimana dengan Zakat. “
“ Zakat adalah nutrisi jiwa. Kami memberi tanpa berharap apapun dari manusia kecuali mengharapkan ridho Tuhan. Apabila kami lakukan ini maka rasa bahagia akan membuncah dalam jiwa. Empati terbangun dan cinta menghiasi hati untuk senang memberi , dan bukan meminta. Dengan memberi jiwa akan kokoh, tentu raga akan jauh dari penyakit. Perasaan bahagia yang dari sikap memberi itu mampu meningkatkan kekebalan tubuh dari serangan penyakit. “
“ Wow luar biasa. Bagaimana dengan Haji?
“ Dan bila rukun islam dari satu sampai empat dapat kami lakukan dengan istiqamah maka puncak agama tauhid adalah ibadah Haji. Itu melodrama perjalanan spirtiual untuk tiada tuhan selain Allah ,Itulah puncak agama Tauhid. “
“ Hanya lima rukun islam itu tapi maknanya luas dan menyeluruh untuk kesehatan jiwa dan raga kita. 
" Benar. Namun apapun yang kami lakukan dalam beragama kembali kepada diri kami sendiri. Allah tidak mendapatkan manfaat apapun namun Allah bangga bila kami bisa memenuhi ketentuanNYA.”
“ Ya hanya lima. "katanya lagi.
" Namun kita tidak bisa mengatakan yang penting sahadat tapi sholat tidak dilakukan, Itu salah, Atau yang penting sholat dan zikir tapi etos kerja lemah sehingga rezeki tidak cukup untuk membayar zakat. Itu juga salah. Tidak juga yang penting memberi tapi puasa tidak, sholat tidak. Itu sikap yang salah. Lima rukun itu harus dilakukan secara penuh tanpa bisa kurang satupun."
"  Engga sulit sebetulnya"
“ Ya engga sulit kalau mau konsisten. 
" Tapi kenapa kadang umat islam terkesan rumit ? kadang saling menghujat orang yang berbeda”
“ Itu hanya apabila islam masuk ke ranah politik. Bukan islamnya salah tetapi orangnya salah. Salah memaknai agama islam. Islam itu agama berfocus kepada Akhlak. Tentu dasarnya adalah keimanan. BIla akhlak baik maka apapun urusan jadi baik."

Belakangan saya tahu dia akhirnya memeluk islam. Itupun setelah dia mencari tahu sendiri secara otodidak. Memanglah hidayah itu bukan datang dari manusia tetapi dari Allah. Manusia hanya perantara saja. Hakikatnya tetaplah dari Allah.
Teman saya cerita pernah suatu waktu dia melihat relasi bisnisnya memaki maki seorang wanita yang bertugas sebagai pemandu lagu Karaoke. Penyebabnya wanita itu tidak bisa menyenangkan salah satu tamu. Dia melihat wanita itu nampak berlinang air mata dan berusaha menundukan kepala sebagai tanda menyesal dan mengaku salah. Ketika wanita itu menyebut nama Tuhan , relasinya tambah marah kepada wanita itu.

" jangan bawa bawa Tuhan. Kamu pelacur. Kamu sampah. Jangankan sama Tuhan, sama manusia aja kamu engga ada harga”

Relasi bisnisnya terus saja marah dengan hujatan, yang akhirnya Manager Karaoke meminta wanita itu keluar. Usai karaokean teman saya diantar ke hotel oleh relasinya. Besok janjian akan bertemu lagi di waktu sarapan pagi. Namun keesokan paginya dia dapat kabar bahwa relasinya sudah meninggal karena kecelakaan yang mengenaskan. Supirnya tidak bisa menghindari tabrakan karena kabut musim dingin.

Kejadian itu sangat menginspirasinya untuk tidak mudah merendahkan siapapun. Perbuatan melacur adalah perbuatan maksiat yang merusak dirinya sendiri dan melanggar larangan Allah. Tapi itu urusan dia dengan Tuhan. Tidak ada urusannya menzalimi orang lain. Sementara memaki dan menghina itu perbuatan antara manusia. Kalau Anda menzalimi orang lain , Tuhan tidak akan memaafkan kalau orang lain itu tidak memaafkan. Apalagi sampai orang itu menangis dan menyebut nama Tuhan. Itu artinya, dia sadar walau dia pendosa tapi dia percaya kepada Tuhan, tempat kembali ketika dia terhina dan Tuhan maha mendengar doa orang terzalimi. 

Apalagi kalau anda menghujat kepada bukan pendosa hanya atas dasar prasangka buruk tanpa bukti yang kuat atau hanya karena perbedaan paham. Sampai menyebut kafir atau pelaku maksiat. Semakin anda hina dia semakin dekat dia dengan Tuhan, dan anda semakin rendah di hadapan Tuhan.  Saya pernah jalan bersama istri di Mall, terjadi dialogh yang sederhana.
" Pah.. Itu perempuan kok gitu sih pakaiannya ? Katanya ketika melihat wanita berjalan di depan kami.
" Emang kenapa ?
" Pakaiannya itu ...perhatiin engga?
" engga ...!
" makanya perhatiin.."
" OK terus kenapa ?
" aneh Aja. Apa engga malu?
" itu menurut mama. Menurut mereka juga mama maluin.
" Emang salah mama apa? Pakaian ketutup semua kok.
" Ya itu salah menurut mereka. Kenapa harus ketutup semua.."
"Ya itu ketentuan agama ?
" Pemahaman agama mereka berbeda dengan mama. Hanya saja mereka engga usil dengan pakaian orang lain walau berbeda.
" Hh gitu ..terus papa suka dong liat yang gitu pakaiannya ?
" Biasa aja. "
" Benar ? Kan udah zina mata."
" Yang dijaga itu mata hati bukan mata telanjang. Kalau mata hati jorok, wanita pakaian tertutup, tetap saja membayangkan telanjang. Tapi kalau mata hati dan akal waras, walau perempuan tidak pakai jilbab tetap dibayangin berpakaian lengkap. Apalagi wanita yang diliat itu istri orang. Engga ada nafsu menyertai"
" Emang bisa kuat iman?
" Ya iman itu harus dilatih. Dengan selalu berprasangka baik dan terus berdoa agar kuat. Dunia ini diciptakan bukan hanya untk kita tapi untuk semua. Bijaklah bersikap. Ujian itu bukan dihindari tapi dihadapi...
" ya sih ... Suka suka papa ajalah ... Pantas Papa engga pernah nyuruh mama pakai jilbab."
" Loh pakaian itu soal kenyamanan. Kalau mama nyaman dengan jilbab ya kenakan. Itu hak privasi mama yang harus papa hormati. Tapi kalau menggunakan pakaian tidak terhormat, nah itu pasti papa tegor. "
" Jadi yang engga pakai jilbab itu engga salah menurut papa?
" Salah benar soal model pakaian itu hanya Tuhan yang tahu. Yang pasti salah itu kalau kita berprasangka buruk terhadap orang lain yang berbeda paham soal pakaian. Hormati saja. Kan enak. Kita terlepas dari menggenggam dosa akibat paranoid. “

Dulu 15 tahu lalu, pernah ada kejadian. Ketika saya sedang tidak ada di rumah, istri saya memberi pinjaman uang kepada tentangga. Sebetulnya jarak rumahnya jauh denga rumah kami. Mereka tinggal di belakang komplek. Alasannya karena suaminya belum pulang dari luar kota. Nanti setelah suaminya pulang, hutang itu akan digantinya. Tetangga itu menyerahkan tabung gasnya sebagai jaminan. Sebetulnya istri saya tidak meminta jaminan. Tapi tetangga itu tetap maksa agar tabung gas itu dijadikan jaminan. Sekian lama kemudian, suami tetangga itu pulang. Dia datangi rumah saya dengan marah marah kepada istri saya. Kebetulan saya sedang di rumah pagi itu. Saya dengar dengan seksama alasan suaminya marah. Dan istri saya sampai menangis menahan emosi. Karena dia tidak bersalah dan dia memberi pinjaman itu ikhlas. Tidak ada maksud seperti tuduhan suami tetangga itu yang menilai istri saya rentenir dan zolim.

Saya sampaikan maaf saya kepada suami tetangga itu. Dan apapun keputusan istri saya, itu adalah tanggung jawab saya. " Kembalikan uang saya, ambil tabung gas itu. Engga usah ajarin saya soal agama segala. Karena faktanya ketika istri kamu kesusahan , dia datang ke saya, bukan kekeluarga kamu atau teman pengajian kamu. " kira kira seperti itu kata istri saya.Dan saya hanya mendiamkan keadaan agar tidak bertambah ribut.

Suami tetangga itu meninggalkan rumah saya tanpa mengucapkan salam. Setelah mereka keluar rumah, saya menatap istri saya. "Apabila kita tidur dalam keadaan perut kenyang, sementara ada tetangga yang harus menahan lapar karena belum makan, maka andaikan paginya kita tidak lagi bangun karena ajal sampai, maka kita mati dalam keadaan tidak beriman. Jadi kalau besok ada tetangga berhutang untuk makan, beri saja dan lupakann. Jangan lupa tersenyum.”

Kemudian, saya pergi ke gudang, saya gotong sendiri Tabung gas itu kerumah tetangga. Istri saya protes “ mengapa abang harus antar tabung gas itu kerumah mereka. Kalau mereka mau ambil, silahkan ambil sendiri.” Masih dengan nada emosi.

“ Agar dia tidak merasa tergadaikan hidupnya karena hutang itu. Ingat berhutang untuk makan itu sangat berat bagi orang yang sudah berkeluarga. Sekali kamu rendahkan dia, maka kamu berperang dengan Allah. Jangan sampai rezeki yang Tuhan beri malah jadi sumber kutukan terhadap kita. Kamu tanggung jawab saya dan saya harus pastikan kamu di jalan Tuhan, kalau engga maka saya yang harus bertanggung jawab dihadapan Tuhan nanti..” Kata saya. Namun istri tetap protes. Saya tidak peduli, saya terus melangkah keluar rumah sambil membawa tabung gas utuk diantar kerumah tetangga itu.

Sampai di rumah tetangga itu, saya serahkan tabung gas itu dan mengikhlaskan uang yang mereka pinjam. Dengan sepenuh hati saya mohon agar saya dan istri dimaafkan. Jangan lagi dipermasalahkan soal ini. Suami tetangga itu merangkul saya dengan air mata berlinang. " Saya sadar tadi saya berbuat salah. Tidak seharusnya saya marah marah ke pada istri bapak. Apalagi setelah saya tahu , hutang itu tanpa bunga dan tidak ada jadwal kapan harus dikembalikan. Dan bapak bisa memaklumi sikap saya, dan kini bapak selamatkan kehormatan saya dengan mengantar sendiri tabung gas kerumah saya, dan mengikhlaskan hutang itu. “ Katanya. Saya senang karena keadaan bisa damai kembali. Kepada istri, saya katakan,' Jangan ulang lagi kejadiaan ini”

Saya tahu istri saya salah. Tetapi jauh lebih salah apabila saya tidak mau minta maaf kepada tetangga itu. Mencintai oran miskin bukan hanya memberi tetapi juga menjaga perasaannya. Engga mudah memang. Tetapi itulah cobaan manakala kita diberi kelebihan rezeki oleh Tuhan. Dalam dialogh diatas, istri saya tidak salah. Karena itulah keyakinannya beragama. Orang konsisten dengan keyakinannya, itu bagus. Yang jadi masalah bukan soal keyinan itu, tetapi sifat fanatik terhadap keyakinan yang berlebihan. Walau itu ajaran agama namun cara menerapkannya dengan menyalahkan orang lain, itu jelas tidak mencerminkan akhlak yang baik. Apapun kebenaran bila disikapi dengan berlebihan justru tidak lagi sebuah kebaikan. Lantas apa artinya kebenaran bila tidak ada kebaikan.

Cerita diatas secara moral tentu kesalahan ada pada pihak yang berhutang. Apapun dalihnya marah, tetap saja itu salah. Karena ketika dia berhutang, tidak ada pemaksaan. Syarat ditentukan sendiri oleh pihak berhutang. Tetapi suaminya dengan prasangka buruk langsung marah kepada istri saya. Alasannya istri saya berlaku zolim dan menerapkan riba. Secara agama, dia tidak salah. Apa yang dia sampaikan keyakinan akan beragama. itu ada dalilnya. Namun apakah kita harus mempertentangkan kebenaran normatif dan kebenaran religius? Ini tidak akan selesai sampai hari kiamat. Tetapi saya menyelesaikannya dengan meminta maaf. Mengakui kesalahan atas dasar menjaga perasaan orang lain jauh lebih benar daripada merasa paling benar. Tetapi apakah setelah itu dia benar benar bisa berdamai? tidak juga. Kadang terdengar juga dia bicara sumbang tentang keluarga kami. Namun kami abaikan saja. Kebahagiaan kami lebih penting daripada mendengar orang bergunjing terhadap kami. Mengapa? karena kami berbuat baik bukan karena manusia tapi karena Tuhan. Kami tidak berharap  pujian, dan kalaupun dihujat kami juga tidak peduli.  

Ada teman yang datang ke saya dalam keadaan gundah. “ Saya benar benar stress kalau dengar orang membicarakan saya. Apalagi postingan di sosmed sangat bias. Apa untungnya mereka membicarakan saya. Mereka engga mengenal saya secara pribadi. Tidak ada kaitan apapun dengan bisnis dan kehidupan saya pribadi . Ada apa ini? Hanya karena satu kesalahan yang tentu ada alasan tetapi komentar seakan mereka lebih tahu alasan dan menghakimi nya.” Katanya. Saya tersenyum dan mengajaknya berbicara secara pribadi. Saya tahu dia butuh teman untuk menjadi pendengar yang baik. Dengan seksama saya menyimak. Saya berusaha mengerti dan sangat maklumi suasana hatinya.

Saya katakan, jangan dibuat rumit hidup ini. Anggap sederhana saja. Sama halnya sesederhana itu orang menilai kamu dan menghakimi kamu. Kadang mereka juga engga tahu mengapa harus komentari hidup kamu. Kalau kamu kaya, orang akan bilang kamu sombong dan pelit. Kalau kamu miskin, orang akan bilang kamu malas. Kalau kamu bangkrut, orang akan bilang kamu brengsek. Singkatnya apapun kondisi kamu, kamu tidak akan bisa lepas dari komentar orang. Mengapa ? Karena kita itu makhluk sosial. Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani dan orang lain yang komentari. Biasa saja.

Lantas gimana caranya menghadapi prahara hujat dan fitnah ini? Katanya berkerut kening. Kamu tidak bisa menutup mulut orang. Karena mereka banyak. Dan bisa saja mereka punya mulut tetapi tidak punya otak dan hati. Yang harus kamu lakukan tutup telinga kamu dengan kedua tanganmu. Artinya, jangan baca semua postingan sosmed dan berita tentang orang yang membicarakanmu, dan block semua akses mereka terhadapmu. Sudah itu, nikmati kesendirian mu, dengan dirimu sendiri. Engga usah baper. Mengapa ? Orang yang membenci selalu ada alasan menyalahkanmu. Sementara orang mencintaimu selalu ada alasan memaklumi dan memaafkan mu. Biasa saja.

Tapi engga semudah itu bro, katanya. Saya katakan bahwa orang lain berhak bicara apa saja tentang kamu, namun kamu juga berhak mengabaikan omongan orang itu. Karena yang tahu persis apa yang terjadi adalah kamu sendiri. Kamu tidak butuh orang menilai kamu. Apapun itu tidak ada manfaatnya. Dipuji tidak akan membuat kamu kaya raya. Dihina dan difitnah tidak membuat kamu lapar. Jangan rusak kebahagiaan kamu hanya kerena omongan orang lain. Sebab orang menilaimu dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda beda. Kamu tidak bisa mendikte agar orang menilai seperti yang kamu mau. Jangan habiskan waktu hanya karena memikirkan omongan orang lain. Terlalu rendah hidupmu bila terpengaruh omongan orang lain , yang tak henti menilai negatif. Fokus sajalah dengan dirimu sendiri. Anggap semua biasa saja.

Jadi ? Katanya. Saya tegaskan bahwa lalui hidup ini dengan Happy. Teruslah memperbaiki diri sendiri. Dan sehebat apapun kamu, jangan berharap pujian agar kamu tidak baper dihina dan dihujat. Hiduplah sederhana. Kalau tak paham, jangan komentar. Kalau tak bisa bersikap baik kepada orang lain , cobalah berprasangka baik. Kalau tak bisa mencintai, janganlah membenci. Kalau tak bisa peduli, cobalah untuk tidak menghakimi. Kalau tak bisa jadi orang penting, jadilah orang biasa saja, yang mengajak orang ke mata air. Lakukan yang menurut Tuhan benar, bukan menurut orang lain benar. Jadilah dirimu sendiri seperti yang kamu mau, bukan seperti orang lain mau. Semoga kamu paham.

Ada sahabat saya umat kristiani yang tadinya berkarir sebagai banker. Namun setelah krismon dia banting setir jadi pengusaha. Yang saya tahu dia sangat taat menjalankan agamanya. Dia di sunat, tidak minum alkohol, tidak berzina, mitra serta sahabat yang ramah dan amanah. Semua karyawannya merasa senang bekerja di perusahaannya. Karena dia memberikan gaji diatas UMR. Setiap hari raya keagamaan selalu memberikan bonus dan cuti yang cukup agar karyawannya punya waktu bersama keluarga menikmati hari libur keagamaan. Dia juga tidak melarang bila karyawannya melaksanakan sholat di kantor. Bahkan dia memberikan anggaran untuk membangun mushola di lingkungan pabriknya. Artinya sahabat saya ini mengakui keberadaan agama Islam. Sebagaimana dia katakan bahwa dia mempercayai Nabi Muhammad sebagai utusan Tuhan. Namun dia tetap dengan agamanya.

Seorang sahabat muslim bertanya kepada saya “ Apakah orang sebaik itu kelak akan masuk sorga? Karena sayang sekali dia bukan muslim, tentu amalannya akan sia sia.”. Saya katakan  bahwa jangankan dia , untuk diri kita yang islam saja kita tidak tahu apakah kita akan masuk sorga. Mengapa ? karena sorga itu hak Allah. Walau Allah telah menjanjikan sorga namun kita tidak bisa memaksa dengan amalan dan ibadah kita itu Allah wajib menempatkan kita ke sorga. Agama bukan media transaksional di hadapan Tuhan. Apapun yang kita lakukan, akan kembali kepada diri kita sendiri. Dan ALlah tidak mendapatkan apapun dari ibadah kita. Keimanan kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan reward. Keimanan kepada Tuhan adalah jalan mendekati Tuhan untuk mencapai kesempurnaan pribadi.

Lantas bagaimana sikap Islam terhadap mereka yang berbeda agama? Tanya teman saya. Keimanan itu adalah pilihan merdeka, atas persetujuan hati nurani dan akal sendiri, bukan merupakan paksaan dari luar. Pilihan keimanan adalah pilihan atas kebenaran yang berasal dari Tuhan. Keyakinan kita bahwa Quran sebagai kitab suci terakhir dan sekaligus penutup dari seluruh kitab suci yang pernah diturunkan Allah. Walaupun demikian, Quran tetap mengakui mereka dengan syarat mereka tetap mengakui Tuhan (Allah) dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih serta iman kepada hari akhir.

Artinya semua agama itu sama. Kata teman saya dengan nada tidak bisa menerima argumen saya. Tentu tidak sama, kata saya. Namun tujuannya sama yaitu Tuhan asalkan mereka beriman kepada Tuhan dan hari akhir, termasuk mempercayai bahwa Nabi Muhammad itu utusan Allah, dan Al Quran adalah kitab yang datang dari Allah. Sebagaimana kita percaya bahwa Injil itu kitab Umat kristiani dan Nabi Isa adalah utusan Allah. Dalilnya sebagai berikut: 

Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqarah 62) 

Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”(Al Maidah 69). 

Asbabun Nuzul ayat ini adalah ketika Salman al Farisi menanyakan pada Rosulullah tentang bahwa banyak dari teman-temanya yang beriman, beramal shalih, dan menjalankan syariat tetapi mereka tidak memeluk Islam, Rosulullah menjawab mereka semua ahli neraka, lalu turun ayat ini untuk membantah bahwa para ahli kitab masih ada peluang untuk masuk surga (lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Tafsir karangan Muhammad Ali seorang ulama yang oleh H.O.S. Cokroaminoto dipakai untuk Quran pada tahun sebelum kemerdekaan (rintisan Quran terjemah Indonesia), menguraikan “ “Ayat ini memberantas pengertian tentang bangsa pilihan yang mengira bahwa bangsa ini sajalah yang diberi hak keselamatan. Hal ini dikemukakan di sini untuk menunjukan bahwa bangsa Yahudi pun berhak menerima ganjaran apabila mereka beriman dan berbuat baik….hendaklah diingat bahwa iman kepada Allah dan hari Akhir adalah sama dengan mempercayai Islam sebagai agama yang benar…quran tidak menginngkari adanya orang yang baik di kalangan agama lain.” (Quran Suci Terjemah dan Tafsir hal. 38.).

Mari kita perhatikan sikap Buya Hamka dalam tafsir Al-Azhar “Inilah janji yang adil dari Tuhan kepada seluruh manusia, tidak pandang dalam agama yang mana mereka hidup, atau merek apa yang diletakkan kepada diri mereka, namun mereka masing-masing akan mendapat ganjaran atau pahala disisi Tuhan, sepadan dengan amal shalih yang telah mereka kerjakan itu”. 

“Ayat ini adalah suatu tuntunan bagi menegakan jiwa, untuk seluruh orang yang percaya kepada Allah. baik dia bernama mukmin, atau pemeluk agama Islam, yang telah mengakui kerasulan Muhammad SAW, atau orang Yahudi, Nasrani, dan Shabiin” 

“Ayat ini sudah jelas menganjurkan persatuan agama, jangan agama dipertahankan sebagai suatu golongan, melainkan hendaklah selalu menyiapkan jiwa mencari dengan otak dingin, manakala hakikat kebenaran. 

Sebagian ulama banyak yang berpendapat bahwa ayat ini telah dinasikhkan olah ayat “Sesungguhnya agama yang diridai Allah hanya Islam” dan “Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam menjadi Agama, sekali-kali tidaklah akan diterima darinya” (Ali Imran 85). Tetapi ada baiknya kita melihat tafsiran Buya HAMKA terhadap ayat ini: “Ayat ini bukanlah menghapuskan (nasikh) ayat yang sedang kita tafsirkan ini melainkan memperkuatnya. Sebab hakikat Islam ialah percaya kepada Allah dari Hari Akhirat. Percaya kepada Allah artinya percaya kepada firman Nya, segala RasulNya dengan tidak terkecuali..” 

“ Kalau dikatakan bahwa ayat ini dinasikhkan oleh ayat 85.., yang akan timbul adalah fanatik, mengaku diri Islam, walaupun tidak pernah mengamalkanya. Dan surga itu hanya dijamin untuk kita saja.”

Bagaimana soal balasan di akhirat terhadap agama lain ?, Hamka bertutur dalam kitabnya “Dan neraka bukanlah lobang-lobang api yang disediakan di dunia ini bagi siapa yang tidak mau masuk Islam, sebagaimana yang disediakan oleh DziNuwas Raja Yahudi di Yaman Selatan, yang memaksa penduduk Najran memeluk agama Yahudi, padahal mereka telah memegang agama Tauhid. Neraka adalah ancaman di Hari Akhirat esok, karena menolak kebenaran.”

Mengapa Indonesia yang mayoritas Islam sangat toleran terhadap agama lain ? Karena begitulah ajaran Islam. Dan itu teraktualkan dari sikap semua ulama yang ikut mendirikan republik ini berdasarkan Pancasila. Karena semua ulama sangat mengutamakan kehidupan dunia ini aman untuk didiami oleh siapa saja, mengaku beragama atau tidak, asal saling menghormati dan saling menjaga pendirian masing-masing. Islam mengakui keberadaan agama lain tanpa harus mengikutinya. Namun dalam konteks politik, kadang issue perbedaan agama ini digunakan untuk mencapai kekakuasaan. Ini pasti paradox. Agama tidak bisa dipolitisir untuk membuat perubahan agar semua orang sama.

Napoleon pernah berkata " Kekuasaan bisa berganti, politik bisa berganti tapi gunung tidak pernah pindah dari tempatnya". Apa maksud ? Pengaruh idiologi bisa saja berganti tapi kebudayaan atau kearifan lokal tetap di tempatnya. Tidak akan bisa diganti dengan apapun. Walau saya bergaul dengan banyak orang asing , berbicara dalam bahasa asing namun logat minang saya tetaplah tak hilang. Tetap logat bahasa ibu saya. Waktu di makkah melaksanakan ibadah haji pada ritual Arbain di Madinah, saya merasa nyaman menggunakan kopiah hitam daripada kopiah putih. Karena dari kecil saya hanya melihat ayah dan kakek saya menggunakan kopiah. Baju yang saya kenakan adalah baju warna putih gunting cino, bukan baju daster putih.Karena baju itu sudah jadi tradisi Minang.Tak akan saya ganti kebiasaan keluarga hanya karena saya telah melancong ke tanah Suci.

Tuanku Nan Rinceh, yang kurus tapi dengan mata menyala bagai api. Ia muncul dalam arena konflik sosial yang melanda Minangkabau sejak awal abad ke 19. Ia muncul dan ia mengagetkan. Di daerahnya di Bukit Kamang yang tinggi, ia memaklumkan jihadnya seperti pedang berkilat. Merasa ia harus memberi contoh bagaimana ajaran agama mesti ditaati tanpa ditawar, konon ia membunuh saudara ibu kandungnya. Wanita itu seorang pengunyah tembakau. 

Masyarakat yang ingin ditegakkan Tuanku Nan Rinceh memang masyarakat yang ideal: tak ada orang menyabung ayam, minum tuak, atau mengisap candu. Tak ada orang memakan sirih. Pakaian putih-putih haru dikenakan, dan kaum pria haru mengikuti Nabi: membiarkan diri berjanggut. Wanita haru berhijab, tak boleh memakai perhiasan. Kain sutera harus dijauhi. Syariat Islam harus dijalankan, dan siapa yang tak taat dihukum. Memang, ada pengaruh gerakan Wahhabi, yang waktu itu sedang naik pasang di sekitar Mekkah, dalam semangat Tuanku Nan Rinceh itu. Lurus, sederhana, menuntut sikap yang serba murni. Apa hasilnya ?

Gerakan “pemurnian” akhirnya bentrok dengan gerakan Islam di tempat lain. Khususnya dengan seruan “kembali ke syariat” yang sejak akhir 1700 dibawakan oleh Tuanku Nan Tua dari Kota Tua di wilayah Agam. Sengketa itu sengit. Tuanku Nan Tua, yang mengutip pelbagai ayat Quran untuk menunjukkan bahwa Nabi pada dasarnya meng-enggani kekerasan, kemudian dicemooh sebagai “Rahib Tua”. Muridnya, Jalaluddin, yang mendirikan dusun Muslim di Kota Lawas, dijuluki “Raja Kafir”. Lalu perang pun pecah selama enam tahun. Setelah perang sia sia itu, akhirnya tercapai kesepakatan " Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah. Artinya alua jo patut , adat dan agama harus saling kait mengkaitkan, dan tentu adat di topang oleh agama ( itu berhubungan dengan fikih). Sejarah Indonesia belajar dari banyak hal dan Pancasila adalah hasilnya. Mengapa ?

Perbedaan itu adalah takdir, apalagi dalam beragama. Pancasila mempersatukanya. Dahulu , Umar bin Abdul'Aziz berkeinginan untuk mempersatukan semua negeri di bawah pemerintahannya dalam satu mazhab. Tetapi ia segera mengetahui bahwa dalam setiap negeri sudah berlangsung tradisi Fiqih yang berbeda. Mereka mewarisinya dari para sahabat terdahulu. Para sahabat Nabi saw yang datang di Syam membawa fatwa fiqih yang berbeda dengan mereka yang datang ke mesir dan Kufah ; dan berbeda pula dari para sahabat yang tinggal di Mekkah dan Madinah. Akhirnya, Umar membiarkan setiap negeri mengikuti Ulama di negerinya masing-masing (lihat Tarikh Abu Zar'ah Al-Dimasyqi 1:202). Mungkin juga karena setiap negeri menghadapi kondisi sosial ekonomis yang berlainan. Bukankah setiap fiqih dikembangkan untuk menjawab masalah-masalah yang bersifat lokal dan temporal ?

Negeri ini merdeka karena Rahmat Allah, dan berkah itu datang karena mayoritas penduduk indonsia secara demographi adalah Islam. Dan Islam mengajarkan persatuan dan kesatuan dengan mengutamakan perdamaian. Bertengkar itu jelek. Soal aqidah itu menjadi tanggung jawab setiap orang memperjuangkan untuk dirinya sendiri bukan mengajak orang cemburu iman terhadap perbedaan yang ada. Apalagi memaksakan kehendak agar definisi agama nya saja yang paling benar dan yang lain salah, yang berbeda agama di rendahkan.

Siapapun yang berjuang demi agama maka dia harusnya dekat kepada Tuhan dan karena itu dia menjauhi bertengkar apalagi mencari cari kesalahan orang lain demi indentitasnya. Semua anak bangsa sama di hadapan hukum NKRI. Dari keberagaman perbedaan itulah cinta diakualkan. Dan kuncinya adalah AKHLAK. Jangan jadi duri dalam daging dari semangat cinta negeri ini, dan hidupkanlah syiar agama tapi jangan numpang hidup dari syiar agama..Itu namanya kapitalisme beragama yang hanya membuat perbedaan jadi bahan dagangan untuk cari kaya dan popularitas politik..merusak keindahan akhlak, merusak hakikat beragama.

Saya Islam dan tidak akan berubah karena alasan apapun. Kalau saya terkesan tidak sejalan dengan semangat bela Islam, itu bukan berarti saya tidak mendukung tegaknya Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Islam yang saya maknai adalah Islam yang sejuk yang bukan hanya merangkul yang dekat tapi juga membuat yang jauh merapat. Ini bukan kata saya tapi sesuai dengan firman Allah. 

Pernah ada kejadian yang luar biasa menurut saya. Saya naik taksi menuju pulang.'Dari arah Sarinah dipersimpangan lampu merah pasar Tanah Abang, polisi menghentikan taksi. Polisi itu memberitahu kesalahan supir bahwa dia melanggar lampu merah. Dengan lembut supir taksi menyangkal bahwa dia tidak menerobos lampu merah. Saya tahu supir itu tidak salah. Polisi mengambil SIM supir taksi itu dan minta supir taksi itu mengikutinya. Tidak berapa lama supir itu kembali dengan tersenyum.

“ Alhamdulilah saya dizalimi oleh polisi.”katanya dengan tersenyum. Kemudian dia berdoa “  ya Allah beri kesabaran kepadaku menerima cobaan ini. Beri hidayah kepada polisi itu agar dia tahu mana yang halal dan mana yang salah.
“ Kenapa Pak”  Kata saya  bingung! Kok dizalimi malah mendoakan?
“ itu sunah Rasul Pak. Saya mencintai rasul Pak dan saya harus tiru akhlak beliau bahwa maafkan orang yg mendzolimi sebelum dia minta maaf dan doakan dia agar Allah beri Hidayah.

Saya termenung. Dari seorang supir taksi saya dapat pencerahan tentang mengamalkan apa yg diimani. Dia miskin, namun dia kuat teramat kuat tanpa amarah memaki pejabat Pemerintah yg mendzoliminya dan tetap mendoakan untuk kebaikan.

Ada firman Allah yang saat ini tidak populer. Karena tidak laku jadi sandaran berpolitik bagi sekelompok orang yang ingin berkuasa. Apa firman Allah itu? Terdapat pada Q.S Ali Imran ayat 159) 

" Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Surti, hampir menangis ketika pria dengan wajah teduh datang membawa beras 5 liter. Pria itu berpesan agar besok besok kalau dia tidak ada beras untuk ditanak , datang ke tempatnya. Sambil memberi tahu alamat. Betapa haru dia, karena sudah dua hari suaminya menanti upah mingguan yang belum dibayar oleh juragan kebun. Alasannya perusahaan lagi sulit dan pembayaran upah biasa tertunda. Selama upah belum dibayar Surti bersama anaknya makan umbian yang ditanam di belakang rumah. Namun setelah pulang, beras 5 liter itu dibuang semua oleh suaminya. Hanya karena yang memberi beras itu seorang misionaris yang tidak seiman.

Surti tidak mengemis. Dia manusia biasa yang didatangi orang dengan cinta, untuk memberi. Saya bisa memaklumi sikap tegas dari suami Surti yang melarang istrinya menerima bantuan orang yang tak seiman. Kawatir aqidah tergadaikan hanya karena perut lapar. Masalahnya bagaimana menjelaskan kepada seorang ibu yang dapurnya tidak ngebul, sementara anak menangis lapar? Berharap kepada mandor kebun yang seiman, malah selalu membentak bila ditanya kapan upah di bayar.Bagaimana. ? Surti tidak ada niat untuk pindah agama. Dan si pemberipun tidak hendak mempengaruhi Surti untuk memeluk agamanya. Ia hanya terpanggil akan seruan Tuhan untuk memberi mereka yang lapar. Dan Surti adalah makluk ciptaan Tuhan, yang sadar bahwa Tuhan maha adil, dan keadilan Tuhan itu melalui orang yang pemberi tanpa harap kembali.

Ada juga Murni, wanita mendekati usia 40 tahun. Menjanda karena suaminya pergi tanpa alasan yang jelas dengan meninggalkan beban dua anak. Ia bekerja sebagai buruh memecah batu alam untuk aksesoris taman dengan upah sehari Rp. 1200. Dibayar seminggu sekali yang nilainya lebih rendah dari harga segelas kopi di starbuck. Sore menjelang malam menjemput. Dia berhias dengan gincu murahan yang dibelinya di warung kampung. Sepatu usang dan baju terbaik satu satunya yang dia miliki dikenakannya untuk pekerjaan lainnya. Setiap hari baju itu dicuci untuk dipakainya kembali.

Sambil menitipkan anak Balitanya kepada anak gadisnya untuk dijaga, dia melangkah menembus malam. Yang kemudian nampak adalah Murni yang lain, sang kapitalis penjual tubuhnya. Suatu saat Murni , menemukan pelanggan yang tak ingin membeli tubuhnya. Pelanggan itu memberinya uang untuk dia segera pulang, sambil berbicara dengan lembut " Pulanglah. Jangan lagi berbuat dosa. Tuhan mengasihimu. Datanglah ketempat saya, dimana orang berkumpul untuk menerima kasih Allah." Murni terharu. Namun ke esokannya ketika orang kampung tahu dia datang ketempat yang diharamkan, orang kampung mengecapnya murtad, kafir. Dia di asingkan oleh pergaulan.

Murni, tidak hendak pindah agama. Tidak hendak berbuat dosa. Hanya karena tidak ada lagi yang bisa dia perbuat untuk bertahan hidup. Sementara di sekitarnya , orang kampung yang setiap hari menyembah Tuhan, pergi haji berkali kali, naik motor kemana pergi, abai kepada nasipnya. Dia tidak hendak mengemis menuntut haknya yang di titipkan Tuhan kepada orang berlebih. Dia hanya menjual apa yang bisa dia jual untuk sekedar meyakinkan dia tidak kalah dan putus asa dengan hidupnya sehingga harus mencuri atau korup. Namun ketika ada yang menyeru menjauh dari hidup melacur, sambil memberi uang sebagai solusi. Diapun berbalik arah untuk menemukan tempat dimana orang peduli dan tidak menghujatnya, tidak memburunya dengan pentungan, kecuali memberi solusi , memberi hati bahwa bersama kita bisa.

Tidak semua orang punya kesabaran tinggi. Tidak semua orang punya tingkat keimanan tinggi. Tidak semua paham ilmu agama. Namun semua orang paham satu hal " Bahwa cinta bisa merubah yang keras menjadi lembut. Merubah putus asa menjadi harapan. Merubah lelah menjadi kuat. Merubah kalah menjadi pemenang. Dan itulah sebabnya banyak orang punya kekuatan kata kata yang dilantunkan dalam dakwah, predikat orang suci yang tak bisa di salahkan, kalah sama orang yang tak menyebutkan firman Tuhan namun ia memberi dengan tulus, tanpa mengadili. Dia merebut hati orang dengan cinta tanpa mengucapkan dalil tentang sorga bagi orang bertakwa dan neraka bagi pendosa. Dan buah agama itu hanya satu yaitu CINTA.

Tahun 1990 saya difitnah sehingga saya kena kasus hukum. Yang melakukan itu adalah mitra saya sendiri. Ketika masalah selesai dan saya menang di pengadilan , pabrik kertas saya diambil teman secara hostile. Pihak bank terlibat memaksa saya melepas pabrik tersebut dengan alasan saya sudah bangkrut. Ketika itu saya merasa sangat dizolimi. Saya berusaha mencari tahu, apa kesalahan saya sehingga saya dizolimi. Secara normatif tidak ada kesalahan saya. Sebagai mitra saya sangat transparans. Saya tidak pegang buku check. Yang pegang direktur keuangan. Cash flow pabrik bagus. Laba bagus. Tetapi yang terjadi terjadilah. Saya menyimpulkan pasti ada kesalahannya. Tetapi apapun itu, akan jauh lebih baik bila saya menerima kenyataan dan berdamai dengan kenyataan. Sayapun mundur. Waktu itu usia saya baru 27 tahun. Masa depan saya masih panjang. Masih banyak yang harus saya pelajari dari hidup ini.

Tahun 2016 atau 26 tahun kemudian , mitra itu datang ke saya untuk menjual pabrik yang sudah hampir 12 tahun bangkrut. Yang ada hanya tinggal tanah karena bangunan sudah hampir semua rusak. Dia hanya minta saya membeli sesuka harga yang saya mau. Dia tidak akan keberatan andaikan tanah itu dihargai USD 1. Pertanyaannya adalah mengapa dia sampai berubah pikiran setelah 26 tahun terjadi. Perjalanan hidupnya, setelah tidak lagi bermitra dengan saya mengajarkan banyak hal. Ternyata yang paling berharga dalam bisnis bukanlah modal besar dan jaringan yang bagus. Tetapi punya mitra yang tulus dan bisa memahami hal tersulit bahkan sampai batas tak tertanggungkan, dia tetap menerima dengan lapang hati. Siapapun butuh nyaman mengembangkan bisnisnya. Mitra yang baik adalah mitra yang bisa membuat kita nyaman. Nyaman itu mahal sekali value nya.Itulah dasar dia kembali ke saya.

Tahun 2017, Lawyer dan agent saya dari Hong kong datang ke Jakarta. Mereka minta saya menanda tangani dokumen berkaitan dengan kasus yang sudah saya menangkan sejak beberapa bulan lalu. Entah kebetulan, lawan saya yang berperkara di Hong Kong juga ada di Indonesia. Dia minta ketemu dengan saya. Saya menyanggupi. Lawyer saya menasehati saya agar sebaiknya tidak menemui dia. Karena akalnya banyak sekali dan target nya memang satu yaitu menghancurkan saya. Saya tetap bersikukuh untuk menerima ke datangannya. Ketika dia datang, agent dan lawyer saya nampak geram. Saya tetap tenang. Dia menyalami saya dengan kaku. Saya menyambutnya dengan senyum. Entah mengapa ketika saya memeluknya, dia nampak ragu, namun segera membalas pelukan hangat saya dengan melingkarkan tangannya. Setelah itu, dia mengatakan bahwa kedatangannya sebetulnya hanya ingin menegaskan bahwa dia akan melanjutkan perkara ini. Dia akan banding bila perlu sampai ke mahkamah international." Tapi ketika kamu memeluk saya dengan hangat, saya merasakan kamu bukan orang yang pantas dilawan, bukan seharusnya jadi musuh. Maafkan saya." Katanya.

"Setelah apa yang saya lakukan dengan kamu, tapi kamu tidak nampak sedikitpun merasa dendam dengan saya. Kamu dengan mudah melupakannya. Padahal semua saya rencanakan dengan baik untuk kamu jadi pecundang. Dua tahun perlawan di pengadilan, tentu ongkos yang tak murah yang harus kamu bayar, tapi kamu tetap tenang menghadapinya sampai kamu menang, Setelah itu kamu tetap seperti dulu sebelum kita berperkara. Pelukan kamu sama tak berubah. Senyummu tak berkurang." Katanya.

Dengan tersenyum saya katakan bahwa jiwa kemanusiaan saya tidak akan berkurang kepada siapapun walau dalam posisi berperang sekalipun. Soal perbedaan sikap kita dalam bisnis sampai kita masuk ke pengadilan, itu biasa saja. Kita lewati proses itu. Bagi saya tidak ada kemenangan yang sejati kecuali saya bisa memaafkan kamu dan kamu kembali menjadi sahabat saya. Tidak ada peperangan yang harus dimenangkan di medan bisnis, apalagi hukum dunia. Peperangan kita adalah menaklukan diri kita sendiri untuk berdamai dengan kenyataan tanpa ada benci atau dendam, memaafkan itu indah dan menyehatkan spiritual kita.. Dia kembali memeluk saya.. " Terimakasih menerima kembal saya sebagai sahabat…

Ada teman sekian tahun lalu dia pernah memfitnah saya dan sampai menzolimi saya. Dia berusaha merusak reputasi saya. Tiada hari tanpa hujatan kepada saya. Bahkan acap saya mendengar cerita dari teman betapa dia mengarang cerita tentang keburukan saya. Entah mengapa begitu besar kebenciannya terhadap saya. Andaikan saya balas dengan membuka aibnya tentu akan hancur dia. Apakah ada aib yang lebih besar dibandingkan dengan hutang? dan dia engga punya apa apa untuk membela dirinya karena kehidupanya memang memprihatinkan. Tapi itu tidak saya lakukan, apalagi berusaha menagih hutang. Ketika bertemu sambil minum kopi , saya berusaha membuat dia santai tanpa ada kesan saya marah atau kecewa dengan sikapnya dulu. Karena memang saya telah memaafkan segalanya. Kami bicara banyak hal. Dan ketika dia cerita tentang masalahnya. Saya berusaha menjadi pendengar yang baik. Berusaha memberikan solusi atas masalahnya. Mungkin saya tidak membantu semua tapi akses bisnis saya dapat meringankan masalahnya. Dia nampak berlinang air mata dengan sikap saya.

Kami berpisah. Hari iitu saya telah mengambil keputusan untuk menunjukan sikap memaafkan kepada seseorang yang telah menzolimi saya. Tidak dengan membalasnya dengan sikap yang sama dengan dia kepada saya tapi dengan kebaikan. Ketika dia menolak ajakan saya untuk bersilahturahmi , saya membuka diri ketika dia ingin bertemu dengan saya tanpa dendam apapun. Saya teringat nasehat ayah saya "Mungkin kebaikan kamu tidak kembali kepadamu tapi anak dan cucumu akan mendapatkan berkah dari kebaikan kamu. Hidup mereka akan lapang karena orang tuanya menanamkan kebaikan tanpa berharap apapun karena kecintaannya kepada Tuhan. “

Secara normatif saya bisa saja membalas kejahatan orang itu. Dan lagi untuk apa bertemu dengan orang yang secara bisnis tidak menguntungkan dan secara moral tidak layak dijadikan sahabat. Tapi kalau itu saya lakukan, energi saya akan habis sia sisa. Orang jahat akan selalu ada , teman palsu akan selalu ada, tapi apakah karena itu kita berhenti berbuat baik. Saya rasa teruslah berteman dan memaafkan mereka. Bukan karena kita lemah tapi karena memang begitulah seharusnya. 

Pernah simpatisan HTI datang kerumah saya. “ Pak, kenapa facebook bapak berisik sekali dari kelompok Ahok. Mereka belum move on” Katanya
" Mengapa kamu kesal ? Lantas apa beda dengan kamu?
" Ya. Gimana ya pak."
" Masalah kita itu, karena perjuangan agama bukan mempersatukan yang berbeda tapi justru memperlebar perbedaan dengan kebencian. Tidak ada nilai agama sesungguhnya. Itu tidak beda dengan politik “

Saya katakan bahwa kita engga boleh bangga kalau kita bisa menarik massa jutaan dalam satu tempat. Itu tidak hebat. Karena mereka semua sudah bersikap sama dengan kita. Kalau Felix mampu menarik follower lebih dari 2 juta orang pada akun sosmednya, itu juga engga luar biasa. Ya gimana engga banyak, yang follows dia adalah aktifis HTI. Kehebatannya mudah dipelajari karena dia menciptakan branded khilafah agar orang sepaham mendekat. Secara langsung membuat dia tenar dan bisa berdakwah, dan secara tidak langsung melancarkan bisnis keluarganya jualan pakaian muslim.

Kalaulah Nabi hanya berdakwah kepada orang yang sepaham dengan beiiau maka tidak akan terjadi perluasan Islam. Bayangkan, ditengah beliau dalam posisi diatas angin dalam perang dengan kubu Abu Sofian, beliau memilih menerima berdamai dengan Abu Sofian agar terjadi perdamaian. Apakah ada syarat dalam perdamaian itu Abu Sofian masuk Islam? Atau umat islam diberi kebebasan men syiarkan islam? tidak. Justru dalam perjanjian madaniah itu umat islam dilarang mensyiarkan islam selama 10 tahun di kota Makkah. Keuntungan Umat islam adalah di perbolehkan berniaga ke Makkah dan melaksanakan ritual haji.

Mengapa Nabi sampai mengalah dalam perjanjian itu , padahal pasukan Nabi dalam keadaan kuat sekali ? Karena syiar agama itu bukan hanya kepada orang yang seiman atau orang yang bisa menerima tapi juga kepada orang yang menolak, bahkan kepada orang yang membeci beliau. Sikap mengalah bukanlah kalah. Tapi justru kemenangan sejati Nabi. Mengapa ? tujuan islam itu hidup damai, Untuk apa effort syiar agama kalau terjadi kekacauan.  Tuhan tidak mengingingkan cara itu. Orang mau memeluk islam bukan karena kehebatan retorika atau tekanan dari orang lain, tapi itu semata mata hak prerogatif Tuhan. Jadi cara berserah diri kepada Tuhan dan mengutamakan damai adalah puncak dari Akhlak sesungguhnya. Dan terbukti 10 tahun kemudian, puncak kemenangan islam adalah karena perjanjian itu.

Nabi Isya, atau Yesus, bisa saja melarikan diri dari kejaran Tentara penguasa Romawi yang ingin menangkapnya, tapi beliau memilih menyerahkan diri untuk ditangkap dan diadili secara zolim. Tapi pengorbanan beliau atas dasar cinta kepada musuhnya, justru menimbulkan inspirasi bagi orang lain, dan ajaran kristiani semakin meluas setelah beliau meninggal. Isya berhasil mencerahkan orang bahwa agama kristen itu adalah ajaran cinta kasih. Peradaban baru terbentuk, Beberapa abad kerajaan di bawah naungan gereja pernah menguasai barat dan timur.

Makanya lihatlah sikap Jokowi. Kalaulah dia benar benar sebagai petugas partai, dia bisa minta kepada PDIP mengerahkan massa marhaen untuk menandingi massa Islam dalam aksi 411 dan 212. Tapi itu tidak dilakukan oleh Jokowi. Massa PDIP diminta tetap tenang. Aksi tidak di hadapi dengan penangkapan besar besaran kecuali kepada aktor di balik aksi tersebut. Setelah itu Jokowi mendatangi tokoh agama dan memastikan dia bukan musuh, dan kalaupun ada yang membuat umat islam tidak setuju dengan kebijakannnya, dia bersedia berdialogh dan berdamai. Dan karena itu tokoh MUI, NU, Muhammadiah diajak duduk bersama, Bukan hanya informal tapi dalam sturktur formal langung dibawah presiden.

Mengapa ? kalau Jokowi hanya bisa merebut hati orang PDIP saja maka dia hanya petugas partai. Tapi kalau dia bisa merebut orang yang tidak suka dan membencinya maka dia adalah petugas Tuhan. Itulah misi setiap manusia untuk mencintai bukan membenci dan bahkan dalam kondisi tak tertanggungkan tidak pernah kehilangan harapan untuk utamakan perdamaian.

Pengalaman mengajarkan kepada saya, bahwa teman 1000 terlalu sedikit, tetapi satu musuh kebanyakan. Secara normatif setiap ada orang yang menzolimin kita, harus kita lawan. Tetapi saya tidak memilih jalan normatif, kalau itu harus saling menyakitkan. Kalau sampai pertikaian hukum terjadi, dan saya melawan, bukan untuk menhancurkan lawan. Tetapi perlawanan itu berdimensi moral. Saya ingin kemenangan itu sebagai jalan untuk bisa memaafkannya dan berdamai secara egaliter. Itu lebih baik bagi saya. Ketika cinta mengabur maka kata kata tinggal lah kata kata, ia akan terbang dibawa angin , jatuh kebumi dengan suara kepongahan, menciptakan permusuhan, melahirkan kebencian, dan amarah yang tak sudah. Entah pesan Tuhan apa yang diperjuangkan bila yang dekat menjauh, yang jauh semakin jauh. Orang mendekat kepada kita karena Tuhan, dan  Itu terjadi karena sikap lemah lembut. Dan, Pemaaf. Mendoakan yang baik. Bersikap ikhlas dan tawakal. Damai itu perintah Allah.

Etos kerja.
Pada waktu ABG , kalau lihat mobil bagus dan rumah bagus, saya katakan kepada Papa saya
“ Kenapa mereka hanya China saja yang kaya Pa.”. 
Papa saya hanya tersenyum. Namun ketika mau cukur rambut , papa saya ajak saya ketempat cukur orang kaya. Tempatnya keren disebuah Ruko dengan lantai mengkilat. Tukang cukurnya orang China. Selama cukur rambut itu papa saya mengarahkan kepada tukang cukur bagaimana seharusnya rambut saya di cukur dan serapinya untuk enak dia pandang. 

Setelah selesai cukur rambut, tak pernah saya lupa nasehat papa saya,
“ Kamu lihat tadi , yang cukur rambut orang China, sama dengan tukang cukur di kaki lima yang orang pribumi. Tapi perhatikan dia mencukur sangat serius. Sangat serius. Ketika papa mengarahkan dia , tidak sedikitpun dia tersinggung. Tempatnya sangat bagus. Kamu tahu dari mana dia dapat uang untuk membuat tempat yang bagus itu? Dia tidak berdoa siang malam. Dia berkerja keras. Mungkin dia harus menabung bertahun tahun dengan mengekang selera agar dapat tempat yang bagus, dan karenanya orang tidak keberatan membayar lebih mahal. Kamu tahu kan tukang cukur di pinggir jalan langganan kita? dari sejak papa kenal 10 tahun lalu, dia tetap di kaki lima. Tapi kamu tahu, istrinya dua. Besok kalau pemda gusur tempatnya dia aknan salahkan pemerintah. Padahal mentalnya yang salah. Dan si China itu tetap setia dengan satu istri dan usahanya aman karena punya ijin dari pemerintah. “

"Tapi kenapa kita tidak sekaya mereka?

“ Papa generasi yang salah dari orang kebanyakan. Kita mudah puas dengan apa yang kita dapat, tapi iri dengan kelebihan orang lain. TIdak ada yang salah dengan orang lain kaya, yang salah kita sendiri karena kita tidak mau berubah. Kaya miskin itu bukan karena suku atau agama tapi sejauh mana mental kamu untuk berubah. Nasip kamu, tergantung dari sikap mental kamu. Hidup tidak ramah, dan kalau kamu bergantung dengan orang atau pemerintah, kamu akan jadi pecundang. Benar bahwa rezeki itu dijamin oleh Tuhan, tetapi Tuhan tidak sediakan makanan di sangkar burung. Artinya tanpa ikhtiar yang sungguh sungguh, rezeki tidak akan datang. “

“ Tapi kita sudah merdeka pa. Seharusnya ada keadilan “

“ Berkah merdeka itu dari Tuhan. Itu sudah selesai sejak kita proklamasi kemerdekaan. Namun kalau kamu ingin naik tangga sosial maka kamu harus memerdekankan pikiran kamu. Jangan biarkan orang lain mengatur nasip kamu, tapi kamu tentukan sendiri, dan kepada orang chinalah kamu harus belajar. Mereka tidak manja dan pandai merebut hati orang, termasuk penguasa agar mereka merdeka menaikii tangga sosial yang memang setiap orang harus berkompetisi. Ingat nasehat papa itu. Semoga suatu saat kamu bisa punya bawahan orang China, atau orang Barat. Bahwa kamu putra terbaik kami dan kami tidak main main mendidik kamu.”

Usia 45 tahun setelah sepuluh tahun lebih papa saya meninggal saya punya direktur orang China, Hong Kong, Inggeris, Korea, Rusia. Terbukti benarlah nasehat papa saya bahwa bukan karena agama atau ras membuat orang berbeda tapi sikap mental dan lebih tinggi lagi adalah akhlak berani bersaing secara terpelajar dan terhormat. Tanpa mengeluh, tanpa iri dengan kesuksesan orang lain. Senantiasa bekerja keras dan bersyukur kepada Tuhan.

Tahukah kamu , kata teman. Apple adalah produk buah karya dari peneliti AS yang berkantor pusat di California ,Cupertino. Namun produksi massal Apple bukan di AS tapi di Taipeh dan China. Dari proses ini Apple menikmati value product dan intelektual property right dari kerja keras ratusan ribu buruh China. Hampir semua tekhnologi dari pusat riset di Eropa dan AS di produksi secara massal di China , India, Taiwan. Saya mengangguk ada benarnya kata teman itu. Saya lahir di Gunung Dempo Pagar Alam, namun saya merasakan teh Gunung Dempo itu ketika saya berada di Amsterdam. Pusat oleochimcal terbesar ada di China tapi tak ada satupun kebun sawit di China. Indonesia yang merupakan pemilik lahan sawit terbesar di dunia, hanya punya kapasitas oleochemical tak lebih 10% dari produksi China. Arab Saudi merupakan negara penghasil minyak mentah terbesar namun refinery terbesar tidak ada di Arab tapi di China, Jepang dan AS. Hampir semua bahan baku untuk industry di China, Eropa, Amerika, dan lainnya pasti ada yang didatangkan dari Indonesia.

Negara berkembang yang diberkahi limpahan sumber daya alam memang beberapa dasawarsa menikmati kebebasan financial karena SDA nya memanjakan penguasa untuk membayar kekuasaan melalui program populis. AS yang di berkati dengan kemajuan tekhnologi menikmati royalti dalam berbagai bentuk dari industri di China, Korea, Taiwan, Jepang. Mereka menikmati kebebasan financial dari itu. Mengontrol dunia dengan uang dan senjata. Tapi berlalunya waktu, SDA yang melimpah menghasilkan generasi lemah bersaing. Kehebatan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan value perusahaan AS di bursa telah melahirkan generasi gila business illusi.

Apa yang terjadi kemudian?

AS terpuruk dengan beban hutang yang sulit di bayar. Indonesia dan negara yang kaya SDA lainnya terjebak hutang. Yang paling menyedihkan negara yang di berkati akal berlebih dan SDA berlebih tidak melahirkan generasi bijak dalam mennyikapi hidup. Mereka terkesan pragmatis ilusi dan suka dengan too good to be true. Etos kerja menurun. Sementara China, India, Taiwan, jepang tumbuh menjadi negara kuat secara sosial maupun spiritual. Di tengah krisis global , rakyatnya tetap terus bekerja keras tanpa merubah gaya hidup yang efisien dan produktif. 

China, Jepang, Taiwan memang negara subtropik yang tak punya SDA semelimpah kita. Cobaan mereka telah ada dengan alam yang tak bersahabat. Karena itu mereka sejak awal dan sampai kapanpun generasinya menanamkan keyakinan bahwa kerja keras , hidup seimbang, adalah kebijakan melewati hidup atau akan digilas oleh zaman. Sementara kita dengan kekayaan SDA merasa itu adalah berkah yang tak ada ancaman apapun. Seakan hidup cukup disikapi dengan mitos tak penting dunia, yang penting akhirat dan sorga. Kita lupa bahwa kelebihan dan kemudahan pemberian Tuhan itu bukan gratis tapi itu adalah cobaan terberat, bahkan lebih berat dari China yang gila kerja keras dan AS yang hebat science.

Selagi kita masih menganggap SDA bisa menjamin impian utopia sukses tanpa kerja keras maka kita masuk dalam perangkap dosa kolektif , yang tak pandai bersyukur dan tak bisa bersinergi dengan passion kerja yang tinggi untuk menjadi lebih baik dari China, bahkan negara manapun. Makanya revolusi mental itu mutlak kalau kita ingin memutus mata rantai dengan sejarah masa lalu yang penuh dengan kebodohan dan kesia siaan. Beragama sajalah dengan baik, setelah itu pastikan secara lahir sehat karena mampu memberi dan pastikan secara batin sehat karena bisa diterima oleh semua orang. Kalau secara lahir tangan di bawah, secara batin bikin orang banyak kesal, sorga yang diharap hanya omong kosong..

Bersama teman, saya berjalan kaki dari Stasiun LouHu ke Hotel. Jaraknya cukup jauh menurut saya. Kira kira 3 Km. Tapi ini cara mudah dan murah untuk sekedar menghangatkan tubuh di tengah cuaca winter ini, Di tengah jalan kami menghentikan langkah. Teman itu tertarik sesuatu barang yang dijual di kaki lima. Penjualnya anak remaja. Mungkin usianya tak lebih 17 tahun. Yang dijual itu berbagai cindera mata yang nampak kuno. Saya tertawa didalam hati ketika penjual itu begitu antusiasnya menjelaskan sejarah dibalik benda benda yang dijualnya. Yang membuat saya tertawa bahwa teman itu tertarik dengan cara penjual itu meyakinkannya dan lebih lagi saya tahu bahwa barang itu bukan asli tapi palsu.

Ketika saya katakan bahwa barang yang dijualnya tidak asli, penjual itu tersenyum sambil mengatakan bahwa bila barang yang dijualnya asli tentu dia tidak berjualan di kaki lima. Saya terdiam. Balik teman saya yang tertawa. Teman itu mengatakan saya telah dikalahkan oleh pedagang kaki lima dalam bernegosiasi. Kami berdua akhirnya membeli barang yang dijualnya. Walau kami berdua yakin barang yang kami beli itu palsu, dan yakin si penjual sedang berbohong, namun kami anggap itu hanya seni menjual. Bukan suatu amoral. Mengapa? anak itu bisa bersikap jujur ketika logika orang mengatakan dia berbohong. Sikap jujur itulah yang membuat akhirnya kami membeli dan dia mendapatkan empati. Teman itu membeli karena kagum akan kehebatan pedagang itu meyakinkan kami lewat ceritanya dibalik symbol barang itu. Saya membeli karena kagum dengan ketangkasannya bersikap.

Di lain cerita, ada anak muda yang kalau saya melewati gate stasiun kereta louhu, Shenzhen ( China) dia selalu nampak berdiri sambil memperhatikan setiap orang yang lewat. Kalau ada orang asing maka dia akan bersegera menegur dengan sopan untuk menawarkan jasanya sebagai guide shoping. Dia tahu betul bagaimana mendapatkan barang murah dan berkualitas di sekitar Shenzhen. Tentu dia dapat fee dari penjual. Walau saya tidak pernah menggunakan jasanya namun dia merasa dekat dengan saya karena saya menganggap dia anak. .

" terimakasih sudah ajak saya makan siang semewah ini. Seumur hidup ini baru pertama kali saya merasakan. Semoga suatu saat saya bisa ajak ibu saya makan direstoran seperti ini " katanya waktu kali pertama kenalan.
" kamu yakin kamu akan sukses? Kamu kan tidak lulusan perguruan tinggi"
" Yakin. Yakin sekali."
" Kenapa?
" lihatlah keluar.. Tidak semua bernasip sama dengan saya. Banyak yang lebih dari saya bahkan sangat lebih. Artinya saya punya kesempatan dan harapan. Kalau mereka bisa kenapa saya tidak bisa. " katanya bersemangat.
" kerena mereka bernasip baik. Tuhan kasih dia rezeki berlebih. 
" Ibu saya bilang. Tuhan adil kepada siapa saja.
" tapi kenapa nasip berbeda? 
" itu soal pilihan. Tuhan kasih selalu dua yaitu baik dan buruk . Kalau nasip buruk ya karena kita sendiri yang pilih. Kalau nasip baik ya karena kita yang pilih. Semua orang punya kebebasan untuk berbuat apa saja." Saya bengong bagaiman anak usia 20 tahun punya wawasan hebat ini."
" Kan bisa saja nasip baik dan buruk itu karena Pemerintah tidak adil.."
" Ibu saya bilang.. Tidak ada yang hebat selain Tuhan. Apalah arti Pemerintah dibandingkan Tuhan. Dan lagi kalau memang Pemerintah tidak adil mengapa ada banyak orang kaya. Tidak semua miskin. Saya rasa tidak perlu menyalahkan Tuhan atau Pemerintah. Juga tidak perlu salahkan orang lain."
" terus .. Bagaimana dengan kamu "
" saya sudah memulai bisnis sejak tamat SMU. Pekerjaan ini saya lakukan sebagai langkah awal saya. Setidaknya saya bisa mandiri dari beban orang tua. Setelah itu saya ingin seperti Anda.. saya akan bekerja keras selalu.. Saya berharap suatu saat saya bisa ajak ibu saya makan direstoran ini.”

Hidup adalah pilihan. Pasti juga tidak ramah. Bagi anak muda itu , hidup ini bukanlah harus dikeluhkan tetapi diperjuangkan. Akan selalu ada harapan bagi orang yang berpikir positip dan mau bekerja keras. Saya menghormati anak muda itu karena sikap mentalnya. Dia tidak minta dikasihani namun secara moral dia telah merebut hati saya untuk percaya kepada dia. Saya yakin anak muda itu suatu saat akan sukses. Bukan hanya karena dia pekerja keras tetapi karena cara berpikir dia yang hebat.

Melihat anak itu mengingatkan tentang saya dulu ketika masih remaja berdagang kaki lima untuk biaya hidup dirantau. Tempat saya berjualan di emperan toko tempat saya membeli barang dagangan. Entah mengapa pemilik toko itu tidak peduli dengan saya berdagang diemperen tokonya. Karena barang dagangan itu tidak saya beli tunai alias barang titipan tentu harganya lebih mahal ketimbang tunai. Nah, anda bisa bayangkan bagaimana saya bisa bersaing dengan pemilik toko itu. Dari segi apapun saya kalah. Harga jual saya tentu lebih mahal ketimbang harga jualnya.

Tapi apa yang terjadi ? saya tetap bisa menjual barang dagangan itu. Apa sebab? Saya sadar posisi kalah saya dan karenanya saya harus berbuat sesuatu untuk bisa menang ditengah keterbatasan itu. Setiap pelanggan melihat barang dagangan saya maka bersegera saya menawarkannya. Mungkin pancaran wajah harap saya nampak dihadapan pelanggan itu. Ada magnit besar dari kekuatan hati untuk menjadi pemenang. Mungkin pengaruh ini membuat pembeli tidak melirik barang dagangan yang ada di toko dan akhirnya membeli barang dagangan saya.


Dihadapan saya ada seseorang dalam usia senja dan rinkih, Wajah tua itu nampak lelah namun terpancar keikhlasan untuk suatu tekad berbuat dengan tujuan yang jelas , yaitu untuk berkorban. Orang tua itu dihadapkan pada kenyataan dimana putrinya menjanda setelah ditinggal mati oleh suaminya. Putrinya datang menemuinya dengan membawa dua anak. Setelah itu putrinya pergi tanpa pernah ada kabar lagi. Sementara dia harus menanggung beban dua cucunya yang tertua berumur 9 tahun dan 7 tahun. 

Pria baya itu mengharapkan saya memberikan zakat atau sadakah agar dia dapat modal untuk membuka usaha berdagang kasur kapuk. Kebetulan pria tua ini punya pengalaman dan keahlian mejahit dan membuat kasur. Rencannya dia akan berdagang keliling kampung untuk memasarkan kasur itu. Dia yakin penghasilannya akan cukup untuk menanggung dua cucunya. Yang jadi masalah, bahwa orang tua ini sakit encok. Jangankan berjalan keliling kampung, melangkah lebih dari 10 meter saja sudah tidak mampu. Saya sadar  bahwa orang tua itu hanya punya semangat tanpa memperhatikan kemampuan phisiknya. Tapi saya tetap memberi dana yang diperlukan untuk modal pria tua ini berdagang kasur. Tak banyak hanya Rp. 2 juta. Saya yakin tak lebih sebulan uang itu akan habis.

Dua tahun kemudian , saya bertemu kembali dengan pria tua itu. Subhanallah, pria itu benar dengan janjinya. Dia berhasil menghidupi kedua cucunya dengan berdagang kasur keliling kampung. Penyakitnya seketika hilang ketika dia mendapatkan modal dari saya. Bahkan penyakit batuk dan jantungpun ikut sembuh. Wajah pria itu tak nampak lagi ringkih. Dia nampak bersemangat dengan hidupnya. Apa kata orang tua itu hingga dia bisa berubah ? 

Pria tua itu bangkit dengan potensi yang tersisa diusia senjanya ketika beban ada dipundaknya. Beban itu bukan hanya harus dipikul tapi juga tahu apa yang akan dicapainya. Tujuannya adalah bagaimana mengantarkan kedua cucunya untuk menamatkan SMU dan mandiri. Apakah dia akan berhasil? Itu tidak dipikirkannya berlebihan. Nyatanya , dua tahun , dengan modal hanya Rp. 2 juta rupiah, dia bisa bertahan , dan bahkan bisa berbuat banyak untuk cucunya tanpa harus meminta minta. Saya kagum ditengah kebingungan yang tak bisa ditembus dengan akal sehat. Bagaimana orang dengan beban berat dan penyakit dihidap namun “mampu” melewatinya ditengah keterbatasan. Itulah kekuasaan Tuhan.

Dari cerita tersebut diatas kita mendapatkan hikmah. Bahwa ketika beban datang sebetulnya harus diterima dengan rasa syukur. Nabi pernah bersabda "Ketahuilah,  bahwa apa yang menimpamu tidak ada akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan menimpamu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan itu bersama kesusahan dan dibalik kesulitan pasti ada kemudahan ". Karena bukan tidak mungkin itu cara Allah membangkitkan pontensi kita yang terpendam dan sekaligus menjebol hambatan yang ada pada diri kita. Lihatlah kenyataannya pada orang tua itu. Penyakit yang menghambatnya untuk melangkah seketika dapat sembuh tanpa obat hanya karena kekuatan pontesi yang keluar dari dalam dirinya memancarkan energy yang luar biasa. 

Yang jadi pertanyaan adalah bagaimana beban atau masalah yang datang disikapi sebagai cara membangkitkan potensi itu ? Caranya harus diyakini bahwa beban itu adalah takdir yang harus dijemput dan diterima dengan ikhlas. Setelah diterima maka harus tahu pasti tujuannya. Tujuan ini sangat penting. Semakin jelas tujuan itu semakin kuat energy yang keluar dari potensi terpendam kita. Bagi orang tua itu, tujuannya adalah  pertama, melindungi kedua cucunya. Kedua, mengantarkan cucunya untuk mampu mandiri setelah dia tiada. Dua tujuan ini sangat mulia. Itulah kekuatan spiritual yang tak bisa diterjemahkan dengan akal kecuali dengan keimanan kepada Allah.

Karena kalau niatnya tidak karena Allah, maka bisa saja orang tua itu larut dalam berkeluh kesah dan berharap agar orang lain memberikan santunan kepada kedua cucunya untuk bisa bertahan hidup. Bila tak ada orang membantu maka dia akan larut dalam kesedihan panjang. Tentu penyakitnya akan semakin memburuk dan membuat dia semakin rapuh. Diapun akan menjadi bagian dari beban dan masalah itu. Bukannya menjadi penyelesai masalah dan pemikul beban. BIla dia menderita karena itu , karena dia gagal membangkitkan potensi terpendamnya dan menyikap beban sebagai peluang. Padahal ketika masalah dan beban datang kepadanya sebetulnya Allah sedang mengangkat potensinya tapi dia abaikan. Jadi deritanya bukan salah Tuhan tapi karena dia salah meresponse masalah dan beban itu. Tapi nyatanya   dia tak ingin berkeluh kesah dan membiarkan orang lain mengambil alih beban itu. Dia bangkit dengan tekad untuk menerima beban itu dengan ikhlas dan  melangkah kedepan bersama takdirnya. Terbukti dia bisa dan mendapatkan kekuatan untuk melangkah kearah tujuan, untuk cucunya, untuk cinta dan kasih sayang.


Ya bila kita beriman kepada Allah maka kita juga harus beriman kepada sunatullah. Bahwa setiap hari Allah memberikan peluang dan kesempatan untuk kita. Bentuknya tidak selalu dalam bentuk bungkusan yang indah dan gemerlap. Kadang terbungkus rapat yang tak mudah dibuka. Kadang terlempar kewajah kita dengan rasa sakit yang menyengat. Kadang tergeletak tanpa makna apapun.  Tugas kita orang beriman membuka bungkusan itu dengan kerja keras, menangkap lemparan itu dengan sigap walau berkali kali harus terjatuh, memungutnya dari keacuhan dan membosankan. Dari hal itu, process sunatullah kita lewati. Bila sulit, berusahalah. Bila tak paham, belajarlah, bila tak mungkin dilakukan, cobalah. Hanya itu yang bisa kita perbuat untuk membuka tabir takdir kita sebagai manusia yang serba lemah dan hidup dalam keterbatasan akan ruang dan waktu. Jangan pernah berharap doa akan terkabulkan lewat zikir siang malam sementara pada waktu bersamaan kita tidak mampu membaca berbagai tanda tanda kekuasaan Allah ketika memberi, yang meminta kita bersabar dan ikhlas menerima dan melewatinya.

Almarhum ayah saya pernah menasehati saya, dan hingga kini tidak pernah saya lupa.
“ Rendahkan hatimu dan tinggikan cita citamu. Jangan pernah berhenti untuk melangkah berbuat .Bangun lebih awal ketimbang ayam. Pergilah keluar rumah walau kamu tidak tahu apa yang harus kamu perbuat. Keluar rumah adalah caramu untuk meraih takdirmu. Tak elok bagi pria berpangku tangan menanti takdir dirumah. Melangkah adalah keharusan bagi setiap pria. Bukankah pekerjaan besar harus diawali dari langkah pertama.”

Dan ibu saya membekali saya dengan nasehat agung “Semua didunia ini akan datang dan pergi begitu mudahnya. Jangan gamang. Yang harus kamu pertahankan dalam situasi apapun adalah kehadiran Allah didalam hatimu. Jaga Allah maka Allah akan menjagamu siang dan malam. Maka yang sulit akan menjadi mudah, yang sempit akan menjadi lapang, yang tak mungkin bisa mungkin. Semuanya mudah bagi Allah.”

Dari kedua orang tua saya , saya mendapatkan energy luar bisa besarnya dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Ayah saya menanamkan etos kerja keras dan ibu saya menanamkan iman bahwa saya tidak sendirian dibumi ini. Ada Allah yang akan melindungi saya. Demikian kekuatan spiritual yang membumi bagaikan induk ayam yang siap menghadapi segala kemungkinan tanpa berkeluh kesah kecuali hidup dalam kesabaran dan ikhlas. Tak ada kebahagiaan bagi orang yang tak memiliki obsesi untuk bahagia. Tak ada kelezatan bagi orang yang tak bersabar memperolehnya. Tak ada kenikmatan bagi orang yang tidak mau berkorban untuk kenikmatan. Saya yakin anak remaja yang berdagang kaki lima itu bisa tampil percaya diri ditengah keterbatasannya karena didikan orang tuanya juga tak ubahnya dengan saya dulu.

Bagi pengusaha, modal terbesar adalah kepercayaan. Mendapatkan kepercayaan tidak mudah. Itu butuh proses dan yang tidak sebentar. Tidak bisa instant.  Pernah suatu ketika saya mengundang salah satu CEO BUMN China untuk makan malam. Kebetulan telah lebih setahun berkenalan dengannya, hubungan saya dengan dia jadi dekat. Hubungan bisnis antara saya dengan dia tidak ada. Namun saya suka bertemu dengan dia untuk mendapatkan wejangan darinya tentang filosofi hidup. Dalam acara makan malam itu hadir , rekannya, putranya dan tiga orang stafnya. Sebagaimana biasa, saya dengan telaten melayaninya. Maklum usianya sudah diatas 70 tahu. Orang tua saya mendidik saya agar menghormati orang tua dan itu saya praktekan dengan siapapun. Jadi saya tidak merasa rendah bila melayaninya dengan baik. Dan juga menjadi pendengar yang baik.

Setelah usai makan malam, rekannya meminta business card saya. Dan saya menyerahkan dengan sambil membungkuk. Diapun menyerahkan kartu nama, tapi itu hanya personal card, bukan business card. Saya tidak menaruh perhatian terlalu banyak dengan rekannya ini. Namun seminggu kemudian, saya dapat telp dari seseorang untuk mengundang saya makan malam. Dia memperkenalkan diri sebagai orang yang minggu lalu bertemu dengan saya waktu makan malam. Saya menyanggupi untuk bertemu. Usai makan malam, dia memerkenalkan bisnisnya. Saya terkejut karena dihadapan saya adalah konglomerat yang punya jaringan hotel dan cassino, juga beragam business termasuk bank. Mungkin di Hongkong dia masuk 100 orang terkaya. Dia menawarkan porfollio asset nya untuk saya kelola.

"Mengapa anda begitu saja percaya dengan saya ? Tanya saya. Dengan tersenyum dia berkata " Keramah tamahan dan ketulusan anda kepada orang tua yang juga orang yang sangat saya hormati minggu lalu, telah membuat saya jatuh hati kepada anda. Dan yang lebih membuat saya terpikat adalah keramah tamahan itu tidak ada kaitannya dengan bisnis. Benar benar tulus. Saya yakin bahwa saya menemukan mitra yang tepat untuk jangka panjang." Saya menghormati sikapnya. Dan berjanji akan mengajukan proposal bila ada peluang bisnis yang bagus untuk mengelola dananya.

Memang dari orang tua sang CEO BUMN saya tidak mendapatkan bisnis tapi dari network nya saya dapat peluang. Kebaikan dan ketulusan selalu berbuah, entah darimana datangnya, itu akan terjadi dengan sendirinya.

Ada juga lain mentor saya. Untuk kesekian kalinya saya bertemu dia. Mungkin sejak 8 tahun lalu sudah tak terhitung kali saya bertemu dia. Usianya 72 tahun. Sebetulnya dia tidak lagi aktif dalam bisnis. Namun masih suka sekali kali terlibat dalam komite investasi di lingkungan group perusahaannya. Saya sendiri tidak tahu mengapa saya suka bertemu dia. Padahal tidak ada bisnis dengan dia. Tapi dengan diberi kesempatan bertemu saja , apalagi bisa ajak dia makan malam, itu sesuatu banget. Bahkan pernah ketika mengantarnya ke singapore , dia lupa bawa kecap kegemarannya, dan saya berela hati kembali ke jakarta untuk membawa Kecap yang ketinggalan itu.

Ketika dia menikmati makan malam, sedikit saja dia merasa engga nyaman atas jamuan saya, udah membuat saya merasa bersalah. Tapi selama ini semua baik baik saja. Pernah waktu dia sakit mau berobat ke china, dia minta saya yang antar. Saya bersenang hati. Padahal banyak putranya yang bisa antar dia. Selama proses pengobatan saya berusaha menempatkan diri sebaik mungkin. Sekian tahun kemudian, dia mempercayai saya mengelola portfolio investasinya dengan kebebasan penuh. Sampai kini saya jaga dan tanpa pernah saya anggap uang saya sendiri.

Saya sadar kekurangan saya, dan tidak pernah anggap semua itu mudah, apalagi merebut hati orang untuk memberikan uang dan fasilitas tanpa ada hubungan darah dan keluarga. Menjadi pengusaha itu adalah seni merebut hati orang lain. Anda tidak akan bisa berkembang tanpa kemitraan dengan pihak yang tepat. Namun mendapatkan mitra yang tepat tidak bisa hanya mengandalkan proposal dan kehebatan retorika presentasi bisnis tapi dengan kerendahan hati. Kerendahan hati itu tidak didapat dengan hanya bermanis muka tapi sabar melewati proses sampai orang bisa mengerti anda dan percaya. Anda tidak bisa memaksa orang jatuh hati tanpa ada kemauan anda untuk bekrorban dengan tulus. Kalau anda memudahkan diri tersinggung, merasa paling benar , merasa patut di hormati, dan hanya mau ketemu kalau ada maunya, yakinlah sampai kapanpun anda tidak akan bisa merebut hati orang dan rezeki pun akan sempit.

Seusai bersibuk dengan aktifitas keseharian ,saya pulang mendekati dini hari. Walau malam telah menjemput namun Jakarta masih ramai. Masih ada beberapa tempat yang terhalang macet. Entah apa sebabnya. Ketika lampu merah , mata saya tertuju kepada wanita yang duduk di pinggir jalan. Di sampingnya ada baskom tempat dia menjual sesuatu. Di sampingnya nampak juga anak balita yang tertidur beralaskan kain. Wanita itu menatap saya dan mendekati kendaraan saya. Saya bukan kaca jendela kendaraan. Dengan tersenyum, dia menawarkan dagangannya. Saya membalas senyumnya seraya menanyakan namanya.

Dia menyebut dirinya Markiah. Singkat saja nama itu. Ya, Markiah seperti wanita lainnya yang terseret arus kota yang sulit ramah kepada seorang janda miskin. Kemana suaminya? entahlah. Ketika saya beli susu kedelai yang dia tawarkan, dia tampak lelah namun tegar. Tentu. Ketika saya beri uang tanpa membeli daganganya, dia menolak dengan halus. Saya merasa terjatuh berkeping keping. Ya Tuhan maafkan aku. Aku salah menilai wanita ini sehingga aku menduga dia pengemis. Tuhan, engkau tunjukan kepadaku wanita perkasa melewati nasip. Dia tidak menadahkan tangan. Tidak menjual diri. Ketika saya rasakan susu kedelai memang enak. Dengan harga 5.000 satu kantong plastik saya merasakan susu kedelai terbaik. Dia tidak hanya menjual untuk uang tapi memang menjual karena cinta, tahu berterimakasih kepada konsumen yang telah membeli produknya. Tak lebih sebulan setelah kali pertama bertemu dengannya, saya tawarin wanita itu berbisnis dengan benar. Kini dia sudah punya bisnis kuliner dan hidup mapan sebagai single parent. Saya senang karena bisa mendukung effort nya secara terhormat.

Setiap pagi pedagang bubur ayam melintas depan rumah saya. Nampak wajah tua yang tak kenal lelah. Walau kadang saya tak sanggup melihatnya setengah terbungkuk dan tertatih tatih mendorong kereta dagangannya. Selalu istri saya sempatkan membeli dagangannya. Dari istri saya tahu bahwa pedagang itu berusia diatas 70 tahun. Ada yang membuat haru tentang Pak tua ini. Dia punya satu orang anak perempuan. Setelah istrinya meninggal dia menumpang tinggal di rumah anak perempuannya yang telah berumah tangga. Namun awalnya menantunya menolak dengan alasan keadaan ekonomi mereka memang tidak bagus. Anaknya berusaha meyakinkan kepada suaminya agar menerima ayahnya tinggal bersama. Akhirnya suaminya setuju dengan syarat ayahnya tidak boleh makan di rumah.

" Anak saya tidak bekerja. Diapun menumpang sama suaminya. Saya bersyukur masih diberi tempat tinggal" kata Pak tua itu dengan suara lirih.

" Dagangan ini bapak yang buat sendiri ?

" Bukan. Anak saya yang buat. Saya hanya dagangin aja. Dari hasil dagangan inilah saya makan hari hari. Kalau ada lebih saya berikan kepada anak saya"

Saya termenung lama. Inilah hidup. Pak tua itu tidak merasa kecil hati ketika mantunya menolak dia untuk menumpang tinggal karena kesendirian dan kemiskinan setelah istrinya wafat. Dia tetap bersyukur karena masih diberi tempat untuk bernaung dari hujan dan terik matahari walau karena itu dia harus tetap bekerja keras untuk makan. Dia tidak mengeluh atas semua itu. Dari sisa umurnya dia tetap bekerja keras dan berusaha memberi sebisanya tanpa harus menadahkan tangan.

Pernah dikisahkan dalam sejarah Rasul. Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

“Kenapa tanganmu kasar sekali?” Tanya Rasulullah.

" Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang dicium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.

Tak elok laki laki berpangku tangan dengan banyak alasan yang melemahkan semangat. Tak elok menjadi pria banyak berdoa tapi ragu dan malas berbuat. Jangan pernah berhenti bekerja keras. Jangan bersedih bila hasil dan peluh tak sebanding. Ingatlah setiap keringatmu untuk menafkahi keluargamu adalah fisabilillah. Setiap tarikan nafasmu akan dihitung Allah sebagai pahala dan kelak di akhirat itulah yang akan menolongmu. Menjadi pria itu adalah berkah dan juga cobaan bagimu. Kau harus terus menjaga istrimu, anak wanitamu, saudara perempuanmu, ibumu, sepanjang usiamu. Karenanya kau tidak boleh berhenti bekerja keras mencari nafkah untuk mereka... Jaga mereka dengan cinta. Iklas lah lewati hidupmu dan niatkan semua karana Tuhan.

Apa yang membuat wanita dengan balitanya tangguh menjadi pebisnis ditengah keterbatasannya ? Ya karena budaya petarung menjadi bagian dari budaya. Semua orang sedari kecil sudah dididik untuk survival. Orang tua tidak pernah memanjakan anak anaknya dengan kemudahan tapi memberikan mereka kebebasan berbuat apa saja selagi tidak merusak kehormatan keluarga. Sekecil apapun yang mereka dapatkan, kehormatannya lebih tinggi dibandingkan mereka berpangku tangan apalagi menadahkan tangan. Pria tua yang saya temui itu begitu perkasa melewati takdirnya dengan keterbatasan karena motivas agama yang memang mewajibkan setiap umat islam untuk bertarung melewati segala hambatan dengan sabar dan ikhlas.

Begitu banyak hadith dan Al Quran yang membujuk orang untuk sabar dalam kesulitan, bahkan Allah mengatakan bahwa Allah berserta orang orang yang sabar. Budaya china dan didikan islam sangat kental sekali untuk menyiapkan setiap orang menjadi entrepreneur. Bahkan Allah memilih Rasul akhir zaman dari golongan pedagang dan keluarga pedagang. Bukan keluarga para hamba sehaya. Bukan. Karena orang yang berhasil berbuat dengan kekuatan hatinya, kekuatan cinta, dia akan berguna bagi orang lain, menebar cinta untuk berbagi lewat spiritual social.

Saya pernah melihat seorang wanita yang bertugas sebagai sekuriti di stasiun Louhu ( shenzen- China) berusaha menghentikan seorang pria gagah yang berusaha lari setelah mengambil sesuatu dari tas wanita secara diam diam. Terjadi kejar kejaran cukup lama. Semua orang menonton dari atas gedung stasiun. Saya mengkawatirkan wanita itu berhasil menangkap pria itu Karena pasti akan terjadi perkelahian dan ini tidak seimbang. Wanita itu lansing dan tidak berotot. Teman saya orang china yang ada di samping saya nampak tersenyum.Tak nampak kawatir.

Benarlah, selang beberapa menit, pria itu berhasil dihentikan wanita itu dan terjadilah perkelahian. Tidak lebih 5 menit, wanita itu mampu melumpuhkan pria gagah dan berotot itu dengan membantingnya dan langsung memborgol. Teman saya tertawa." Bagaimana mungkin pria itu bisa menang. Dia dalam keadaan salah dan wanita itu dalam posisi benar. Tapi yang lebih penting bahwa wanita itu sedang melaksanakan tugasnya dan dia lakukan dengan passion tinggi tanpa sedikitpun takut akan resiko. Pendidikan dan latihan di ingat dengan baik oleh wanita itu agar dia bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Kehebatan seseorang dalam kehidupan ini bukanlah dalam bentuk phisik yang perkasa atau kecantikan yang rupawan atau pendidikan yang hebat tapi kekuatan hati dengan semangat melaksanakan amanah. Setiap kita diajarkan orang tua bagaimana bersemangat dalam hidup untuk melewati cara yang benar. Guru sekolah mengajarkan kita siap menghadapi sesuatu yang akan terjadi. Namun passion lahir dari hati. Hanya pendidikan spiritual yang mampu membuat seseorang punya nilai passion dalam dirinya sehingga dia kuat tak terkalahkan oleh situasi dan kondisi apapun. Itu soal mental. Ya mental untuk memahami karakter orang yang berbeda. Kita tidak bisa memaksakan orang sama dengan kita. Yang harus kita lakukan adalah memahami. Itulah kelebihan akhlak. Bisa memahami orang dan mengerti orang lain tanpa perlu seperti orang lain.

Saya pernah diundang makan malam oleh teman Yahudi. Setelah usai makan, dia bayar sendiri bill nya dan pergi sambil mengucapkan terimakasih atas kedatangan saya. Dia tidak merasa bersalah ketika pergi tanpa membayar bill saya. Padahal dia undang saya. Saya tidak merasa tersinggung karena begitu etikanya. Secara moral dia tidak merasa bersalah karena itulah kebiasaan di lingkungannya. Beda dengan di Cina, kalau kita diundang makan malam, kening kita berkerut saja dia sudah cemas. Kawatir makanan terhidang tidak membuat kita puas. Setelah usai makan dia akan bersegera membayar Bill. Bagi mereka membayar makan teman adalah kehormatan. Ini etika dan standar moral mereka. 

Bila kita melakukan perbuatan baik atau memberi sesuatu kepada seseorang, di dunia barat mereka akan segera mengatakan Thank you very much dan kita akan segera menjawab "Most welcome ". Etika mereka kalau diberi maka akan mengatakan terimakasih dan dijawab dengan terimakasih kembali. Artinya ada niat atau unsur untuk membalasnya dalam kesempatan lain. Kebaikan harus dibalas kebaikan. Tapi orang China kalau menerima kebaikan atau pemberian, maka dia akan berkata " Xièxiè (terimakasih) dan akan di jawab Bùyòng xiè (tidak perlu terimakasih). Mengapa etika china, orang menerima kebaikan tidak punya kewajban membalasnya. Ini moral mereka, sandarannya budaya.

Kalau etika lebih bersifat teori sementara moral lebih bersifat praktis. Teorinya sederhana bahwa kebaikan harus dibalas kebaikan. Berbuat baik hanya kepada mereka yang berbuat baik. Bersilaturahim hanya kepada mereka yang mau bersilaturahim. Berbicara hanya kepada mereka yang mau berbicara. Memberi makan hanya kepada mereka yang mau memberi makan. Memuliakan hanya kepada mereka yang memuliakan kita. Bagaimana dengan orang jahat? Orang jahat diasingkan secara sosial. Orang pelit kehilangan komunitas. Orang sombong tidak mau bergaul kehilangan kehormatan. Artinya keburukan dibalas dengan keburukan juga. Ini standar etika berlaku dimana saja. Di barat maupun di timur sama saja.  

Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu. Bila etika bersifat universal sementara moral bersifat lokal (budaya). Etika di AS belum tentu sama dengan moral di Indonesia. Dibelakang moral ada norma yang menjadi dasar berbuat. Norma itu menyangkut aturan, pedoman yang bersifat normative. Dengan norma ini diharapkan manusia bisa beriteraksi dengan tertip. Tapi dengan akhlak, tak penting bila air susu dibalas tuba, tak penting titian biasa lapuk, janji biasa ingkar, semua dimaafkan. Yang jauh mendekat, yang dekat merapat. Tidak perlu ada benci, tidak perlu hukum sosial, tidak perlu ada eklusifitas, tidak perlu ada pencitraan untuk menaikan gengsi. Karena semua perbuatan hanya karena Tuhan dan semua urusan kembali kepada Tuhan. Bila kebaikan berbalas baik maka bersyukur kepada Tuhan, dan bila kebaikan dibalas kejahatan maka bersabar. Apapun itu bagi orang yang berakhlak, semua adalah baik. Hidupnya bahagia dan kecukupan bukan karena simbol duniawi tapi karena Tuhan hadir dalam dirinya, untuk cinta bagi semua.

Nabi Muhammad SAW ditugaskan oleh Allah tak lain untuk memperbaiki Akhlak manusia. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.” (HR Al-Bukhari dan Malik). Kesannya sangat jelas dalam misi Rasul itu yaitu untuk menyempurnakan Akhlak. Artinya sesuatu yang sudah ada akan di koreksi sedemikian rupa agar baik dan sempurna. Bukan terkesan sebagai sebuah revolusi atau merombak total sehingga menjadi yang baru sama sekali. Itu juga berarti bahwa proses agama tauhid yang diturunkan Allah sejak Nabi Adam terus eksis dan sampai ke Muhammad itu disempurnakan.

Dalam konteks membangun peradaban yang diperlukan adalah islam nilai. Nilai nilai islam itulah yang utama. Dalam nilai islam itu bisa saja berangkat dari kebudayaan yang bersandar kepada etika, moral, norma namun di sesuaikan dengan akhlak sebagai sumber kebenaran ilahiah. Inilah yang harus di pahami oleh umat islam agar cerdas beragama atau tidak terkesan eklusive. Jangan bersandar kepada hal yang tersurat saja tanpa memperhatikan yang tersirat di alam semesta ini. Islam kaffah adalah islam yang bersandar kepada yang tersurat maupun yang tersirat. Yang tersirat itu adalah pengetahuan yang diajarkan oleh Allah lewat kehidupan ini sejak bumi terbentang. Dari itulah kita tahu bahwa ilmu Allah itu teramat luas untuk kita mendapatkan hikmah. Nah, mari kita renungkan bersama, apakah kita beragama dengan kebudayaan sekular ataukah kita beragama dengan akhlak? Tanyalah diri sendiri..

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...