Selasa, 12 Mei 2020

Politik kebencian


Selama perang dunia pertama, Khilafah Utsmniyah membantai 1,5 juta etnis Armenia. Mereka awalnya dibunuh secara langsung. Pria wanita dan anak anak di kumpulkan. Kemudian ditembaki, ada juga yang disembelih. Ketika peluru semakin mahal, mereka tidak lagi dibunuh dengan peluru dan bayonet, tetapi dideportasi ke Suriah dengan berjalan kaki. Orang tua, wanita, anak, dipaksa berjalan kaki menempuh cuaca yang panah. Itu sama saja dipaksa bunuh diri massal. Sementara pria yang kuat dipaksa kerja membangun jalur kereta tanpa suplai makanan yang cukup. Akhirya merekapun mati.

Menjelang perang dunia kedua, tahun 1937 Jepang menduduki Mancuria dan Shanghai setelah berhasil merebutnya dari Inggris. Upaya invasi itu dihadapi oleh laskar China. Bertarung gagah berani menjemput ajal mempertahankan setiap jangkal tanah mereka. Akhirnya mereka kalah. Di Nanking ibukota China, dari pagi, semua rakyat diikat, diseret ke tepian sungai Yangtze dan ditusuk menggunakan bayonet. Beberapa langsung meninggal, lainnya menjerit kesakitan. Bahkan, sampai jam 4 atau 5 sore mereka belum menyelesaikan pembunuhan massal itu. Dalam 12 jam tentara Jepang membantai 300.000 rakyat Nanking. Itu belum termasuk pembantaian dan pemerkosaan di Manchuria dan Shanghai. Diperkirakan lebih 1 juta masuk dalam kubangan pembantaian.

Perang dunia kedua, Hitler juga melakukan hal yang sama kepada etnis Yahudi. 6 juta etnis Yahudi tidak kecuali anak, wanita , pria, orang tua di Eropa dikirim ke Kamp konsentrasi. Mereka kebanyakan mati di kamp konsentrasi, dan lebih banyak lagi sebelum mereka sampai di kamp konsentrasi sudah dihabisi oleh tentara Hitler. Sejarah mencatat diperkirakan 2/3 dari 9 juta etnis Yahudi mati oleh kekejaman rezim Hitler. Ini yang dikenal dengan peristiwa Holocaust.

Apakah Tuhan diam saja atas perlakuan kekejaman manusia itu? Tidak. Tuhan memberikan contoh segelintir etnis Yahudi dan miliaran penduduk Etnis China. Terbukti kini, 109 Perusahaan yang terdaftar dalam TOP 500 Fortune pemiliknya adalah etnis Yahudi, yang kekayaannya 65% dari PDB AS. 119 Top 500 Fortune, adalah perusahaan yang dimiliki China, dengan total kekayaan 15% dar PDB dunia. Kehebatan Asset perusahaan Etnis Yahudi mengalahkan PDB Jerman yang pernah membantai mereka. Kehebatan asset Perusahaan China mengalahkan PDB Jepang. Turki yang pernah membatai Etnis Armenia tidak pernah bisa mengulang kebesarannya di masa lalu.

Mengapa terus membenci Yahudi dan China? Apakah idiologi dan agama tidak belajar dari hikmah yang Tuhan bentangkan sekarang? Kemakmuran mereka karena Tuhan mencintai mereka dan berharap kita juga sadar agar tidak lagi membenci. Sampai kini orang China tidak pernah dendam dengan Jepang. Orang Yahudi tidak pernah dendam dengan orang Eropa. Etnis Armenia tidak pernah membenci islam. Mengapa kepada Belanda dan Jepang yang pernah menjadikan kita budak , kita bisa berdamai. Semetara Cina yang tidak pernah menjajah kita, malah kita benci?

Ternyata politik kebencian, entah itu dengan narasi Agama , atau Idiologi, sama saja. Sama sama bau amis darah. Ketika berbicara politik, maka kebencian menjadi alat pemersatu untuk menghabisi lawan. Human being terhalau. Manusia lebih kejam dari hewan. Bahkan tanpa berdosa membuat 3000 orang kehilangan pekerjaan. Membuat investasi memakmurkan bumi dan diri terancam gagal. Membuat harapan kemapanan ekonomi menjadi tak bernilai. Itulah makna lain dari kebencian. Memang tidak bau amis darah namun dampaknya membuat orang hidup tanpa harapan… itu lebih buruk dari kematian itu sendiri.

3 komentar:

  1. Pagi Pak Bandaro, tulisan bapak memiliki value yg tinggi bisa dibilang saya suka atau kagum tulisan bapak yg menambah wawasan pikiran bahwa sejarah itu tidak semuanya manis bahkan banyak yg pahit namun tetap harus diceritakan meskipun ada unsur unsur SARA tapi sejarah pahit tetap harus diceritakan biar kita bisa belajar dan tidak perlu melaluinya. Juga Tuhan itu tetap Tuhan yg adil yg tidak bisa diatur oleh siapapun bahwa kebaikan dan kerja keras yg dilakukan tetap menghasilakan kebaikan dan keberhasilan tanpa memandang apaun SARA-nya...

    BalasHapus
  2. Terima kasih Pak Bandaro buat tulisannya bahwa sejarah itu tidak semuanya manis bahkan banyak yg pahit namun tetap harus diceritakan yg sebenarnya walaupun tidak enak dan ada menyangkut unsur SARA. Tapi itu seharusnya membuat kita bisa belajar dari sejarah tanpa harus melaluinya. Sejarah juga mengajarkan orang yg berbuat kebaikan dan bekerja keras menghasilkan kebaikan dan keberhasilan tanpa memandang SARA karena Tuhan itu Tuhan yang adil tanpa bisa diintervensi oleh siapapun. Terima kasih Pak semoga diberi kebijaksanaan dalam menulis.

    BalasHapus
  3. Maaf pak kalau banyak nulis komentar soalnya saya bingung kok belum muncul rupanya harus disetujui oleh penulis ya..😀😀

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...