Kamis, 25 Mei 2023

Wan Gang tokoh dibalik Industri EV China

 




Tahun 2009 saya bertemu dengan mitra saya Liu. Dia provokasi saya masuk ke dalam bisnis EV yang sedang digalakan China. Saat  mendengar presentasi di Kantornya yang sederhana di Guangzhou, saya sempat berpikir bagaimana China begitu hebat dan berani dengan visi ingin menjadi pemimpin dalam industri kendaraan listrik (EV). Maklum di industri kendaraan konvensional  (BBM) saja, China gagal bersaing dalam segala hal dengan Eropa, Jepang dan AS. Kok ini malah mau bersaing di tekhnologi serba baru dan yakin akan sukses.


Sebenarnya visi itu datang dari Presiden Hu Jintao. Hu menemukan seorang yang dianggapnya mampu melaksanana visi itu. Orang itu adalah Wan Gang. Pilihan kepada Wan Gang tidak begitu saja. Tidak pula berdasarkan pertimbangan politik atau bisikan ring 1. Tidak. Proses sampai Wan Gang mendapatkan kepercayaan dari pemimpin nasional adalah proses yang panjang membuktikan dirinya mampu dipercaya untuk menjalankan visi china jauh kedepan dibidang tekhnologi kendaraan listrik.


Wan Gang alumni dari  Northeast Forestry University di Harbin, China. Tahun 1979 dia mengambil S2 lewat jalur penelitian tentang mekanika eksperimental Universitas Tongji dan menerima gelar masternya pada tahun 1981. Sampai tahun 1985 Wan Gang bekerja sebagai dosen matematika dan mekanik di Universitas Tongji. Tahun 85 dia dapat beasiswa mengambil S3 ke Clausthal University of Technology, Jerman. Lagi lagi dia memilih jalur penelitian di Jerman dan lulus tahun 1990. Tahun 91 dia berkerja di German Audi Corporation. Lagi lagi dia memilih berkerja di Departement R&D.


Setelah 5 tahun di R&D Audi, Pada tahun 1996, ia dipromosikan menjadi manajer teknis di divisi produksi dan teknolog. Kepemimpinan dan kontribusinya dalam banyak inovasi teknologi memfasilitasi produksi Audi A4 , mobil generasi baru, sehingga Audi unggul dalam persaingan di pasar. Saat dia bekerja di Audi, tahun 94 dan 95 dia diundang ke China sebagai tamu dan profesor dalam proyek penelitian tentang sel bahan bakar dan sukses.


Pada tahun 2000, Wan membuat proposal strategis (“ Mengenai Pengembangan Energi Bersih Baru Otomotif sebagai Garis Awal Lompatan Maju Industri Otomotif China ”) kepada Dewan Negara China untuk mengembangkan jenis mobil baru yang digerakkan oleh bahan bakar bersih, dengan maksud untuk mengantar industri otomotif Cina ke tahap baru. Usulannya mendapat perhatian dan dukungan dari Kementerian Sains dan Teknologi dan Komisi Ekonomi dan Perdagangan Negara. Pada akhir tahun 2000, Menteri Sains dan Teknologi China meminta Wan Gang pulang ke China untuk memimpin kelompok riset Program 863, mobil listrik.


Pada tahun 2002, Wan diangkat sebagai Asisten rektor  Universitas Tongji.  Tahun 2003, menjabat wakil rektor Universitas Tongji dan tahun 2004 menjadi Rektor Universitas Tongji. Ia juga merupakan pendiri Pusat Teknik Otomotif Energi Baru di Tongji. Kemudian Wan Gang ikut berkompetisi menjadi anggota Konsultatif Politik Rakyat China. Ini pemilu langsung memilih profesional yang layak mendampingi anggota DPR China. Dan dia mendapatkan kepercayaan dari Rakyat untuk hadir  pada Konferensi rakyat ke 10. Tahun 2006 Wan Gang terpilih sebagai wakil asosiasi Sains dan Teknologi Shanghai. 


Pada 27 April 2007, Wan Gang terpilih sebagai Menteri Sains dan Teknologi Republik Rakyat Tiongkok. Dia menjadi menteri sampai tahun 2023. 15 tahun jabatannya sebagai menteri Sains dan tekhnologi China,  dia memang sukses menjadikan China leading dalam industri kendaraan listrik. 


Apa hikmah dari cerita diatas ? China sampai menguasai teknologi EV dan kini memimpin dunia dalam industri EV, tidak dilakukan dengan cara to good to be true. Hanya andalkan subsidi lantas bermimpi bisa membangun industri EV. Engga begitu. Tapi lewat proses panjang dan focus kepada penelitian atau R&D. Beproses dari tahun 2000 dan barulah tahun 2023 China bisa leading. 


***

Tahun 1992, pemimpin Cina Deng Xiaoping mengucapkan sesuatu yang belum sepenuhnya dimengerti oleh dunia ketika itu. Dia berucap, “Timur Tengah memiliki minyak. Cina memiliki logam tanah jarang.” Tapi tahukah anda. Deng bicara itu tidak asal bicara.  Itu sudah dia persiapkan sejak tahun 1980.  Xu Guangxian almamater dari Universitas Peking di Tiongkok dan Universitas Columbia AS bergabung sebagai  anggota Akademi Ilmu Pengetahuan China ( Chinese Academy of Sciences).


Lompatan china jauh ke depan bidang Industri maju adalah berkat ditemukannya Logam Tanah Jarang. Padahal awalnya riset itu dilakukan AS. Tapi akhirnya tahun 1980 AS batalkan program riset itu. Karena dampak lingkungan yang buruk. Nah China tetap lanjutkan riset itu. Cina rela untuk mencemari alamnya untuk mengekstraksi logam tanah jarang. Sebab bahan kimia yang digunakan untuk mengekstraknya dari bijih menciptakan limpasan beracun, dan selama bertahun-tahun Cina bersedia menanggung biaya itu daripada negara lain. Tahun 1985 China sudah sukses produksi logam tanah jarang.


Logam tanah jarang itu menjadi tulang punggung industri manufaktur sebagai bahan baku penting untuk memproduksi barang-barang berteknologi tinggi. Sebut saja seperti ponsel pintar atau smartphone dan mobil listrik. Lalu mineral ini juga penting dalam memproduksi alat pertahanan dan senjata, turbin angin untuk pembangkitan listrik, hingga mesin pesawat terbang. Kini hampir semua industri 500 fortune punya pabrik di China. Motif medekati bahan baku. Kini China leading secara global di bidang hight tech industri.


Sejak tahun 1950, dari 3.000 obat-obatan – tidak termasuk obat-obatan tradisional – yang diproduksi di China sejak tahun 1950-an, 99 persennya adalah salinan dari produk luar negeri. China tidak mungkin bersaing dengan negara barat dalam hal riset obat. China berfocus kepada API ( Active Pharmaceutical Ingredient ). Semua obat terdiri dari dua komponen inti: API adalah bahan utama. API diproduksi dari bahan baku dengan kekuatan dan konsentrasi kimia tertentu. Eksipien termasuk zat selain obat yang membantu mengantarkan obat ke sistem Anda. Tahun 1965 riset API dilaksanakan dengan tujuan jangka panjang. China hanya focus sementara ke obat tradisional.



Sejak tahun 2000-an -- bersamaan dengan migrasi pabrik API ke arah timur -- pemerintah telah menerapkan berbagai undang-undang dan peraturan yang mendorong produksi API.  Dalam hal harga API, China memiliki keunggulan yang signifikan. 20% lebih murah dari produk India. Tentu mendorong harga obat jadi murah dan memungkinkan obat generik bisa diproduksi massal.  Kini ada lebih dari 3.000 perusahaan API di seluruh dunia, di mana China menyumbang 48,0% dan India 19%. Jadi setengah dari kebutuhan API global di pasok oleh China. Nilai ekspor jauh lebih besar dari export migas dan mineral Indonesia.


***

Dengan anggaran riset Indonesia hanya 0,0007% dari PDB dan tidak ada satupun capres sejak tahun 2004 sampai 2019 bicara tentang pentingnya Riset. Tidak ada satupun Capres yang berani bilang “ koruptor di hukum mati.” Kalau anda percaya 2045 ini akan jadi negara maju itu kebangetan halu nya.


Kita tidak bisa dibandingkan dengan China. Tapi cara berpikir China bisa kita tiru. Artinya realistis saja. Tidak ada kemajuan dengan mimpi dan retorika. Itu harus direncanakan dengan serius dan dilaksanakan dengan konsisten.  Butuh waktu panjang berproses untuk bisa sampai pada syarat negara industri maju. Selama berproses itu harus mendapat dukungan political will pemerintah. Tapi kita ? apakah ada political will pemerintah untuk pra syarat negara maju? Utamakan riset dan perangi korupsi ? Tidak ada. 


Jadi berhentilah halu dan berharap negeri ini akan jadi jadi negara maju tahun 2045, kecuali ada capres yang berani berkata “ Matikan   koruptor dan miskinkan keluarga keruptor. Saya sediakan kuburun untuk saya sendiri. Kalau terbukti saya korupsi, jangan ragu matikan saay. Tingkatkan anggaran riset 2% dari PDB. Kalau ada yang berani bilang begitu. Saya akan ucapkan terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Ekonomi kita " agak laen"

  SMI mengatakan ekonomi kita agak laen. Karena banyak negara maju pertumbuhannya rendah, bahkan seperti Jepang dan Inggris masuk jurang res...