Kamis, 04 Mei 2023

Geopolitik China dan AS.

 


Amerika Serikat.

AS dipisahkan dari daratan lain oleh, Samudra Atlantik di sebelah timur, 41 juta mil persegi dan 20% dari permukaan bumi, dan Samudra Pasifik di sebelah barat, 63 juta mil persegi dan 33% dari bumi. Tidak seperti negara-negara di belahan dunia lainnya, yang terikat satu sama lain oleh perbatasan tanpa akhir dan perang perbatasan, AS tidak memiliki musuh alami timur atau barat, dan hanya klan suku asli di perluasan baratnya. Boleh dikatakan, "sendirian" untuk mencari takdir “nyata”. Geographi ini jadi pijakan geopolitik AS dengan prinsip “ menghindari aliansi permanen dengan bagian mana pun dari dunia asing.


Geopolitik itu berkaitan dengan geostrategis. Untuk kepentingan domestik mengakses pasar dan sumber daya diseluruh dunia, AS perlu memperkuat pengaruh regional maupun international. Semakin besar mesin ekonominya semakin besar kertergantungan AS kepada negara asing. Keterlibatan AS pada perang dunia kedua dan perang dingin, aneksasi Irak, Afganistan dan lain lain, itu tidak lepas dari kepentingan geopolitiknya. AS juga membangun kerjasama regional bidang pertahanan seperti NATO untuk fakta pertahanan atlantik utara,  US-GCC, untuk pertahanan bersama negara Teluk, Indo-Pacific dan lain lain.


Untuk kepentingan jangka panjang geopolitik, AS berusaha mempengaruhi terbentuknya kelembagaan dunia yang mengatur politik dan ekonomi. AS membidani lahirnya PBB berserta kelembagaan international lainnya, seperti IMF, World Bank, WTO dan lain lain. AS berusaha terus meningkatkan anggaran militernya.  Bukan untuk perang tapi dengan kekuatan itu AS bisa menciptakan perdamaian dunia menurut standarnya. Tanpa disadari AS kini  menjadi magnit besar, bukan hanya karena IPTEK tetapi pasar ekspor yang besar. Dan sistem mata uang USD yang di create AS telah menjadi sumber stabilitas mata uang fiat. Itu realitasnya.


China.

Terletak di Asia Timur di sepanjang garis pantai Samudra Pasifik, China adalah negara terbesar ketiga di dunia, setelah Rusia dan Kanada. Dengan luas 9,6 juta kilometer persegi dan garis pantai sepanjang 18.000 km, terhitung sekitar 22% dari daratan Asia. Bentuknya di peta seperti ayam jago. China berbatasan darat/laut dengan empat belas negara  Korea, Vietnam, Laos, Burma, India, Bhutan, Nepal, Pakistan, Afganistan, Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Mongolia, dan Rusia. Tetangga sisi laut mencakup delapan negara - Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Filipina, Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam.


Lintasan sejarah China tidak pernah melakukan kolonialisasi walau China pernah jadi wilayah kolonialisasi Mongolia dan Manchuria.  Sementara Jepang, Russia, Inggris, Prancis, Italia, Austria-Hungaria pernah menyerang china tapi berhasil dihalau dengan korban sangat besar. Atas dasar pengalaman sejarah itu, Geopolitik China berteman dengan siapa saja. Tidak ikutan aliansi pertahanan dalam konflik regional. AS musuhan dengan Iran, China rangkulan dengan Iran. Iran musuhan dengan Arab, China temanan dengan Arab. Negara Arab memusuhi Israel, China berbisnis dengan Israel. AS musuhan dengan Rusia, China dempetan. Rusia curiga dengan AS, China berdagang dan berinvestasi di AS. Iran dan Arab musuhan akhirnya berteman berkat China.


Apa artinya. China konsisten dengan geopolitiknya. Memilih berteman daripada perang memaksakan kehendak. Kalau China terus meningkatkan anggaran pertahannnya, bukan untuk aneksasi negara lain atau hegemoni tetapi untuk kepentingan geopolitik yang mengutamakan stabilitas keamanan domestiik dan regional. Karenanya China tidak ada keinginan mengubah tatanan dunia. China berusaha mempertahankan lanskap politik global yang sudah ada. Melalui kuridor politik international dibawah PBB dan lain  lain  itulah China memainkan geopolitiknya. 


“ Kita harus berpegang teguh pada kemandirian, menempatkan pembangunan negara dan bangsa di atas dasar kekuatan kita sendiri, dan dengan tegas mengambil inisiatif dalam pembangunan. Untuk membangun negara sosialis modern yang hebat secara menyeluruh dan mencapai Tujuan era kedua, kita harus menempuh jalan inovasi mandiri. “ Kutipan dari Presiden Xi ini memiliki akar yang dalam. Sejak krisis keuangan global 2008, ketika keandalan Barat sebagai mitra dagang dipertanyakan, kemandirian telah menjadi prinsip pengorganisasian yang lebih menentukan bagi China.


Dengan pertumbuhan ekonomi China sekian dekade yang spektakuler , China sukses membangun fondasi ekonominya sebagai negara industri. Memang serangan ekspor produk China berdampak luas terhadap geostrategis AS di Timur Tengah, Eropa, Asia. Kontribusi ekspor mencapai 30% dari PDB dan 95% produksi manufakturnya di ekspor. Ketergantungan China terhadap pasar ekspor telah menimbulkan kekawatiran dunia bahwa sifat ekspansionis tidak bisa dihindari. Proyek one belt one road dan kemudian BRI disikapi curiga, bahwa China akan menjajah negara lain lewat ekonomi demi perluasan pasarnya. 


Padahal faktanya tidak begitu. Sejak tahun 2007 China sudah membuat kebijakan mengurangi ketergantungan dengan pasar ekspor. Tahun 2022, ekspor hanya  20 persen dari PDB. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor bersih tidak lagi significant kontribusi nya terhadap pertumbuhan PDB China. Kini pasar domestik terus dikembangkan. Nah saat China focus kepada pasar domestik, Dunia kembali menyalahkan China. Krisis global salah satunya adalah krisis rantai pasokan, yang sebagian besar berasal dari China. Banyak pabrik di Eropa, AS , Jepang, dan negara lainnya mengurangi kapasitas produksinya karena rantai pasokan China berkurang. 


Jadi program BRI itu bukan penjajahan lewat ekonomi, tetapi murni untuk kemakmuran regional. “ Punya teman miskin itu rugi. Karena mereka akan merongrong terus. Tetapi membuat mereka kaya secara mandiri juga tidak rugi. Karena hidup tidak bisa sendirian. Saling menolong adalah keniscayaan.” Begitu kira kira. Kalau negara yang dibantu itu korup. Terjadi debt trap. Itu masalah dalam negeri negara bersangkutan. China engga bisa berbuat banyak. Kecuali berharap ada perubahan politik yang lebih peduli kepada kemandirian.


Masalah AS dan China.

Sebenarnya baik AS maupun China bisa berperan besar untuk kemakmuran dunia. AS dengan kekuatan inovasi IPTEK dan keberadaan the fed sebagai penjaga stabilitas sistem mata uang fiat, itu sangat efektif menjadikan ekonomi dunia berkembang kearah lebih baik. Kekuatan ekonomi AS ditandai hadirnya TNC/MNC Amerika diberbagai negara seperti GE, Philip morris, Ford, Exxon, IBM, Wallmart,  Jhonson&Jhonson, Apple, Mircrosoft, dan lain lain berdampak luas terhadap produksi pada tingkat tidak terbayangkan. Dimanapun TNC/MNC itu berada. Penerimaan pajak dari TNC itu memberikan kotribusi untuk negara meningkatkan kemakmuran.


China dengan sistem politik komunis memang mampu berproduksi dengan efisien. Itu tidak mungkin bisa dilakukan negara dengan sistem kapitalis. Suka tidak suka , kemajuan dan pertumbuhan industri dunia berkat dukungan supply chain dari China. Dan hampir semua perusahaan berkelas dunia versi Fortune 500 beroperasi di China dan menikmati sistem produksi yang efisien,  yang pada giirannya diuntungkan adalah konsumen. Dampak buruk dari Kapitalisme yang bubble price dapat diminimalisir oleh sistem produksi China yang efisien. Nah seharusnya AS juga berpikir berproduksi secara efisien dan mandiri dari supply chain China. Sebagaimana China yang mulai mengurangi ketergantungan terhadap US Dollar. Begitulah, sebaiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...