Rabu, 19 Oktober 2016

Doa dan Ikhtiar..


Udin sungguh mengerti, betapapun semua itu bisa saja karomah Tuhan kepada orang terpilih..
“Mana ada orang bisa jadi konglomerat karena doa saja. Apalagi gandakan uang” pikirnya.
Namun, ia memang berpendapat bahwa jika seseorang ingin sholat, maka ia harus belajar membaca doa secara benar.
”Bagaimana mungkin doanya bisa di kabulkan Tuhan, jika kata-katanya salah,” pikir Udin ”karena jika kata-katanya salah, tentu maknanya berbeda, bahkan jangan-jangan bertentangan. Bukankah buku cara sholat yang benar memang dijual di mana-mana?”

Keyakinannya bahwa  siapa pun orangnya yang berdoa dengan benar, akan kaya raya. Karena Tuhan maha pemberi. Asalkan wiridan benar sesuai arahan Guru , semua akan mudah terkabulkan. Udin memang bisa membayangkan, bagaimana ketenangan jiwa yang dicapai seseorang setelah melakukan sholat dengan benar, akan membebaskan tubuh seseorang dari keterikatan duniawi, dan salah satu perwujudannya adalah bisa kaya. Namun, ia juga sangat sadar sesadar-sadarnya, pembayangan yang bagaimanapun, betapapun akal dan iman bertolak belakang. Apakah kaya bisa di dapat tanpa kerja akal? Cukup dengan sholat dan doa saja.

”Mujizat itu hanyalah perlambang,” pikirnya, ”untuk menegaskan kebebasan jiwa yang akan didapatkan siapa pun yang berdoa dengan benar dan berbusa bibir dalam wiridan

Semenjak Udin memperdalam ilmu Agama, kepada siapa pun yang ditemuinya, ia selalu menekankan pentingnya sholat dengan benar. Adapun yang dimaksudnya sholat dengan benar bukanlah sekadar kata-katanya tidak keliru, gerakannya tepat, dan waktunya tepat, selain tentu saja khusu, melainkan juga dengan kepercayaan yang mendalam dan tak tergoyahkan betapa sedang melakukan sesuatu yang benar, sangat benar, bagaikan tiada lagi yang akan lebih benar.

yang pasti dengan Sholat dan zikir, membuat jiwanya tenang. Rasa bahagia merasuk kalbunya. Dia merasa bahagia. Kebahagiaan yang telah didapatkannya membuat Udin merasa mendapatkan suatu kekayaan tak ternilai, dan karena itulah kemudian ia pun selalu ingin membaginya. Setiap kali ia berhasil membagikan kekayaan itu, kebahagiaannya bertambah, sehingga semakin seringlah Udin menemui banyak orang dan mengajarinya cara sholat yang benar. Ternyata tidak sedikit pula orang percaya dan merasakan kebenaran pendapat Udin bahwa dengan sholat secara benar, bukan hanya karena cara-caranya, tetapi juga karena tahap kejiwaan yang dapat dicapai dengan itu, siapa pun akan mendapatkan ketenangan dan kemantapan yang lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan.

Demikianlah akhirnya Udin pun dikenal sebagai Guru Udin. Mereka yang telah mengalami bagaimana kebahagiaan itu dapat dicapai dengan ajaran Udin, merasa sangat berterima kasih dan banyak di antaranya ingin mengikuti ke mana pun Udin pergi.

”Izinkan kami mengikutimu Guru, izinkanlah kami mengabdi kepadamu, agar kami dapat semakin mendalami dan menghayati bagaimana caranya mendekati Tuhan secara benar,” kata mereka.
Namun, Guru Udin selalu menolaknya.
”Tidak ada lagi yang bisa daku ajarkan, selain mencapai kebahagiaan,” katanya, ”dan apalah yang bisa lebih tinggi dan lebih dalam lagi selain dari mencapai kebahagiaan?”

Guru Udin bukan semacam manusia yang menganggap dirinya seorang nabi, yang begitu yakin bisa membawa pengikutnya masuk surga. Ia hanya seperti seseorang yang ingin membagikan kekayaan batinnya, dan akan merasa bahagia jika orang lain menjadi berbahagia karenanya. Demikianlah Guru Udin semakin percaya, bahwa beragama dengan cara yang benar adalah jalan mencapai kebahagiaan. Dari satu tempat ke tempat lain Guru Udin pun mengembara untuk menyampaikan pendapatnya tersebut sambil mengajarkan cara sholat yang benar. 

Sementara itu, kadang-kadang Guru Udin terpikir juga akan gagasan itu, bahwa mereka yang berdoa dengan benar akan bisa menggandakan uang ”Ah, itu hanya takhayul,” katanya kepada diri sendiri mengusir gagasan itu.

***
Suatu ketika dalam perjalanannya tibalah Guru Udin di sebuah negeri. Begitu luasnya negeri itu. Ia telah mendengar bahwa di negeri itu terdapat orang-orang yang belum pernah mengenal Tuhan dengan benar.  Karena penguasa negeri melarang mereka meramaikan tempat ibadah  . Guru Udin membayangkan, orang-orang itu tentunya kemungkinan besar belum mengetahui beragama yang benar, karena tentunya siapa yang mengajarkannya? Negeri itu memang begitu luas, sangat luas, bagaikan tiada lagi yang bisa lebih luas, sehingga Guru Udin pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

”Negeri setengah benua ,” pikirnya, ”apalagi yang masih bisa kukatakan?” Ternyatalah negeri itu walau penduduknya banyak sekali namun makmur dan tertip begitu rupa, sehingga penghuninya engga perlu jadi buruh migran ke mana pun jua agar dapat makan. Bahkan, para penghuninya itu juga tidak ingin pergi ke mana pun meski sekadar hanya untuk melihat dunia lain.

”Jangan-jangan mereka pun mengira, bahwa dunia hanyalah sebatas kota sebesar noktah di tengah negeri seluas setengah benua ini,” pikir Guru Udin. Namun, alangkah terharunya Guru Udin setelah di ketahuinya bahwa meskipun tidak memahami agama seperti dia punya, penduduk negeri itu di samping bekerja keras juga tidak putus-putusnya berdoa!

”Tetapi sayang,” pikir Guru udin, ”mereka beragama dengan salah, berdoa pasti salah caranya.” Maka dengan penuh pengabdian dan perasaan kasih sayang tiada terkira, Guru Udin pun mengajarkan kepada mereka cara sholat yang benar. Setelah beberapa saat lamanya, Guru Udin menyadari betapa susahnya mengubah cara beragama mereka yang salah itu. Dengan segala kesalahan gerak maupun ucapan dalam sholat yang salah tersebut, demikian pendapat Guru Udin, mereka justru seperti sholat untuk memohon kutukan bagi diri mereka sendiri!

”Kasihan sekali jika mereka menjadi terkutuk karena cara sholat yang salah,” pikir Guru Udin.

Sebenarnya cara sholat yang diajarkan Guru Udin sederhana sekali, bahkan sebetulnya setiap kali mereka pun berhasil menirunya, tetapi ketika kemudian mereka berdoa tanpa tuntunan Guru Udin, selalu saja langsung salah lagi. Lidah mereka memang tidak bisa melafalkan doa itu.

”Jangan-jangan setan sendirilah yang selalu menyesatkan mereka dengan cara berdoa yang salah itu,” pikir Guru Udin, lagi. Akhirnya Guru Udin, pergi meninggalkan negeri itu. Namun dalam perjalanan dia menemukan saudara sekampungnya. “ Mengapa kalian ke negeri orang yang jangankan cara beragama salah, melafalkan bacaan sholat saja salah. Mereka berdoa seperti meminta kutukan.”

“ Kami butuh pinjam uang dari mereka , Tuan Guru. Dengan uang dari mereka, kami bisa memakmurkan rakyat kami.”
“ Apa ? Guru Udin terkejut
‘ Mereka kaya raya Tuan Guru”
“ Padahal doa mereka salah. Agama mereka salah“ Kata Guru Udin bengong..

Cucuku.. Tidak akan kamu dapat kekayaan dari doa dan zikir berbusa bibir. Karena Tuhan memang menjamin makan burung tapi Tuhan tidak pernah mengirim makanan ke sangkar burung. Burung harus terbang melintasi pulau dan benua untuk mencari makan.  Kalau bahagia, memang kalian akan dapatkan dari berdoa, tapi itu hanya sesaat, Kebahagian hakiki bila kalian berdoa kepada Tuhan, dan kalian bekerja keras mendapat rezeki Tuhan. Kalau percaya kepada Tuhan, maka kalian juga harus percaya dengan sunattullah..kalau mau dapat makan ya kerja..kerja, dan jangan lupa berdoa sebelum kerja ya sayang..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...