Pertimbangan tidak mengusung Anies.
Politik di Indonesia jangan melihat dari gebyar influencer di media massa dan social media atau baleho di jalanan. Tuh lihat PSI begitu banyak baliho tersebar di Indonesia bahkan nomor 1 paling banyak dibandingkan partai lainnya. Tetap aja gagal masuk DPR pusat. Artinya gebyar itu tidak mewakili elektablitas sebenarnya. Jadi pahami akar rumput bekerja yang bisa aja bergerak dalam senyap.
Di Jakarta. Orang beranggapan elektabilitas Anies karena ketokohannya. Saya tidak percaya. Walau relawan Anies militant, namun sebenarnya yang mendukung elektabilitas Anies itu adalah emak emak yang tergabung dalam Majelis ta’lim PKS. Mereka sangat militant dan teroganisir dengan baik. Di Jakarta PKS sudah buktikan bahwa mereka pemenang Pileg tahun ini. Itu fakta. Jadi kalau Anis tidak didukung PKS, peluang menang sangat kecil apalagi lawannya Ridwan Kamil yang berpasangan dengan PKS.
Kalau Anies didukung PKS, biaya logistic bisa minimalis. Karena kader dan akar rumput PKS sudah established secara mandiri. Tapi kalau Aneis diusung oleh PDIP, nah dari mana duitnya? Untuk Pilgub DKI itu ongkos logistic tidak kecil. Saya juga engga yakin kalau Anies mau keluar uang. Dan jelas PDIP engga mungkin mau keluar uang. Saya engga yakin ada penyandang dana yang berani keluar duit.
Apalagi kita semua tahu, sejak era Anies menjabat Gubernur DKI, PDIP oposan terhadap Anies. Apa iya semua kader atau akar rumput PDIP di Jakarta akan sejalan dengan kebijakan pusat mengusung ANies. Walau kader PDIP itu patuh dan tegak lurus dengan perintah pimpinan, mengubah enemy jadi teman itu tidak bisa cepat. Perlu waktu…
Berharap PKS akan bergabung dengan koalisi PDIP mengusung Anies, itu sama saja berharap hujan di tengah terik matahari. Mengapa ? Mereka bisa saling kanibal elektabilitas. Bukan tidak mungkin kontituen mereka pindah ke RK. Engga mungkin PKS mau, apalagi PDIP. Kesimpulannya, endorsement PDIP tidak menjamin menang kalau Anies yang diusung. Kecuali kalau Anies diusung PKS, itu akan menang mudah. Sebaliknya kalau kader sendiri yang diusung PDIP, itu akan jadi lawan seimbang terhadap RK. TInggal adu kuat aja di logistic dan strategi
Memilih kader sendiri
Jakarta itu basis suara PDIP. PDIP juara dua dalam Pileg kemarin. Sudah seharusnya dia mengusung kadernya sendiri. Memilih Pramono Anung berpasangan dengan Rano Karno tidak salah. Maklum ini partai kader. Soal elektabilitas Pramono- Rano rendah. Engga ada masalah. Dulu juga waktu Pilgub DKI tahun 2012. Pasangan Foke elektabilitasnya 49,1%. Sementara Jokowi-Ahok hanya 14,4 %. PDIP pede aja. Terbukti akhirnya Jokowi-Ahok menang.
“ Tentu bukan hanya utamakan kader sendiri. Tetapi pasti ada alasan lain yang bersifat politis. “ Kata Doni kemarin waktu ketemu di Bandara. Walau secara politik berbeda, namun antara Prabowo dan Megawati itu hotline. Dan lagi hubungan mereka berdua tidak pernah retak. Keduanya punya alasan personal mengapa mereka tetap menjalin komunikasi dan saling menjaga.
“ Harus dipahami, bahwa ancaman PS tahun 2029 nanti disamping Gibran, juga Anies. Gagalnya RUU Plkada dan dipatuhinya Keputusan MK no 60 dan 70, serta gagalnya Anies maju Pilkada, tidak bisa lepas dari peran Mega dan PS. Dan tentu karenanya PS tetap lebih percaya PDIP ketua DPR, daripada KIM. UU MD3 tidak akan direvisi.” Kata Doni.
Pramono dan Rano, adalah politisi PDIP yang tidak kontroversial. Mereka tidak agitasi kepada siapapun. Beda dengan Ahok. Rano masih anggota DPR dan Pramono masih Menteri Pemerintahan Jokowi. Bahkan orang yang ada disebelah Jokowi dalam mengelola Kabinet. Maklum Pram sekretatis cabinet. Dia minta restu Jokowi dan Jokowi dukung. Secara personal hubungan Pram dan Jokowi bagus.
Mungkin Pram tidak begitu dikenal oleh Publik. Karena dia sosok yang ada dibelakang meja. Jarang berpolemic dan tidak ada skandal. Tapi popularitas Rano sebagai “ Doel anak Betawi” itu jangan dianggap enteng. Film itu jadi inspirasi rakyat se Indonesia betapa pentingnya Pendidikan. Yang harus dicatat juga. Demographi Jakarta, itu bukan Betawi, tetapi jawa. Dan Pram orang jawa. Dia juga terpelajar. Alumni ITB dan UGM. Itu trigger bagi PDIP untuk angkat elektabilitas Pram- Rano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.