Sabtu, 08 Februari 2020

Monster itu adalah Anbari, ISIS.


Baghdad,  musim semi tahun 2002 Abu Musab al-Zarqawi tiba di Irak Utara dari Afghanistan. Tujuan kedatangnnya adalah untuk bertemu dengan seseorang yang sudah dia kenal reputasinya namun dia sendiri tidak pernah dekat secara pribadi dengan orang itu. Dia tahu seseorang itu tahun 1998 pernah jadi gerilyawan di Afghanistan. Sebulan setelah kedatangannya di Baghdad, melalui koneksinya dengan kelompok jihadis Kurdi Ansar al-Islam, dia diatur bertemu dengan seseorang itu. Pertemuan itu sangat penting. Karena dia ingin membangun jaringan dukungan pro AS dalam rangka rencana invasi AS ke Irak. Bagi seseorang itu,  bertemu dengan Zarqawi adalah kehormatan tersendiri. Maklum Zarqawi adalah orang kepercayaan Osama Bin Laden, pimpinan puncak Al Qaeda. Dia butuh Al Qaeda untuk mendukung perjuangannya.

“ Saya tidak mempercayai Sadam Husein yang katanya anti Amerika, namun dia juga anti Kurdi. “
“ Bukankah Sadam Husein telah mengkampanyekan Iman Islam, dan memobilisasi sukarelawan untuk merebut Yarusalem dan mengusir Yahudi dari kota Suci.” Zarqawi mencoba menetahui penyebab ketidak sukaan terhadap Husein.
“ Ya tetap saya tidak percaya. “
“ Apa yang anda perlukan untuk menghadapai Husein?
“ Saya perlu senjata dan uang. Dengan uang dan senjatan saya bisa mengerahkan kelompok jihad yang ada di Irak untuk ikut memerangi Sadam Husein dan partai Baath nya“

Dari pertemuan itu, Zarqawi berkomitmen memberikan bantuan kepada seseorang itu. Bantuan itu diberikan dalam posisi Zarqawi sebagai orang Al Qaeda di Yordania. Tapi sebetulnya pertemuan itu digagas oleh CIA. Semua detail operasional dilakukan harus mengikuti program CIA.

Siapa seseorang itu ? dia adalah Abu Ali al-Anbari. Mungkin Zarqawi tidak mengenal sepenuhnya siapa itu Anbari. Keyakinannya kepada Anbari lebih karena Osama Bin Laden sebagai pimpinan puncak Al Qaeda mempercayainya. Ini bisa dimaklumi. Karena Latar belakang Zarqawi memang Wahabi. Bebeda dengan Abu Ali al-Anbari yang dikenal oleh Osama bin Laden sabagai orang jenius yang memahami IM. Osama bin Laden dalam laporan CIA pernah mengatakan “Saya berkomitmen teguh dengan Ikhwanul Muslimin, terlepas dari pemikiran mereka yang terbatas,” ungkap Osama Bin Laden dalam salah satu catatannya. “Pertama kali saya memikirkan jihad, pada jalan kehidupan saya adalah ketika saya di sekolah menengah. Saya belajar agama sejak usia muda, saya terus berdoa dan ibu saya mendidik saya dengan aspek lain. Tidak ada yang membimbing saya seperti ini selain Ikhwanul Muslimin,” puji Osama dalam catatannya yang ditulis tangan langsung. 

Laden sangat terpengauh dengan ulama IM seperti Yusuf al-Qaradawi. Pemikiran dari Qaradawi adalah dia sangat moderat dalam satu sisi dan sangat radikal di sisi lain. Contoh dia menghalalkan minuman keras asalkan alkoholnya rendah. Dari teman yang pernah menuntaskan membaca buku Qaradawi, saya dapat pemahaman tentang dalil membolehkan melakukan apa saja untuk bersiasat dalam berjihad. Termasuk kerjasama dengan orang Kafir dan atau syiah sekalipun. Bahkan para pejabat pemerintah boleh korup asalkan uang korupsi dipakai untuk berjihad, demi tegaknya syariah Islam.

Disamping itu, latar berlakang Anbari sangat lengkap. Lahir tahun 1959 dari keluarga Turk keturunan Arab dan Armenia. Di dalam darahnya ada Yahudi, yang dikenal cerdas. Dia sarjana Studi islam, Universitas Baghdad. Setelah lulus sarjana, selama 7 tahu dia bergabung dengan angkatan perang Irak. Dia juga terlibat di garis depan selama perang Iran-Irak. Pemahamannya tentang agama sangat luas. Apalagi Irak itu punya sejarah panjang dan pernah menjadi pusat kekhalifahan Islam. Irak punya narasi hebat untuk memperjuangkan kekhalifahan dan semangat jihad untuk mencapainya.  Anbari sangat paham soal khilafah dan mimpi Irak. 

Anbari sangat menyukai buku-buku jihadis baru, terutama buku-buku yang ditulis oleh Abu Muhammad al-Maqdisi, dan Abdulqadir bin Abdulaziz seorang ideolog jihadis Mesir dan Yusuf al-Qaradawi, dikenal sebagai mujtahid atau ahli ijtihad (tafsir). Buku buku ini, "menyempurnakan konsep syekh" dan "mengoreksi keyakinannya" pada hal-hal seperti kemurtadan dan pengadopsian hukum buatan manusia. Karena itu, menerima sekularisasi adalah kutukan bagi islam. Dia sangat ahli soal studi islam. Karenanya dia paham bagaimana memanfaakan emosi anti Syiah cara efektif untuk menarik dukungan kaum Sunni. Ya narasi sekterian sangat dia kuasai. Pandangan ekstremis Anbari, ditempa sebelum invasi Amerika ke Irak — dan sebelum dia bertemu Zarqawi.

Belakangan terbukti, Anbari memang orator yang berbakat dan ahli  Syariah, dan ketika dia berada di Raqqa, dia memberikan serangkaian kuliah yang direkam (lebih dari 40 jam) di Masjid al-Imam al-Nawawi, yang merangkum Aqida Negara Islam. dan berusaha untuk mematahkan argumen konstitusi dan hukum buatan manusia, parlemen, pengadilan, dan norma-norma demokrasi seperti devolusi kekuasaan dan kedaulatan rakyat. Salah satu ceramahnya dimasukkan dalam episode ke-19 dari seri "Pesan dari Tanah Pertempuran Epik" oleh Yayasan Media al-Furqan.Anbari juga seorang pendidik yang baik. Dia memang pernah menjadi guru sekolah setelah keluar dari dinas militer. Cara dia memotivasi orang untuk militan sangat piawai.

Tapi dia bukan hanya menguasai agama dan ilmu militer, dia juga pejuang yang cerdik dan tahu bagaimana mencapai obsesinya mendirikan khilafah Islam. Bahwa tanpa dana perjuangan akan sia sia. Apalagi berhadapan dengan negara barat, AS, Iran, Rusia. Makanya pertemuan dengan Zarqawi adalah pintu masuknya ke sumber dana tanpa batas. Apa itu?  Al Qaeda. Dia tahu sekali kekuatan dana dan senjata Al Qaeda karena dia pernah bergabung dengan milisi Mujahidin di Afghanistan ketika bertempur mengusir UniSoviet di sana. 

Pengalaman yang panjang memperjuangkan keyakinannya demi tegaknya khilafah islam, membuat dia tidak mudah dibeli. Dia memang pemain watak dan ahli siasat, yang sehingga membuat orang mudah mempercayainya. Kesetiannya kepada Zarqawi hanyalah cara dia merebut hati Zarqawi untuk menjalankan agendanya yang sesungguhnya.

Setelah pertemuan itu, hubungan antara Zarqawi dan Anbari semakin akrab. Anbari memang mentunaikan janjinya kepada Zarqawi untuk melibatkan jaringan bawah tanahnya Jama'at al-Tawhid wal-Jihad berhadapan dengan Rezim Sadam Husein. Ia juga berhasil menarik perwira senior Irak dan elite politik Baath untuk bergabung, seperti Abu Muslim al-Turkmani. Terbukti invasi AS ke Irak berhasil tanpa perlawanan berarti dari Tentara Sadam Husein.   Tentu bagi CIA ini prestasi hebat bagi seorang Zarqawi. 

Setelah invasi Irak 2003, Anbari berangkat ke Afghanistan bertemu dengan pimpinan Al Qaeda. Anbari didokrin untuk melaksanakan program Al Qaeda sesuai agenda AS setelah invasi Irak. Namun Anbari menolak. Dia kembali lagi ke Irak, provinsi  Sulaymaniyah Kurdistan Irak, pada musim panas tahun yang sama.  Ia membanguni kelompok gerilyawannya sendiri, Saraya al-Jihad (Pasukan Jihad), yang aktif di sekitar Tal Afar. Ia bersama dengan Abu Muslim al-Turkmani temannya waktu masih berdinas di militer Irak, membuka pusat pelatihan militer untuk para gerilyawan jihadis. Abu Abdullah al-Shafi’i meminta Anbari bergabung dengan Ansar al-Islam.  Setelah Anbari bergabung, Ansar al-Islam berkembang menjadi Jamaat Ansar al-Sunna dan Anbari ditunjuk sebagai kedua dewan syuro. 

Namun Anbari sadar bahwa kekuatan Jamaat Ansar al-Sunna tidaklah cukup besar untuk mencapai tujuan khilafah. Hanya modal semangat tapi dana dan logistik terbatas. Itu sebabnya dia membujuk terjadinya merger dengan Jama'at al-Tawhid wal-Jihad. Merger ini gagal. Karena pimpinan Jamaat Ansar al-Sunna, Abu Abdullah al-Shafi’i tidak sependapat dengan Abu Musab al-Zarqawi yang memimpin al-Tawhid wal-Jihad. Anbari sangat kecewa. Dia anggap para pemimpin kelompok ekstrimis Islam tidak cerdas berjuang. Ini hanya masalah waktu akan dihabisi oleh musuh.

Karena itu dia keluar dari Jamaat Ansar al-Sunna. Perhatiannya kembali diarahkan kepada Al Qaeda. Dia menyatakan setia kepada Zarqawi, dan bersedia menerima tawaran Al Qaeda seperti waktu dia bertemu di Afghanistan. Mengapa? Apakah dia sudah mengubur mimpinya mendirikan khilafah? ini hanya siasat saja. Dia yakin  bergabung dengan Zarqawi pintu masuk ke Al Qaedah. Kalau dia punya uang , tidak sulit bagi dia untuk membuat semua kelompok jihadis bersatu.  Para kelompok jihadis Sunni hanya focus kepada perjuangan menegakan khilafah Islam. Mereka tidak tertarik dengan Al Qaeda. 

Anbari tahu, Al Qaeda mendapatkan dana besar sekali dari AS dan Arab Saudi. Benarlah, kesediaan Anbari setia kepada Zarqawi disambut hangat oleh Al Qaeda. Tahun 2004 Zarqawi diangkat sebagai pimpinan Al Qaeda di Irak dan wakilnya Anbari. Anbari sebagai ketua Dewan Syuro di Irak utara dan wakil al-Zarqawi di Mosul. Namun sebetulnya Al Qaeda di Irak sepenuhnya dikendalikan oleh Anbari. Mengapa ? karena praktis semua kelompok jihadis Sunni yang ada di Irak hanya percaya kepada Anbari. Mereka tidak ada urusan dengan Al Qaeda. Di luar kendali Al Qaeda, kelompok Anbari di Tal Afar menargetkan siapa pun yang dianggap sesat atau obstruktif harus dihabisi.  ia menyerang Syiah, anggota Ikhwanul Muslimin, dan informan lokal terlepas dari suku apa mereka berasal. Bahkan Anbari berencana menyerang warga sipil Syiah dan tempat-tempat ibadah.

Zarqawi sepertinya mengaminkan begitu saja semua aksi dari Anbari.  Itulah jadi pemicu perseteruan antara Zarqawi dengan Osama Bin Laden. Zarqawi dianggap telah menyimpang dari perintah Al Qaeda. Apalagi setelah Unisoviet keluar dari Agghanistan, suplai uang sudah berkurang dari CIA. Laden berencana untuk mendekati Iran dan bergabung dengan Khorasan.  Menyerang Iran adalah tindakan konyol bagi jangka panjang Al Qaeda. 

Osama Bin Laden tidak menyadari bahwa Zarqawi dikendalikan oleh Anbari. Karena Laden sangat mempercayai Anbari. Anbari yang dikenal oleh Osama bin Laden sabagai orang jenius yang memahami IM. Osama bin Laden dalam laporan CIA pernah mengatakan “Saya berkomitmen teguh dengan Ikhwanul Muslimin, terlepas dari pemikiran mereka yang terbatas,” ungkap Osama Bin Laden dalam salah satu catatannya. “Pertama kali saya memikirkan jihad, pada jalan kehidupan saya adalah ketika saya di sekolah menengah. Saya belajar agama sejak usia muda, saya terus berdoa dan ibu saya mendidik saya dengan aspek lain. Tidak ada yang membimbing saya seperti ini selain Ikhwanul Muslimin,” puji Osama dalam catatannya yang ditulis tangan langsung. 

Laden sangat terpengauh dengan ulama IM seperti Yusuf al-Qaradawi. Pemikiran dari Qaradawi adalah dia sangat moderat dalam satu sisi dan sangat radikal di sisi lain. Contoh dia menghalalkan minuman keras asalkan alkoholnya rendah. Dari teman yang pernah menuntaskan membaca buku Qaradawi, saya dapat pemahaman tentang dalil membolehkan melakukan apa saja untuk bersiasat dalam berjihad. Termasuk kerjasama dengan orang Kafir dan atau syiah sekalipun. Bahkan para pejabat pemerintah boleh korup asalkan uang korupsi dipakai untuk berjihad, demi tegaknya syariah Islam. 

Tetapi Laden sendiri tidak bisa menyingkirkan Zarqawi. CIA sangat menyukai Zarqawi. Ia dianggap asset yang berharga bagi CIA. Karena memang track record Zarqawi anti Syiah. Sebelum tahun 2004, fiksasi Zarqawi sebagian besar dengan rezim sekuler Arab yang pro Iran, dicontohkan oleh pemboman kedubes Yordania di Baghdad pada musim panas 2003. Sikap anti syiah Ini tentu menguntungkan AS dan sesuai dengan Agenda AS. Sebetulnya AS  lebih memilih Zarqawi daripada Osama Bin Laden. Ini disadari oleh Laden untuk melawan AS secara langsung. Serangan Twin Tower  NY 9/11 adalah sikap jelas Al Qaeda untuk menteror AS. Setelah itu Laden diburu oleh pasukan anti teror AS. 

Sementara Zarqawi semakin dekat dengan CIA. Ia terprovokasi dengan narasi Anbari memanfaatkan emosi anti-Syiah untuk memobilisasi Sunni di Irak pada tahun 2005, yang membawanya untuk menyatakan perang habis-habisan melawan Syiah "di mana pun mereka berada”. Untuk itu dia sangat bergantung kepada Anbari untuk mengkonsolidari semua kekuatan jihadis Sunni di Irak, dan mengeluarkan pihak non Irak. Perseteruang dengan pimpinan Puncak Al Qaeda semakin memanas. Pada akhir 2005, Zarqawi mengutus Anbari ke Pakistan untuk melunakan pimpinan Al Qaeda. Tidak sepenuhnya berhasil. 

Itu sebabnya kembali dari Pakistan, Anbari mengusulkan kepada Anbari untuk mengabungkan semua grup ekstrimis Sunni kedalam Al Qaeda Irak. Anbari setuju. Ide ini pada tahun 2006 melahirkan  Dewan Syuro Mujahidin (MSC) dimana Anbari sebagai ketua. Ia menggunakan nama alias barunya, Abdullah Rasheed al-Baghdadi. Saat itu wacana berdirinya khilafah Islam sudah mengemuka dan tujuan mendirikan khilafah semakin dekat. Ini disikapi keras oleh Pimpinan Puncak  Al Qaeda. Hubungan Al Qaeda dengan Zarqawi semakin buruk. Anbari kawatir bila rencananya hancur oleh ketidak sukaan pimpinan puncak Al Qaeda. 

Pada  Februari 2006, Anbari melakukan perjalanan ke Pakistan dengan nama samaran Abu Musab al-Zarqawi untuk bertemu dengan para pemimpin al-Qaeda dan menjelaskan kepada mereka realitas situasi di Irak. Bahwa khilafah islam dan anti syiah hanyalah alat perjuangan. Itu sangat penting mempersatukan semua grup ekstrimis islam di Irak dalam satu panji Al Qaeda.  Dia membantah tuduhan para pemimpin Ansar al-Sunnah yang mengkritik Zarqawi. Dia tetap berharap pimpinan Al Qaeda mempercayai Zarqawi.  Namun CIA tidak lagi mempercayai AL Qaeda Irak. Zarqawi jadi target AS untuk dihabisi.Karena dianggap lemah terhadap kelompok Jihadis Sunni dan sudah sulit dikendalikan. Walau belum ada perpecahan namun yang jelas hubungan antar mereka memburuk. Saling curiga.

Pada 16 April 2006 di Yusufiya selama Operasi Larchwood 4 pasukan AS-Irak, Anbari ditangkap. Ia ditempatkan di penjara Abu Ghraib untuk kedua kalinya. Orang-orang Amerika percaya bahwa dia adalah amir Tal Afar tetapi tidak mengetahui identitas dia  yang sebenarnya. Ketika Anbari dalam penjara, pada bulan Oktober 2006 diproklamirkan berdirinya  Negara Islam Irak (  ISIL) atas inisiatif dari Dewan Syuro Mujahidin yang merupakan perwakilan dari grup grup ekstrimis sunni yang ada di Irak. 

Tiga bulan Anbari di penjara atau bulan juli 2006, Zarqawi tewas oleh serangan udara AS. Ketika penerus al-Zarqawi, Abu Omar al-Baghdadi dan Abu Ayyub al-Masri terbunuh dalam serangan gabungan AS-Irak pada 2010, Al Qaeda harus memilih penerus baru. Osama bin Laden menunjuk Anbari sebagai penerus. Namun keinginan Laden ditolak oleh Dewan Syuro Mujahidin (MSC). Yang menjadi penerus adalah sahabat Anbari, yaitu Abu Bakr al-Baghdadi. Setahun kemudian, atau 2 mey 2011, Osama bin Laden juga tewas oleh serangan pasukan khusus AS. 

Pada awal 2012, Anbari dibebaskan dari penjara di Irak, setelah itu ia bergabung kembali kedalam kelompoknya. Dia tetap dapat posisi penting di Al Qaeda Irak.  ia bertanggung jawab mengkoordinasikan operasi militer sehari-hari. Tugas pertamanya adalah menjalin komunikasi dengan berbagai afiliasi al-Qaeda di seluruh dunia, yang telah terputus karena keadaan keamanan yang dihadapi kelompok itu. Para pemimpin al-Qaeda mengkritik Negara Islam Irak ( ISIL). Anbari dan Para pemimpin  ISIL (atau ISIS ) menyadari agendanya mendirikan khilafah Islamiah tidak bisa lagi ditutupi. Tapi dia  terus berusaha meyakinkan pemimpin pusat Al Qaeda tentang kesetiaannya. 

Akhir 2012, Anbari ditugaskan AL Qaeda ke Suriah untuk mengawasi Abu Mohammad al-Julani dan menyelidiki situasi di sana, karena Julani gagal mengikuti kebijakan IS dalam berbagai hal dan telah membangun basis kekuatannya sendiri dalam upaya untuk memisahkan Jabhat al-Nusra dari ISIL. Anbari mengirim utusan dan mengadakan pertemuan dengan komandan lapangan dari berbagai kelompok pemberontak Suriah, menawarkan mereka uang dan senjata untuk mengalihkan kesetiaan ke ISIL. Beberapa melakukannya secara terbuka, membelot dengan pasukan dan senjata, yang lain melakukannya secara diam-diam, tetap berafiliasi dengan kelompok mereka yang ada sambil mengorganisir pembunuhan saingan yang ditargetkan. 

Beberapa waktu setelah Kejatuhan Mosul Juni 2014, Anbari memutuskan untuk kembali ke Tel Afar di Irak di mana ikut serta dalam pertempuran di sekitar kota dan di dekat Sinjar melawan Yazidi dan Partai Pekerja Kurdistan. Beberapa waktu kemudian, ia pindah ke Mosul dan mendesign sistem Moneter Islam, memperkenalkan mata uang emas baru dari Negara Islam. Namun kritik dari Al Qaeda semakin keras. Grup ekstrimis Sunni tergabung dalam ISIS menugaskan dia berkomunikasi dengan al-Qaeda, di bawah nama alias Abu Suhayb al-Irak, untuk menyelesaikan perbedaan pandangan soal jihad. Upaya rekonsiliasi gagal dan al-Qaeda secara resmi tidak mengakui ISIS  pada Februari 2014.

Saat itulah ISIS bukan lagi AL Qaeda, bukan lagi proxy AS. Dia sudah menjadi musuh AS dan tentu Iran. Pada tanggal 29 Juni 2014 ISIS secara resmi berdiri. Pada saat itu ISIS sudah tidak lagi tergantung pendanaan dari Al Qaeda dan CIA. ISIS sudah punya dana sendiri dari hasil menjarah daerah yang ditaklukannya. Anbari jadi musuh nomor satu bagi AS. Mengapa? Dia orang yang sangat penting di ISIS. Ia mengendalikan keseluruhan operasi militer dan non-militer ISIS di Suriah. ia menguasai Dewan Syariah dan anggota Komite Delegasi di Suriah. Dia juga mendesain Dawawin atau kementerian negara baru. Singkatnya iSIS adalah Anbari sendiri. Sementara Abu Bakr al-Baghdadi hanyalah pemimpinan ISIS yang tidak berkuasa apapun.

Setelah lepas dari Al Qaeda, saatnya bagi Anbari untuk menyatakan perang ke pada dunia. Ia merancang perang cyber. Ia mahir memanfaatkan media sosial. ISIS mengepos video-video pemenggalan tentara musuh, warga sipil, wartawan, perbudakan terhadap wanita kafir. Ini perang psikologis terhadap musuh musuh ISIS diseluruh dunia dan sekaligus alat propaganda menarik militan fundametalis islam dari seluruh dunia untuk bergabung. Para tokoh Muslim di seluruh dunia mengutuk ideologi dan aksi-aksi ISIS; mereka berpendapat bahwa kelompok tersebut sudah keluar jauh dari esensi ajaran Islam dan segala tindakannya tidak mencerminkan ajaran atau nilai-nilai yang dibawa islam. Penggunaan nama "Negara Islam" dan konsep kekhalifahan oleh kelompok ini dikritik secara luas. PBB , Nato berbagai negara, dan sejumlah kelompok Muslim besar mengecam ISIS. 

Kehebatan Anbari adalah dia berhasil memanfaatkan semua sumber daya baik dari AS maupun dari grup grup esktrimis sunni untuk berkorban apa saja atas obsesinya mendirikan khilafah islamiah. Tentu mereka yang mendukungnya punya agenda berbeda namun secara berbeda pula dia memperlakukan mereka untuk menipu mereka semua. Setelah pengambilalihan Mosul, ia mengalihkan perhatian penuh untuk mempertajam ideologi ISIS. Ia menjadi otak ideolog, ia melatih ulama senior, menginstruksikan anggota untuk menyusun teks-teks agama, dan mengeluarkan fatwa tentang masalah utama yang mempengaruhi kekhalifahan. 

Dia memerintahkan membakar Pilot Yordania, sebuah dendam masalalunya untuk membakar ghajar yang datang ke Mujama Barzan. Ketika ISIS menguasai sepertiga dari Irak dan hampir setengah dari Suriah, dia memerintahkan pembunuhan masal terhadap ekstrimis sunni yang berani mengkritiknya. Anbari juga melabeli pemberontak moderat Suriah sebagai murtad pada 2013, dan menulis fatwa rinci terhadap mereka. Padahal mereka proxy AS. Anbari pun menjadi target AS untuk dihabisi. Semua dana operasional ISIS dibawah kendalinya. Praktis penguasa ISIS adalah Anbari. Dia menguasai dewan Syuro dan juga dewan moneter.

Selama bertahun-tahun AS mengenal dia setidaknya dua orang yang berbeda. AS hanya memiliki dua foto dirinya. Ketika dia ditangkap secara singkat di Mosul pada 2005, pasukan anti teror AS  tidak tahu identitas aslinya, karena dia menggunakan dokumen palsu. Kali kedua ia ditangkap, pada tahun 2006, mereka mengenalinya tetapi hanya sebagai ulama teroris lokal dari Tal Afar. Pada bulan Maret 2016, dalam salah satu perjalanan, Anbari terbunuh di dekat kota Shaddadi, di sepanjang perbatasan Suriah-Irak. Menurut cerita tentara Amerika berusaha menangkapnya dalam penyergapan tetapi dia meledakkan dirinya menggunakan sabuk bunuh diri. Itulah kesalahan sejarah dipertemukanya Anbari dengan Zarqawi tahun 2002.

Mungkin tidak banyak orang tahu kontribusi Anbari terhadap lahirnya ISIS. Karena keberadaan dia memang misteri. Dia, misalnya, memiliki sekitar selusin nama alias. Itu karena dia sadar bahwa musuhnya semua pihak. Dia bukan proxy AS dan bukan pula agent Iran atau Rusia. Dia musuh AS, Iran, Arab, Rusia dan semua negara di dunia. Dia adalah jihadis untuk berdirinya khilafah islam, berpusat di Irak menguasai dunia. Dia tewas, ISIS pun memudar. Terbukti setelah kematian Anbari, setahun setelah itu, pada Desember 2017, kekhalifahan ISIS telah kehilangan 95 persen wilayahnya, termasuk dua propertinya yang terbesar, Mosul, kota terbesar kedua Irak, dan kota Raqqa di Suriah utara. Kini ISIS praktis sudah kalah total. 

Jadi apa yang bisa dicermati dari lahirnya iSIS dan seorang Anbari. Pengaruh atau pahamnya tidak akan bisa hilang begitu saja. Karena dia punya nilai dan narasi yang membuat setiap orang yang terpapar mau mati demi berdirinya khilafah islamiah. Idiologi ini tidak akan bisa dihancurkan lewat sistem demokrasi kecuali dengan kekerasan. Karena prinsip mereka bukan kompromi dan toleransi tetapi to be or not to be.  Kalau khilafah adalah tujuan maka magnitnya adalah politik sekterian, politik identitas, politisasi agama!. Selagi umat islam masih beranggapan Syiah itu ancaman dan sesat, sebaliknya juga sama sikap syiah terhadap sunni, selama itu umat islam terjebak dalam narasi perpecahan. Dan orang orang seperti Anbari akan selalu tampil dalam sejarah untuk menebar teror dan permusuhan, merusak nilai nilai islam yang rahmatan lilalamin.

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...