Teman saya di China terkejut ketika mau Check in Hotel, orang hotel tidak membutuhkan deposit. Padahal temannya yang lain yang sama ikut check in diharuskan menempatkan deposit. Keterkejutan lain adalah dia mendapatkan kemudahan aplikasi pinjaman ke bank ketika hendak menaikan plafond kreditnya. Tanpa perlu banyak negosiasi, aplikasinya langsung disetujui. Ada apa ? selidik punya selidik, dia baru tahu bahwa data tentang prilaku konsumsinya menjadi dasar analisa untuk menaikan credit rating nya, dan ini berhubungan dengan karakter.
Apa pasal. ? data menunjukan bahwa kebiasaan dia setiap akhir minggu belanja kebutuhan hari hari bersama istri. Salah satu yang rutin dibeli adalah popok. Dia engga punya bayi. Popok itu untuk orang tuanya yang sudah sepuh dan tinggal di rumahnya. Data juga menunjukan dia hampir jarang sekali mengeluarkan uang untuk konsumsi hiburan seperti panti pijat atau KTV. Atas dasar itulah credit rating nya naik. Analisa data menunjukan dia orang berkarakter baik. Mengapa? Orang yang mengasuh orang tua sepuh adalah orang baik. Menahan selera untuk hiburan yang tidak perlu, dinilai orang yang kuat mengelola EQ. Sederhana sekali credit rating itu terbentuk.
Lantas gimana caranya China bisa mendapatkan data tersebut ? itulah kehebatan dari IT ( information technologi ) yang sudah masuk ke aplikasi BIG Data. Apapun aktifitas anda pasti berhubungan dengan transaksi dan uang. Di China hampir 90% transaksi sudah menggunakan aplikasi digital cash. Bahkan kalau anda belanja dengan uang tunai, penjual justru kawatir dan ragu menerima. Karena dianggap orang aneh. Dengan sistem big data inilah analisa credit rating dapat dilakukan dengan “cepat” oleh siapa saja yang berhubungan bisnis dengan anda. Makanya teman saya itu tidak butuh deposit ketika check ini hotel. Tidak perlu negosiasi rumit dengan bank untuk dapatkan tambahan kredit.
Salah satu staff kantor saya di China, diterima tidak melalui test panjang tetapi berdasarkan analisa data dari aktifitasnya di sosmed. Grafik attitude nya terpantau dengan cepat. Disitu akan sangat mudah melihat caranya berpikir soal keseharian, sikap mentalnya terhadap fenomena yang sedang berkembang dan lain sebagainya. Hebatnya untuk mengetahui itu tidak ruwet. Ada aplikasi yang cukup menulis nama seseorang, langsung hitungan detik karakter orang itu terbaca dengan mudah.
Yang jadi masalah adalah kegiatan kolosal yang melibatkan banyak orang akan sangat mudah terpantau oleh pemerintah. Contoh ada gerakan buruh mau demo. Pasti mereka membutuhkan dana sumbangan dari semua anggota buruh untuk aksi itu. Mau tidak mau mereka membutuh channeling cash digital untuk mengirim uang ke serikat buruh. Nah dengan cepat uang itu di block oleh pemerintah. Aksipun gagal. Begitu juga aktifitas sosial dan politik lain yang melibatkan banyak orang, pasti akan terpantau dengan mudah oleh pemerntah. Kalau uang di block, ya apapun aksi pasti gagal.
“ Kami tidak mengeluh ketika pengawasan membuat kami aman; ketika kamera dapat memperingatkan kami akan kemacetan yang akan datang, atau melindungi kami dari kejahatan atau mengetahu credit rating agar terhindar dari penipu. Kami bahkan menyambutnya. Namun dengan sistem BIG data, tidak ada lagi privasi. Dari hari ke hari , hak privasi kami semakin terkikis. Itulah dampak dari social engineering kini melanda China. Kami tidak bisa lagi bebas. Bagaimana dengan di Indonesia“ Kata teman di China.
“ Kami ratusan tahu lalu sudah seperti China. Dimana saja dan kapan saja pengawasan itu terjadi. Tetapi tidak dengan IT pengawasan dilakukan.”
“ Sistem apa yang dipakai ?
“ Sistem Tuhan. Kami tahu kapan saja dan dimana saja Tuhan melihat kami. “
“ Ya benar juga. Apakah itu efektif ?
“ Masalahnya kebanyakan kami tidak takut dengan Tuhan.”
“ Ya. Kami sangat takut dengan pemerintah. “ kata teman dengan wajah lesu.
“ Itulah bedanya.”
Kalau orang takut kepada Tuhan dan sadar setiap perbuatan akan berbalas, tentu social engineering akan terjadi dengan sendirinya kearah lebih baik tanpa harus dengan IT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.