Selasa, 20 September 2022

Capres dari Jokowi?

 



Suka tidak suka, Jokowi berusaha lead dalam proses suksesi presiden mendatang. Tentu bermaksud agar presiden berikutnya punya visi sama dengan dia. Sehingga program yang belum tuntas dia kerjakan, bisa dilanjutkan sebagai skala prioritas oleh presiden penggantinya. Namun yang jadi masalah, Jokowi bukan ketua partai. Dia tak punya hak memutuskan siapa yang pantas capres.  Yang berhak adalah ketua umum Partai. Bukan rahasia umum, kalau secara silent terjadi gerakan politik antara PDIP dengan Jokowi. Kita tidak melihat secara vulgar riak itu. Tapi lewat peristiwa politik, kita jadi tahu.


Ada 4 Jokowi man, Eric Tohir, Sandiaga Uno, Ganjar, Muhaimin . Jokowi berharap agar salah satu dari orangnya sebagai Capres. Bisa dari partai PPP, PKB, atau PDIP.  Apa yang terjadi? Sandi dicalonkan sebagai Capres oleh PPP. Baru wacana sudah makan korban, ketua umum PPP dijatuhkan oleh Dewan pembina. Semua tahu, kalau kepemimpinan PPP itu dibawah kendali BG, yang juga orang dekat Megawati. Muhaimin mencalonkan diri berpasangan dengan PS. itu sudah keluar dari Jokowiman. Engga mungkin Jokowi kendalikan PS. Ibarat catur, itu sudah terkunci. Duduk manis tampa bisa digerakan lagi oleh Jokowi.


Ganjar yang terlanjur terperangkap dalam lingkaran relawan, terpaksa kehilangan lobi menarik hati Megawati untuk dicalonkan.  Maklum PDIP tidak suka kadernya dikendalikan oleh relawan Jokowi. Mengapa? Bagi PDIP, pilpres 2024 itu sangat menentukan suksesi di internal PDIP. Megawati sudah masuk usia uzur. Tentu dia tidak mau suksesi itu keluar dari trah Soekarno. Siapapun Presiden dari PDIP, dia akan menentukan proses suksesi di PDIP. Jadi walau Ganjar orang Jokowi, peluangnya sangat kecil akan dicalonkan PDIP.


Eric jelas kehilangan peluang untuk capres. Karena bebarapa cukong tambang yang terhubung dengan MIND ID milih tiarap akibat sikap PDIP terhadap direksi MIND ID ( Holding Tambang).  Engga ada cukong, ya sulit maju. Nah kalau Sandi, Eric, Ganjar tidak didukung partai, maka tidak mungkin jadi capres. Kecuali mereka bisa buktikan punya uang kontan diatas Rp. 10 triliun. Kalau ada uang, banyak partai seperti PKB, PPP, PAN, Golkar dan PSI mau bergabung dalam koalisi. Kalau engga ada uang, ya sorry aja. Partai tersebut lebh baik cari aman dengan focus meningkatkan perolehan suara pada Pileg.


Sementara sumber daya keuangan konglomerat kini lebih banyak tiarap. Mereka sedang bersiap siap sekoci menghadapi resesi global tahun depan. Dan lagi mereka termasuk yang tidak bersemangat dengan UU Cipta Kerja. Cukong yang masih punya uang, ada di kubu Golkar. Masalahnya Golkar tidak pernah anggap PDIP itu teman sejati. Yang teman itu ya SBY dan JK. Ini masalah serius bagi PDIP apabila Capres berasal dari PD. Karena Nasdem dan PKS akan bergabung mengusung Anies. Kalau ini terjadi, kemungkinan besar Golkar juga akan ikut bergabung. 


Saran saya kepada PDIP, sebaiknya lakukan konsolidasi dengan Jokowi. Gimanapun dia presiden. Punya cara kekuasaan untuk mempengaruhi jalannya Pipres. Jokowi engga minta banyak. Dia hanya ingin didengar aja sarannya. Calonkan Ganjar, itu aja


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...