Senin, 24 Oktober 2016

Tanya?



Subuh itu Udin datang ke Masjid. Lebih dari setengah abad dia tidak berkunjung ke masjid ini. Karena lama rantau di arungi, jauh langkah di tempuh, membuat dia hampir melupakan tempat dia mengenal hakikat kehidupan. Tidak ada yang berubah sesungguhnya dari Masjid ini. Kalaupun ada penambahan bangunan di belakang , itu hanya untuk tempat wudhu dan toilet. Maklum, dulu semasa kecilnya tempat wudhu berdekatan dengan air pincuran bambu yang airnya berasal dari pegunungan. Tapi sekarang, air pincuran di tampung kedalam Bak dan orang berwudhu melalui kran yang menempel di bak itu. Namun, ada perubahan yang sangat mencolok. Jamaah sholat subuh hanya ada dua shap. Itupun kebanyakan orang tua. Kemana anak muda? 

" Lama tidak bersua. Kemana saja kau Din? Tanya teman sepermainannya. Yang kini tampak lebih tua dari usianya. 
" Merantau, Man. " Kata Udin sambil memeluk sahabat masa kanaknya. " Kok sedikt sekali yang jadi makmun sholat subuh ini? Saya membayangkan seperti kita kanak dulu. Selalu penuh padat oleh orang berjamaah" Sambung Udin.
" Entahlah. Din. Lambat namun pasti, surau semakin di lupakan anak muda."
" Apa sebabnya?
" Sejak Inyiak Labih meninggal sebagai Guru surau, di gantikan oleh guru dari Kota. Beginilah jadinya?
" Maksud kamu ?
" Kamu kan tahu. Dengan Inyiak, kita memahami agama dengan hikmah. Kalau dia bicara, yang terdengar adalah kesejukan. Kalau kita bertanya, jawabannya melapangkan yang sempit, meluruskan yang kusut. Jarang terdengar Inyiak menyebut firman Allah dalam  bahasa Arab. Selalu dia ungkapkan dalam bahsa ibu kita. Pahamlah kita setiap pituahnya.  Mengapa ? Dalam hidup ini banyak hal yang sulit di mengerti , bahkan terkesan paradox. Ingat engga kamu pituah inyiak, banyak orang yang "gila"alias irasional tapi kamu tidak boleh membencinya. Tetaplah mencintainya. Kadang kamu berbuat baik tapi orang lain menuduhmu pencitraan. Tetaplah berbuat baik. Jika kamu sukses akan banyak teman palsu dan musuh sejati disekitarmu. Jangan takut.Tetap capai kesuksesan. Seberapa besar kamu memberi bantu kepada seseorang, dia akan dengan mudah melupakannya karena beberapa sebab. Tetaplah memberi bantu. Kejujuran itu pahit dan kadang mebuat orang lain terluka.Jangan takut untuk bersikap jujur.

Apa artinya ? apapun yang terjadi itu bukanlah antra dirimu dengan orang lain tapi antara kita dengan Tuhan. Kita tidak boleh merubah jalan kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan hanya karena sikap orang lain. Kalau salah maafkan dan jangan ragu untuk memulai lagi agar kamu dan dia berubah menjadi lebih baik. Kalau kamu menghindarinya karena alasan tidak mempercayainya, membencinya karena perbedaan itu artinya kamu tidak berjalan dijalan Tuhan tapi dijalan kamu sendiri. Dijalan egomu. Selamanya kamu menilai dirimu sendiri dan lupa orang lain juga menilaimu,dan Tuhan maha tahu bahwa kamu terlalu mencintai diimu sendiri dan lupa bahwa sesungguhnya tugasmu harus mencintai orang lain,apapun kondisinya.

Mengapa ? Kita semua  harus mejadi agent perubahan terhadap lingkungan khususnya lingkungan terdekat kita. Bagaimana kita bisa merubahnya menjadi lebih baik bila kita tidak bisa merebut cintanya hanya karena kita tidak lagi bisa mempercayainya. Banyak orang berkata "dia jahat, tetapi engkau dapat menghindarinya. Islam berkata kepada pengikutinya " dia jahat, tetapi engkau dapat mengubahnya". caranya ? jangan berjarak tapi bersedekatlah, maafkan dan lupakan,perbaruilah..Mari menjadi agent perubahan untuk rahmat bagi alam semesta." Kata teman Udin dengan mimik menyimpan kerisauan.
"Memangnya sekarang apa yang di ajarkan oleh guru pengganti inyiak itu?
" Dua pertiga yang yang keluar dari mulutnya adalah firman Allah dan Hadih. Semua dengan bahasa arab. Dan kalau dia mentafsirkan, membuat apa yang kita pahami selama ini menjadi salah. Salah. Semua salah. Di bilang kita tidak kaffah. Pemerintah salah. Anak muda yang suka musik di bilang sesat. Perempuan yang tidak pakai jilbab di bilang kayu neraka. Memang tak banyak orang protes. Tapi lebih banyak yang diam namun lambat laun orang menjauh dari surau. "
" Kenapa sampai malas "
" KIta orang kampung Din. Adat kita melatih kita berpikir bebas untuk memahami agama. Kita beragama agar adat kita tegak. Adat kita bertumpu kepada Budi. Budi itulah keindahan yang membuat kita hidup damai. Bagi kita , syariat seperti sholat, puasa, dan lain lain adalah metode mendekati Allah. Jadi syariat itu, bukan tujuan tapi cara. Yang di tuju adalah Allah. Cinta Allah. Nah, Guru selalu mempermasalahkan syariat itu. Sementara tujuan tidak  dia perhatikan. Terbukti dia tidak malu kalau uang infak sadakah masjid mengutamakan honornya dari pada memeriahkan masjid. Ini kan lucu. Hakikat dakwah itu adalah ikhlas. Orang berdakwah karena ingin mendekatkan diri kepada Allah. Ingat engga kata Inyiak dulu, hidup hidupilah surau ini tapi jangan engkau mencari hidup dari surau ini. Inyiak mengamalkan apa yang dia katakan. Inyiak sehari harinya berdagang kain di pasar. Memang tidak membuat dia kaya tapi tidak membuat dia makan dari uang derma Masajid. "

Udin terdiam. 

Udin teringat pituah dari Inyiak ketika dia masih remaja. Inyiak mengajarkan manusia harus memikirkan diri sebagai manifestasi Tuhan. God as me. Tuhan sebagaimana saya. Sebagaimana paham wahdatul wujud, bahwa kehendak seseorang bersatu dengan kehendak Tuhan. Pada tingkat tertentu, menurut Inyiak, dalam pengalaman ruhani yang sangat tinggi, yakni paling ujung dari seluruh perjalanan sufi, manusia tidak lagi bisa membedakan mana dirinya dan mana Tuhan. Pada tahap ini kemampuan akal tak lagi berfungsi untuk membedakan antara khalik dan makhluk, antara Tuhan dan saya. Karena berbagai peristiwa di alam ini tak lepas dari hasil yang dibentuk oleh pemikiran kita, persepsi kita, maka kita harus bertanggungjawab atas berbagai peristiwa di sekitar kita.  Jodoh ,rezeki dan maut itu adalah takdir dari Allah. Benar, karena itulah keyakinan orang ber-agama. Namun persepsi tentang takdir soal ini harus dipahami dengan baik agar kita tidak putus asa ber-agama. Tidak berprasangka buruk kepada Allah.

Soal Jodoh? Inyiak mengajarkan bahwa benar jodoh itu telah di tentukan Tuhan namun engkau berperan membuat ketentuan Tuhan terwujud. Terwujudnya jodoh itu, cepat atau lambat atau tidak sama sekali berjodoh maka itu tergantung persepsi engkau sendiri tentang jodoh itu . Selagi jodoh itu atas dasar persepsi "keinginan"maka siap siaplah mendapatkan kesulitan mendapatkan jodoh, kalaupun dapat maka siap siap lah berselancar di gelombang panas. Tidak siap, maka perceraian terjadi. Tapi bila persepsi tentang jodoh adalah atas dasar "kebutuhan". Kebutuhan akan ibadah kepada Tuhan. Maka jodoh akan datang dengan mudah. Bila kelak terjalin ikatan maka dua akan dipersatukan Tuhan, yang sulit di mudahkan, yang sempit akan lapang. " Nah, jujurlah pada diri sendiri apakah persepsi jodoh itu atas dasar keinginan atukah kebutuhan? liatlah diri mu seutuhnya dan nilaiah sendiri, kemudian liatlah sekeliling mu siapa yang pantas untuk mua..tunggu dan itu akan datang dengan sendirinya..." Demikian pituan Inyiak yang tak pernah Udin lupakan.

Bagaimana dengan rezeki?  Inyiak pernah berkata bahwa Setiap makhluk di jamin rezekinya oleh Allah. Bumi di bentangkan Tuhan sebagai rezeki yang tak akan habisnya sampai hari kiamat. Ini jaminan Allah. Namun Tuhan tidak pernah kirim uang ke ke rekeningmu. Karena rezeki itu tidak di berikan begitu saja. Untuk makan saja engaku harus melewati proses dari menanam padi, merawatnya, memanennya, menggilingnya, dan memasaknya, kemudian menyuap nasi kemulut dan mengunyah untuk sampai keperut menjadi darah dan daging. Kalau persepsi engkau bahwa rezeki itu datang dari mujizat atau kemudahan dari Tuhan karena banyak zikir dan berdoa tapi miskin ikhtiar maka engaku akan kalah bersaing dengan orang yang tak beragama. Kalah dengan orang yang beragama ala kadarnya namun percaya bahwa Tuhan tidak memberi kemudahan proses untuk meraih rezeki.

Namun , Udin ingat nasehat Inyiak " Kalau persepsi engkau bahwa rezeki itu adalah atas dasar "keinginan" maka engkau tidak akan mendapatkan "rezeki" yang dimaksud Tuhan. Rezeki itu akan menyusahkan hatimu. Berlebih rezeki membuatmu rakus, sedikit rezeki semakin membuatmu kawatir akan hidup. Tapi kalau persepsi rezeki atas dasar " kebutuhan " maka rezeki itu akan datang sebagai rezeki yang menentramkan karena bila berlebih dia akan berbagi, bila kurang yang di raih kamu akan bersabar. Apapun itu baik bagimu, dan tentu  menyehatkan lahir batin."  Nasehat inilah yang membuat Udin cerdas menyikapi hidup. Cerdas merantau kemanapun dia pergi. Tak pernah merasa asing di bumi Allah dan tidak pernah sendirian di tempat ramai. Dimanapun dia di terima dengan tangan terbuka. Agama membuat dia mudah mencintai orang dan tentu banyak yang suka dengannya. Akibatnya rezeki yang jauh mendekat, yang tak nampak, muncul, yang sulit menjadi mudah.

Bagaimana dengan kematian?  Semua orang pasti mati.Ini takdir manusia dari Tuhan.Demikian pituan Inyiak.  Sehebat apapun engkau menjaga kesehatan maka kematian itu pasti terjadi. Namun bila persepsimu bahwa kematian itu hak Tuhan yang kapanpun bisa mati maka engkau akan lalai menjaga kesehatan sehingga merusak tubuhmu dengan sifat rakus dan tidak peduli menjaga kesehatan, dan berperang tanpa merperhatikan kekuatan diri, maka itu mati konyol. Tapi kalau persepsimu bahwa kehidupan adalah berkah Tuhan,yang harus di jaga sebaik mungkin, di syukuri maka engkau tahu menjaga tubuh agar tetap sehat dan menghindari bunuh diri karena hilang harapan. Karena engkau yakin bahwa dirimu, tubuhmu adalah amanah terindah dari Allah, yang harus engkau jaga sebaik engkau menjaga iman di dadamu. Dengan begitu Kehidupan akan menjadi nilaimu sesungguhnya untuk memaknai bahwa kematian adalah kebutuhanmu untuk paling dekat kepada Allah dalam cinta tak terbayangkan. Bukan kematian karena keinginan untuk mendapatkan sorga yang Allah janjikan. Matilah dalam keimanan, karena engkau hidup berakal.. 

" Benar Jodoh, rezeki maut adalah hak Tuhan namun engkau bertanggung jawab untuk mewujudkan takdir itu, dan untuk itu sebaiknya utamakan atas "kebutuhan", bukan karena "keinginan ". Demikian nasehat Inyiak. Udin meninggalkan surau itu setelah usai Sholat subuh. Jalanan masih sepi dan Udin merasa sangat kaya karena akalnya selalu hidup untuk memperkuat iman dan berjuang tiada henti agar  mencapai akhir sebaik baiknya kesudahan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...