Jumat, 22 Mei 2020

Teori konspirasi sebuah kebohongan rasional


Tadi saya pergi liat tanah yang ditawarkan teman untuk dijual. Dalam perjalanan itu ada obrolan yang menarik. Ini berkisar soal asal usul COVID-19. Saya hanya menyimak uraiannya. Saya tahu itu dia dapat dari media sosial. Setelah puas dia menguraikan pengetahuannya, dia bertanya kepada saya.  “ Mengapa sampai ada teori konspirasi tetang Covid-19”

“ Ketika pada situasi serba tidak pasti yang membuat orang kebingungan. Saat itulah teori konpirasi laku dan dipercaya orang. “

“ Mengapa ?

“ Karena teori konspirasi itu menyampaikan penjelasan dengan sederhana. Ya namanya teori bisa dikait kaitkan dengan kecurigaan masyarakat seperti COVID-19 dari China atau dari AS. Semakin bagus teori itu membenarkan prasangka orang semakin menarik teori itu. Apalagi dibumbui dengan narasi kejahatan dibalik kejadian itu. Orang moralis yang tidak tahu apa apa akan semakin terpengaruh. “

“ Apakah itu semua berkaitan dengan fakta. “

“ Tepatnya fakta yang diilusikan. Maka disebut dengan fiksi. Contoh Lady Di meninggal. Itu fakta.  Kejadiannya karena kecelakaan. Itu fakta. Tetapi kalau ada cerita dibalik kecelakaan itu ada peran agent M16, itu asumsi. Kalau dinarasikan, maka jadilah ia fiksi. Enak didengar atau dibaca dan perlu. Contoh lagi,  China menguasai perdagangan dunia, itu fakta. Surplus dagang China bukan hanya dengan Indonesia, dengan AS juga surplus. Itu fakta. Tetapi kalau fakta itu dikaitkan dengan teori China ingin menguasai dunia, itu jelas fiksi. Faktanya sejarah modern China tidak pernah menjajah negara manapun. Bahkan China adalah negara yang pernah dijajah oleh Inggris, AS , Portugal. Kalau kamu lebih percaya teori konspirasi daripada fakta sejarah, sebaiknya kamu ucapkan selamat tinggal akal sehat. Dah gitu aja. “

“ Gimana bisa tahu teori konspirasi itu hanya ilusi ? Karena kalau dibaca dan didengar, semua nampak masuk akal”

“ Untuk kamu bisa tahu keakuratan teori konspirasi, kamu harus menerapkan standar ilmiah. Dalam sains jarang ada kebenaran absolut, tetapi hanya masuk akal dan konfirmasi empiris dari berbagai tingkat. Periksa sumbernya. Siapa bilang apa, kapan dan di mana? Apakah itu media mainstream ? Atau apakah dari YouTuber, mungkin bahkan dengan gelar doktor, atau seleb  sosmed. Kamu harus lakukan penelitian semua sumber itu. Biasanya tidak butuh lama. Dalam waktu singkat sudah diketahui.  Nah kalau kamu percaya begitu saja, maka kamu harus ucapkan selamat tiggal waras“

“ Masih belum paham saya.”

“ Begini sederhananya. COVID-19 itu berkaitan dengan hal yang sangat ilmiah. Untuk memahaminya memerlukan keahlian khusus soal genetika, virologi, anatomi. biotekhnologi. Kalau para ahli itu sampai sekarang belum bisa menemukan kepastian asal usul COVID-19, apakah kamu percaya dengan orang tampa kompetensi dengan berani menyebut COVID-19 itu dibuat oleh manusia ? Kalau kamu tidak percaya dengan ilmuwan, maka kamu harus ucapkan selamat datang kegelapan.”

“ Tetapi penganut teori konspirasi selalu punya cara penyangkalan?

“ Teori konspirasi itu seakan lebih hebat dari laporan resmi. Lebih banyak penjelasan, lebih banyak bukti kebetulan, yang selalu diulang ulang dan dibicarakan. Maka ia dianggap kebenaran. Contoh sederhana. Buku Davinci Code, orang semua tahu itu teori konspirasi , yang jelas fiksi. Makanya orang waras tidak ada yang protes walau itu berkaitan dengan Yesus. Penganut teori konspirasi menggunakan kausalitas yang semuanya atas dasar asumsi dan mereka tidak peduli kalau terjadi kontradiksi secara ilmiah. Bagi mereka semakin banyak kontradiksi semakin dipercaya teorinya. Ini bukan soal moral atau etika. Tetapi sudah penyakit kejiwaan.”

“ Apakah ada yang diuntungkan dari teori konspirasi itu ?

“ Dari sejarahnya itu berkaitan dengan politik. Dulu kan orang gunakan apa saja melawan kemapanan kekuasaan. Ada yang gunakan teater, puisi dan buku cerita fiksi dan  temasuk menggunakan teori konspirasi. Tujuannya menciptakan distrust kepada penguasa, dan pada waktu bersamaan menciptakan kebingungan di masyarakat sehingga apapun informasi yang disampaikan secara resmi disikapi bias. Contoh aja kasus COVID-19. Apapun kebijakan dan laporan pemerintah disikapi secara bias oleh mereka. Itu dampak dari adanya teori konspirasi. Di samping itu creator teori konspirasi ini dapatkan follower dalam jumlah besar dan itu bisnis yang bisa datangkan uang dari mana saja. Paham”

“ Oh ternyata semua karena bisnis?

“ Bagi creator teori konspirasi apapun engga menarik kalau engga ada duitnya. Apalagi di tengah kebingungan  dan keresahan, orang bighot butuh pegangan, walau itu hanya sekedar teori dan asumsi, alias fiksi"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...