Jumat, 27 November 2020

Memilih Pemimpin menjelang Pilkada

 




Desember nanti akan ada pilkada serentak. Dalam sistem demokrasi, memang setiap calon punya hak melakukan kampanye sebagai bagian dari seni menjual. Ingat! Anda adalah pemegang saham negeri ini. Para pemimpin itu adalah petugas yang anda bayar untuk mengurus sistem pemeritahan. Jadi jangan anggap Pilkada itu hanya karena uang receh yang memaksa anda salah milih. Sekali anda salah memilih maka lima tahun dampak buruknya yang akan anda rasakan. Karena itu saya hanya ingin memberikan catatan dan arahan bagaimana menentukan pilihan. Mengapa? agar anda tidak terjebak dengan retorika politik di saat kampanye. Anda harus focus dengan standar yang anda tentukan dalam memilih.

 

Kalau ada pasangan calon kepada daerah entah itu gubernur atau bupati atau walikota, jangan terlalu percaya dengan janjinya. Mengapa ? karena apa yang dia katakan itu tidak bisa menabrak ketentuan UU dan hukum yang berlaku di Indonesia. Contoh, dia akan memberikan rumah murah dengan DP 0%. Itu jangan dianggap itu sebagai hadiah. Negara tidak memberikan gratis. Ada UU BI tentang syarat dan ketentuan mendapatkan fasilitas kredit rumah. Artinya kalau anda tidak memenuhi syarat, tidak mungkin dapatkan rumah murah. Soal janji Gubernur, tidak bisa anda tuntut. Itu salah anda sendiri. Kenapa bego.


Negara kita sudah punya program perumahan, pendidikan, jaminan sosial, dan lingkungan yang sehat. Itu tertuang dalam APBN sesuai degan program jangka pendek dan menengah. Setiap daerah dapat dana transfer dari pusat untuk itu. Daerah engga bisa mengubah seenaknya agenda pusat. Mengapa. Kalau mereka ubah, sistem perbendaharaan kita akan menolak pengeluaran anggaran. Pasti gagal. Jadi gubernur atau bupati atau walikota hanya kerja melaksanakan agenda negara.


Artinya, apapun cerita dalam kampanye soal ageda tersebut, tidak perlu didengar. Jadi apa patokan anda dalam memilih Pemimpin di daerah anda? pertama, anda harus kenal karakter calon pemimpin itu. Thanks berkat IT, dan sosial media, engga sulit untuk mengetahui rekam jejak siapapun. Mungkin informasi tentang mereka engga banyak di media sosial. Tetapi kan mereka ada keluarga. Nah liat sosial media keluarganya. Kalau akun keluarganya terindikasi hedonism atau radikal, ya jangan pilih. Karena keluarga menceriminkan karakter dia. Pilihlah pemimpin yang rendah hati. Karena dari rendah hati itu dia tahu menjaga kehormatannya.


Kedua, anda harus lihat visi dia. Itu bisa diliihat dari tulisanya di media sosial, media massa atau blog. Kemudian perhatikan kehidupan sehari harinya. Kalau latar belakangnya pengusaha, apakah usahanya berhubungan dengan rente atau APBN. Kalau ya, jangan pilih. Kalau usahanya pedagang atau pabrikan, perhatikan cara dia memasarkan produknya. Kalau dia mengandalkan seni marketing, itu artinya visinya bagus.. Kalau dia profesional maka perhatikan rekam jejaknya. Apakah profesinya menjadikan inspirasi orang banyak atau engga. Kalau hanya ngomong doang, engga usah dipilih.


Ketiga, anda harus tahu kapabilitas dan kapasitas dia. Artinya kalau dia tidak pernah sukses sebagai profesional, aktifias sosial, pengusaha, artinya dia tidak punya kapasitas dan kapabilitas. Jangan pilih. Mengapa? Karena menjadi pemimpin itu, harus punya ketrampilan memimpin. Itu tidak bisa hanya mengandalkan dari pendidikan. Dia harus punya skill solving problem dalam memimpin. Dalam setiap masalah, dia focus kepada hal yang konstruktif dan mengarahkan bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. 


Keempat, secara umum anda harus memahami siapa yang pantas jadi pemimpin. Mengapa ? “Kepemimpinan” selalu berkaitan dengan kualitas-kualitas tinggi dalam moral dan karakter, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformational, dan puluhan ciri lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah lewat dedikasi di dalam komunitas yang melahirkan nature kepemimpinan itu. Maka, kepemimpinan juga dilekatkan dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan, sekalipun harus lama bertekun, bergerak melawan arus, dan tak jarang berkorban untuk para pengikutnya.


Nah dengan memahami empat hal tersebut, anda bisa menentukan pilihan dengan cerdas. Ingat! dalam sistem demokrasi pemimpin hebat lahir dari rakyat yang hebat. Itu karena dia cerdas! Sebaliknya pemimpin pemimpi tanpa kinerja bagus, itu karena rakyatnya buruk dan juga doyan mimpi miskin kinerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...