Kamis, 16 Mei 2019

Jejak sang Tokoh...





Dalam Buku “Sejarah Umat Islam” yang ditulis oleh Prof. Hamka disebutkan masuknya islam ke Nusantara pada tahun 674 sampai 675 Masehi. Itu merujuk kepada kunjungan duta Daulah Islam Muawiyah bin Abi Sofyan di Madinah ke China. Yang kemudian dilanjutkan perjalanan ke Jawa dalam misi dagang. Beliau mengunjugi kerajaan Kalingga. Dalam kitab Aja’ib al hind yang ditulis oleh Buzurg bin Shahriyar al Ramhurmuzi disebutkan sudah ada hubungan diplomatik antara zabaj atau Sribuza atau yang lebih dikenal dengan nama kerajaan Sriwijaya dengan Daulah Islam di Madinah. Pada saat kunjungan ke Sriwijaya, duta Arab menyaksikan sudah ada perkampungan Islam di pesisir Sumatera. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam pada Abad ke 7. 


Ketika Islam masuk ke Nusantara ini, sudah ada kerajaan Hindu. Antara Raja dengan rakyat seperti hubungan antara penguasa dengan hamba sahaya. Prinsip kemakmuran untuk kepentingan bersama tidak ada. Yang ada adalah hegemoni kerajaan terhadap penduduk di wilayah taklukannya. Sementara paham mistik terhadap kerajaan yang membawa symbol agama digunakan untuk memaksa penduduk patuh tanpa syarat kepada raja. Sementara kemewahan elite kerajaan semakin larut dalam demoralisasi.


Ketika awal Islam di perkenalkan oleh para ulama di Nusantara ini, mereka tidak mengubah kebudayaan yang telah ada. Mereka hanya mengubah persepsi orang tentang Tauhid. Bahwa, bukan Tuhan itu atau ini, tapi hanya Allah. Tidak ada definisi yang tepat tentang Tuhan. Karena Tuhan itu bukan makhluk. Bukan materi yang bisa ditentukan dengan bilangan. Namun memberikan pemahaman bahwa manusia itu bukan makhluk materialistis tapi religius. Manusia tidak men Tuhankan gunung atau pohon besar, atau kuburan atau patung, atau lebih dalam lagi bahwa manusia tidak men Tuhan kan manusia karena simbol kekuasaan atau orang suci. Tuhan adalah hal yang transendental dan sesuatu yang imanen. Dia ada didalam hati, dan hadir dalam keseharian dalam bentuk semangat cinta dan kasih sayang.


Cara memperkenalkan Islam seperti itu tidak dianggap oleh penduduk nusantara sebagai sesuatu yang baru. Mengapa? Karena pada prinsipnya mereka sudah mengetahui jauh sebelum Islam masuk. Bahwa kalau ada penyimpangan persepsi tentang Tauhid itu hanya karena rentang waktu yang jauh antar peradaban. Penyimpangan terjadi karena agama digunakan sebagai alat kekuasaan bagi raja. Namun GEN tentang Tauhid itu masih tersimpan didalam setiap manusia. Ketika ajakan untuk kembali kepada persepsi Tauhid yang benar, penduduk nusantara bisa menerima walau prosesnya memang tidak instant. Setelah orang bisa memahami Tauhid dengan benar maka selanjutnya diajarkan metodelogi mempertahankan persepsi Tauhid itu. Caranya? Ya, melalui rukun Islam agar rukun iman meresap kedalam sanubari sehingga aqidah tidak goyah lagi.


Apakah kebudayaan nusantara berubah? Tidak. Hanya orientasinya yang berubah. Bahwa apapun kegiatan didunia ini dikembalikan kepada hakikat untuk Tuhan. Kalau tadinya acara nujuh hari empat puluh hari dan seterusnya sebagai ritual menyembah leluhur, di ganti menjadi yasinan. Sementara kebiasaan gotong royong, selamatan anak lahir, adat perkawinan, berniaga, bertani, berkumpul lewat acara kesenian, bentuk pakaian, sistem kekuasan, tidak ada yang berubah. Itu sebabnya Kerajaan Majapahit yang ketika itu berkuasa, tidak menganggap penyebaran agama Islam itu sebagai ancaman politik. Karena memang islam yang diperkenalkan itu bukan islam sebagai alat politik meraih kekuasaan. Tetapi islam untuk cinta dan kasih sayang. 


Itu sebabnya banyak keluarga kerajaan yang memeluk agama Islam. Mengapa? Karena mereka meliat fakta bahwa apa yang diajarkan oleh ulama pendatang itu bukan agitasi terhadap sistem kekuasaan atau agitasi terhadap agama lain selain Islam. Mereka meliat bahwa Islam menyentuh hati setiap orang dengan pesan cinta: Dengan nama Allah maha pengasih lagi penyayang. Itu di ucapkan oleh semua orang Islam ketika hendak melakukan apa saja. Tentulah tidak mungkin orang mau melakukan kejahatan bila perbuatannya selalu diawali dengan Cinta. Karenanya bukan hal yang berlebihan bila akhirnya Islam memberikan sentuhan keindahan terhadap kebudayaan nusantara ini. 


Berlalunya waktu, semakin banyaknya pemeluk agama islam di Nusantara ini khususnya di Sumatera dan Jawa, pengaruh politisasi agama tidak bisa di hindari. Terutama banyak keluarga kerajaan yang memeluk agama islam. Satu demi satu wilayah taklukan Majapahit memisahkan diri dan membentuk kerajaan islam. Dengan demikian, berabad-abad lamanya sejak Islam diperkenalkan di Nusantara ini,  barulah abad 13 atau 500 tahun kemudian berdiri kerajaan Islam pertama  yaitu Samudera Pasai di Aceh ( Tetapi ada juga yang bilang Perlak). Setelah itu Kerajaan Islam telah tersebar di penjuru Nusantara. Terhitung di Sumatera ada 19 Kerajaan, di Jawa 7 Kerajaan, Maluku 9 kerajaan, Sulawesi 4 kerajaan, Kalimantan 14 Kerajaan, Papua 12 Kerajaan.


Kerajaan besar yang dicatat sejarah, diantaranya adalah Kerajaan Ternate (1257-sekarang), Kerajaan Pagaruyung (1500-1825), Kerajaan Malaka (1400-1511), Kerajaan Inderapura (1500-1792), Kerajaan Demak (1475-1548), Kerajaan Kalinyamat (1527-1599), Kerajaan Aceh (1496-1903), Kerajaan Banjar (1520-1860), Kerajaan Banten (1527-1813), Kerajaan Cirebon (1430-1666), Kerajaan Mataram Islam (1588-1681), Kerajaan Palembang (1659-1823), Kerajaan Siak (1723-1945), Kerajaan Pelalawan (1725-1946). Kerajaan besar ini terhubung dalam jalinan perserikatan dengan Kerajaan Islam, Dinasti Usmani di Istanbul. 


***

Free will itu semakin mendapatkan tempat ketika terjadi perubahan perekonomian dunia dari massa ke massa. Sebagaimana di uraikan oleh Max Weber, yang mengacu teori dari Werner Sombart yaitu Eigenwirtschaft, Handwerk, dan Kapitalisme. Zaman Eigenwirtschaft ditandai dengan manusia memproduksi sendiri barang-barang kebutuhan dan belum ada pertukaran barang. Dengan kata lain belum ada aktivitas yang bersifat ekonomi. Zaman kedua, yakni Handwerk ditandai dengan dimulainya aktivitas ekonomi berupa proses produksi dan pertukangan. Dan terakhir, zaman Kapitalisme, aktivitas ekonomi berkembang dengan penggunaan capital. 


Saat itu kekuasaan di Nusantara terdiri dari beberapa kerajaan Islam sebagai kelanjutan dari kerajaan Majapahit. Para raja itu sebagai penguasa tentu menikmati limpahan kemewahan dari adanya perubahan ekonomi yang datang dari luar seperti Arab, China, Spanyol, Inggris. Mengapa? Karena prinsip kapitalisme masih bersifat pure dagang, yang saling menguntungkan. Tetapi ketika Belanda masuk ke Indonesia maka kapitalisme berujud lain. 


Ini bukan lagi kapitalisme pure dagang tapi telah menggunakan kekuatan modal untuk menguasai sumber daya alam. Ini bisa dimaklumi karena ketika pada abad ke 16 (1586-1609) terjadi revolusi kaum kelas menengah di Belanda yang mengubah perekonomian local menjadi international. Belanda negara kecil. Penduduk nya tidak lebih banyak dari penduduk satu kerajaan kecil di Indonesia. Kalau mereka melakukan kolonialisme langsung seperti Inggris dan Spanyol di nusantara ini tentu membutuhkan investasi besar. 


Karenanya mereka menggunakan organisasi perdagangan modern yang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur), yang merupakan perkumpulan dari para pemodal. Keberadaan VOC mendapat hak monopolii dari pemerintah Belanda untuk mengelola wilayah koloni di Asia Timur. Jadi caranya tak ubah dengan sekarang dimana negara kuat menggunakan TNC untuk menguasai SDA Indonesia.  


Status kekuasaan yang ada tidak dijamah. Tetapi lambat laun terjadi proses penguasaan secara tidak langsung, dengan kehebatan Belanda menebarkan sifat rakus kepada elite kerajaan. Belanda menjadikan Sultan sebagai boneka melalui upeti dan proteksi, dan pada waktu bersamaan kerajaan mengeluarkan kebijakan yang memberikan izin investasi asing berupa konsesi lebih luas kepada VOC menguasai SDA di Indonesia. Ini berlangsung selama dua abad.


Tetapi yang namanya Perusahaan, semakin besar semakin lambat bergeraknya. Karena semakin besarnya sumber daya yang di kelola. Korupsi tidak bisa di hindarkan. Lambat laut VOC memasuki periode kemunduran pada tahun 1692 dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1798. Pemerintah Belanda mem bail out hutang VOC dan menyita asset yang ada di Nusantara.  Apakah usai? Tidak. Belanda sudah terlanjur jatuh cinta dengan kemelimpahan SDA Indonesia. Apalagi selama 2 abad VOC beroperasi di Indonesia telah mendatangkan harta tak terbilang kepada kerajaan Belanda. Apa yang dilakukan oleh Belanda berikutnya adalah focus kepada keahliannya sebagai supply chain industry dan manufaktur Inggeris. Untuk itu Belanda menanamkan uang yang melimpah itu bagi pembangunan industry di Inggeris. 


Namun sinergi ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1789 terjadi revolusi Prancis, dimana rakyat menuntut kehidupan demokrasi. Padahal Raja dilantik dan diberkati oleh Gereja. Rakyat tidak peduli dengan Gereja. Mengapa? Karena rakyat melihat fakta dimana kehidupan Raja dan elitenya serba glamour, sementara rakyat tetap miskin. Revolusi terjadi dengan terpenggalnya kepala Raja dan permaisuri. Eropa mengalami kekacauan.  Revolusi Prancis tidak disikapi dengan bijak oleh para penggerak revolusi. Bahwa biang persoalan bukan system kerajaan yang di berkati Gereja yang salah tapi karena moral elite yang rusak. Seharusnya moral ini di perbaiki oleh semua elite. 


Tetapi apa yang terjadi? Kalangan elite Belanda membentuk Republik Batavia. (1795-1806). Ya mereka ingin merebut kekuasaan wilayah koloni Hindia Timur Belanda dari Prancis.  Selama periode yang pendek ini, kalangan elite pribumi Hindia Timur Belanda juga bangkit karena terinspirasi dari revolusi Prancis dengan spirit liberté, égalité, fraternité (kebebasan, kesamarataan, persaudaraan). Perubahan terjadi tapi hanya melanjutkan kerakusan dalam bentuk lain, demi lahirnya kekuasaan kaum menengah.


Namun semangat perubahan membentuk Republik Batavia berakhir ketika Napoleon Bonaparte memasang sepupunya, Louis Bonaparte, sebagai Raja Belanda pada tahun 1806. Tahun 1815, Napoleon jatuh dan Belanda memperoleh kembali kemerdekaannya. Inggris, yang memegang kendali Hindia Timur di bawah Raffles tahun 1811, mengembalikannya ke Belanda pada tahun 1815. Namun selama era kekacauan itu, Belanda berhasil menaklukan Mataram yang merupakan kerajaan islam terbesar di Jawa dan memastikan Belanda berkuasa di Jawa.  


Secara berlahan lahan elite lokal masuk ke dalam sistem kekuasaan kolonial. Ini dikarenakan cinta dunia sudah sampai memabukan. Mereka tidak peduli lagi soal kekuasaan itu adalah amanah Tuhan. Kalau tadinya elite kerajaan diberi hak mengontrol sendiri wilayahnya namun kini mereka menjadi orang bayaran dari Belanda, dan bekerja sesuai dengan hukum dan aturan Belanda. Sampai kini KUHAP kita masih menggunakan peninggalan Belanda. 


Jadi praktis mereka hanya simbol kekuasaan lokal sebagai alat pemersatu rakyat. Dengan sistem ini maka penerapan pajak dan tanam paksa dapat efektif di laksanakan. Kalau tadinya proses produksi pertanian mengandalkan tanam paksa kepada rakyat, pada tahun 1870 sistem tanam Paksa ini dihentikan. Karena menimbulkan korupsi yang massive, bukan hanya di kalangan pejabat Belanda tapi juga elite lokal, yang mendapat keuntungan dari pedagang, perantara, kontraktor, yang umumnya etnis China. 


Selanjutnya Belanda menerapkan sistem kapital penuh untuk meningkatkan produksi pertanian. Saat itulah perkebunan besar terjadi meluas di Indonesia. Siapa yang melakukan investasi? Ya pemodal. Pemerintah kolonial hanya memberikan izin konsesi dan mendapatkan pajak dari kegiatan investasi tersebut. Sementara rakyat hanya jadi pekerja kebun yang berupah murah.  Sistem kapitalisme tersebut berkembang pesat. Bukan hanya di Indonesia tapi juga di daerah kolonial lain seperti di Malaya dan Burma oleh Inggris, Prancis di Vietnam, Laos, Kamboja, AS di Filipina. 


Kemajuan dalam transportasi dan komunikasi antara Asia Tenggara dan Eropa juga berkontribusi pada perkembangan ini, terutama di bukanya Kanal Suez pada tahun 1869 dan di bentangkannya kabel bawah laut untuk telekomunikasi telegraf antara Eropa dan Asia pada tahun 1860an dan 1870an. Antara tahun 1870an hingga 1920an merupakan periode boom kapitalis. Ekonomi koloni Asia Tenggara moderen mencapai pertumbuhan luar biasa di bawah sistem perdagangan dan finansial internasional yang berpusat di Inggris.


Namun perkembangan ekonomi yang hebat ini tentu membutuhkan SDM yang banyak khususnya kaum terpelajar. Tidak bisa terus bergantung dengan tenaga akhli dari luar. Nah saat itulah Pemerintah Kolonial Belanda mulai membangun sekolah dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Dan kaum pribumi mulai diseleksi untuk bisa sekolah agar kelak jadi pekerja kelas menengah untuk kereta api, dokter, kasir, guru, dan managerl. Inilah cikal bakal dari lahirnya kelas menengah kaum terpelajar di Indonesia. Kelak mereka inilah yang jadi motor pembaharu dan persatuan Indonesia untuk lahirnya kemerdekaan Indonesia.


***

Tersebutlah seorang pemuda Ahmad, yang lahir di Koto Tuo, kenagarian Balai Gurah, Kec. Ampek Angkek Candung, Kab. Agam, Prov. Sumatra Barat. Ia lahir pada hari Senin 6 Dzul Hijjah 1276 H bertepatan dengan 26 Mei 1860 M. Ibunya bernama Limbak Urai binti Tuanku Nan Rancak. Ayahnya bernama 'Abdul Lathif yang berasal dari Koto Gadang. Abdullah, kakek Syaikhul Ahmad Khatib Rahimahullah atau buyut menurut riwayat lain, adalah seorang ulama kenamaan. Oleh masyarakat Koto Gadang, Abdullah ditunjuk sebagai imam dan khathib. Sejak itulah gelar Khatib Nagari melekat dibelakang namanya dan berlanjut ke keturunannya di kemudian hari. 


Ketika masih di kampung kelahirannya, Ahmad kecil sempat mengenyam pendidikan formal, yaitu pendidikan dasar dan berlanjut ke Sekolah Raja atau Kweekschool yang tamat tahun 1871 M. Disamping belajar di pendidikan formal yang dikelola Belanda itu, Ahmad kecil juga mempelajari mabadi’ (dasar-dasar) ilmu agama dari Syaikh ‘Abdul Lathif, sang ayah. Dari sang ayah pula, Ahmad kecil menghafal Al Quran dan berhasil menghafalkan beberapa juz. Pada tahun 1287 H, Ahmad kecil diajak oleh sang ayah, Abdul Lathif, ke Tanah Suci mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah rangkaian ibadah haji selesai ditunaikan, Abdullah kembali ke Sumatra Barat sementara Ahmad tetap tinggal di mekkah untuk menyelesaikan hafalan Al Qurannya dan menuntut ilmu dari para ulama-ulama Mekkah terutama yang mengajar di Masjidil Haram.


Di samping berguru dengan ulama hebat di Makkah, beliau juga seorang otodidak. Bukan hanya ilmu agama seperti Fikih dan Syariah yang dia pahami tetapi juga ilmu dunia seperti mathematic, aljabar, perbandingan, tehnik, biologi, pembagian waris, ilmu miqat, dan zij.  Dia juga piawai menulis buku dalam disiplin ilmu-ilmu itu tanpa mempelajarinya dari guru. Itu karena dia menguasai bahasa Arab, Ingris dan gemar membaca dari berbagai sumber.


Di Mekkah beliau punya murid kesayangan. Diantaranya adalah Muhammad Darwis, yang kemudian dikenal dengan nama  Ahmad Dahlan bin Abu Bakar bin Sulaiman rahimahullah. Muhammad Hasyim bin Asy’ari. Karim Amrullah. Keunggulan Syaikh al-Khatib dalam memberikan pelajaran kepada muridnya selalu menghindari sikap taqlid. artinya memahami agama haruslah mempergunakan akal yang sesungguhnya adalah karunia Allah SWT. 


Jika kepercayaan hanya tumbuh semata- mata karena penerimaan atas wibawa guru, maka kepercayaan itu tidak ada harganya, dan itulah yang membuka pintu taqlid. Peperangan melawan penjajahan asing tidak semata menggunakan senjata, bedil, kelewang, tetapi pencerdasan masyarakat dengan memberikan senjata tradisi ilmu. Menjebol tradisi tahyul, bid’ah, kurafat, maksiat dan budaya yang melemahkan semangat bersaing untuk berkembang di zaman yang berubah..


Murid- muridnya sekembali dari Mekkah, menjadi agent perubahan di Nusantara. Mereka menjadi penggerak pembaharuan pemikiran islam di minangkabau, seperti syaikh Muhammad Djamil Jambek (1860-1947), Haji Abdul Karim Amrullah (1879- 1945) dan Haji Abdullah Ahmad. Di Jawa muridnya, KH. Ahmad Dahlan, pada 18 November 1912 mendirikan Jamiyyah Muhammadiyah. KH. Hasyim bin Asy’ari mendirikan Jamiyyah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926. Inilah cikal bakal perjuangan melawan kolonial berfocus kepada perang pemikiran, lewat pendidikan kepada masyarakat. Para muridnya tidak masuk ke wilayah kekuasaan Kesultanan. Tidak masuk ke politik melawan head to head penjajah. Tetapi masuk lewat pendidikan agama di akar rumput untuk perbaikan karakter umat.


***

KH Ahmad Dahlan kembali ke tanah air tahun 1888. Disamping mengajar kepada muridnya, dia juga seorang pengusaha pedagang batik, yang saat itu sangat elite. Saat itulah dia berkenalan dengan Sarekat Dagang Islam, yang kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam, dimana dia mendapat posisi terhormat dalam organisasi itu. Sebelum adanya gerakan Budi utomo, Sarekat Islam lebih dulu mencanangkan gerakan nasionalisme dan kemerdekaan Indonesia. Mengapa ? Budi Utomo berdiri pada 20 Mei 1908, sedangkan Sarekat Dagang Islam mulai beroperasi pada 16 Oktober 1905. 


Sarekat Dagang Islam lahir dari kaum pedagang yang intelek dengan pemikiran terbuka. Mereka bisa menjalin kerjasama dengan pedagang asal Cina, Eropa dan Arab tanpa inferior. Tanpa organisasi yang modern tidak mungkin mereka bisa diterima oleh organisasi lainnya. SI hidup dari kekuatan intenal mereka sendiri. Karena mereka memang pedagang. Namun Budiotomo lahir by design oleh pemerintah kolonial Belanda. Organisasi ini berdiri untuk mengimbangi Djamiat Choir yang berdiri pada 17 Juli 1905 atau 13 Jumadil Awal 1323 Hijriah.


Belanda belajar dari revolusi di Tiongkok oleh Dr. Sun Yat Sen tahun 1911, didahului pemberontakan Bokser untuk membebaskan China dari pengaruh Inggris dan Kekaisaran Shinto Jepang. Pemberontakan ini memang gagal. Tapi sepuluh tahun berikutnya, Revolusi China pecah dan berhasil. Salah satu kuncinya ialah peran muslim China yang diakui sendiri oleh Dr. Sun Yat Sen. Pemerintah Hindia Belanda khawatir, perkembangan Islam dibidang pendidikan dan perdagangan membawa dampak buruk. Maka, dengan kekhasan penjajah, dilancarkan politik pecah belah. Dibikin organisasi tandingan yaitu Budiutomo.


Bagaimana peran  KH Ahmad Dahlan? Beliau tentu tahu bahwa Belanda ada dibalik berdirinya Budiutomo, namun beliau tidak menjauh. Tetapi beliau justru mendekat. Sehingga beliau dapat dengan mudah duduk dalam organisasi Budiutomo. Beliau juga duduk sebagai pengurus di Djamiat Choir. Juga duduk sebagai pengurus Sarekat Islam. Dari kedekatan semua pihak tentu beliau menanamkan pemikiran pembaharuan islam nya. 


Tjokroaminoto yang juga sahabat seperjuangan Kh Ahmad Dahlan fucus di Sarekat Islam membina pemuda militan dalam melawan kolonialisme Belanda. Diantara pemuda itu adalah Soekarno, Kartusuwiryo, Samaoen, Alimin, Musso. Yang kelak mereka mencatat sejarah hitam dan putih di Indonesia. Beberapa tahun kemudian, tahun 1912 beliau mendirikan organisasi sosial kemasyarakatan bidang pendidikan, bernama Muhammadiyah. Yang kemudian berkembang yang, dimotori oleh para saudagar Islam di seluruh pelosok nusantara. 


***

Setelah KH Ahmad Dahlah wafat, sahabatnya Kh Hasyim Ashary mendirikan NU pada tahun 1926, melanjutkan misi pembaharuan islam. Sebelumnya kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.



Sementara itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.


Ketika Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban tersebut.


Sikapnya yang berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut. Didorong oleh minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebasan bermadzhab serta peduli terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.


Atas desakan kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan peninggalan sejarah serta peradaban sing sangat berharga.


Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang  bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar. Untuk menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.


***

Untuk merancang persiapan kemerdekaan Indonesia, dibentuklah Panitia 9 BPUPKI yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikusno Tjokrosujoso, Abdul Kahar Mudzakkir, Haji Agus Salim, Mr. Achmad Subardjo,  Wahid Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin. Dari 9 orang elite itu, tiga berasal dari tokoh pergerakan islam, yaitu Wahid Hasjim dari NU, Abdul Kahar Mudzakkir, dari Muhammadiyah, Haji Agus Salim, dari Sarekat Islam. Selanjutnya dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, tiga tokoh Muhammadiyah duduk dalam anggota yang diantranya adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, KH Abdul Kahar Mudzakkir. 


Sejarah mencatat sebelum Ir Soekarno menyampakan pidato tentang dasar negara tanggal 1 Juni 1945, sidang BPUPKI telah mendengarkan pidato anggota BPUPKI lainnya, salah satunya Ki Bagus Hadikusumo. Ki Bagus mengemukakan agar negara Indonesia berdasarkan agama Islam, di atas petunjuk-petunjuk Al Quran dan Hadits, agar menjadi negara yang tegak dan teguh serta kuat dan kokoh. Ia mengingatkan sudah enam abad Islam menjadi agama kebangsaan Indonesia dan tiga abad sebelum Belanda menjajah disini, hukum Islam sudah berlaku di Indonesia. Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945, sepuluh kali menyebut nama Ki Bagus Hadikusumo. Soekarno sangat segan kepada Ki Bagus walau dalam banyak hal prinsipil keduanya berlainan pendapat dan pandangan.


Menyangkut rumusan dasar negara, sidang BPUPKI membentuk Panitia Kecil untuk mencapai konsensus antara golongan Islam dan golongan kebangsaan dalam merumuskan rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar. Dalam rancangan dasar negara “Pancasila” yang diusulkan Bung Karno, prinsip Ketuhanan merupakan sila kelima. Ki Bagus Hadikusumo-lah yang dengan gigih berdebat dengan Soekarno sampai di luar sidang hingga Soekarno menangis di hadapan Ki Bagus. Prinsip Ketuhanan akhirnya menjadi prinsip pertama yang diterima secara aklamasi dalam sidang BPUPKI. Mr. Muhammad Yamin menyebutnya Piagam Jakarta. Mengutip dari Bung Hatta, Panitia Sembilan mengubah urutan fundamen Pancasila, meletakkan fundamen moral di atas, fundamen politik di bawahnya. Dengan meletakkan dasar moral di atas, negara dan pemerintahan memperoleh dasar yang kokoh.  


***

Paska proklamasi kemerdekaan Indonesia, Santri dari Muhammadiyah dan NU berada digaris depan dalam setiap pertempuran. Dalam pertempuran heroik mempertahankan kemerdekaan, santri Muhammadiyah dibawah Hizbul Wathan digaris depan dalam pertempuran paling brutal menghadapi Belanda, khususnya peristiwa Ambarawa. Dari perang Ambarawa itu melontarkan Santri Mummahdiah sebagai pucuk pimpinan TNI dalam usia 36 tahun. Ia adalah Soedirman yang merupakan alumni Hizbul Wathan, organisasi kepanduan Muhammadiyah


Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa (Surabaya). Dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim Ashary bersama para ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris tersebut. Meletus perang Surabaya, dengan korban para santri NU dari barisan Hizbulllah yang tidak sedikit. Sehingga tanggal 10 november diperingati sebagai hari pahlawan nasional.


Ketika meletus pemberontakan PKI di Madiun oleh Musso yang merupakan teman masa muda Soekarno dan pernah terlibat dalam Serikat Islam, Soekarno memerintahkan Soedirman untuk membungkam pemberontakan itu. Ketika Soedirman meninggal, anak anak didiknya semasa dalam pertempuran Ambarawa melaksanakan misi menghentikan pemberontakan DII/TII yang ingin mendirikan negara islam. Kartosuwiryo sebagai peimpian dihukum mati oleh Soekarno walau itu adalah sahabat masa mudanya. Ketika terjadi pemberontakan PRRI di Sumatera, anak didik Soedirman juga yang melaksanakan perintah Soekarno menghentikan pemberontakan. Dari setiap misi menjaga NKRI dan amanah UUD 45 dan Pancasila, NU berada dijalur politik mendukung Soekarno. Ketika Soekarno mulai condong dengan PKI, NU keluar dari front Nasional dan berada bersama sama dengan TNI menghabisi PKI walau harus menjatuhkan Soekarno.


***


Memang apapun system yang dibangun, tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Sejarah peradaban modern membuktikan itu. Lantas apakah system itu salah? Tidak! Karena semua yang terjadi itu adalah ilmu Allah. Para sufi berkata "kemanapun wajah dihadapkan Ayat ayat Allah terbentang untuk dipahami bagi mereka yang berpikir. Ilmu Allah itu teramat luas, yang dalam islam diyakini terbagi dua jalur, yaitu Jalur khusus (khasshah), dan jalur umum (‘ammah). Jalur khusus adalah ilmu yang diwahyukan dan diajarkan langsung oleh Allah melalui para Rasul dan Nabi, dan ini tertuang dalam bentuk Kitab Suci. Wahyu-wahyu itu merupakan ayat-ayat qauliyah. Jalur umum adalah ilmu yang tidak bersumber dari kitab Suci. Ilmu ini di berikan oleh Allah secara langsung kepada siapa saja. Pengetahuan ini disebut dengan ayat-ayat kauniyah. 


Setiap orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda tergantung dari effort yang dilakukan untuk menggali ilmu Allah yang satu ini. Katakanlah seperti perkembangan ilmu pengetahuan alam, ekonomi, sosial, politik dan budaya, itu semua berasal dari Allah. Semua baik. Kalau terjadi penyimpangan dari prinsip ilmu itu, semata mata karena mental manusia yang melaksanakannya tidak baik. Tak ubahnya dengan kitab Mulia. Semua baik tetapi tidak semua orang beragama menjadi orang baik. Itu bukan kitab mulia yang salah, bukan dalil yang salah tetapi mental manusia yang brengsek.


Makanya jadi pertanyaan bersar, di tengah situasi itu munucul agar syariah islam diterapkan sebagai solusi. Benarkah? terbukti di Aceh setelah menjadi daerah otonom bersayariah Islam, Aceh walau kaya SDA namun masih masuk kelompok provinsi termiskin dan korup di Indonesia, kalah dengan Bali yang tak kaya SDA migas. Bahkan negara islam seperti Afganistan, Pakistan, Yaman, Sudan, dan Libya, Suriah, Sudan Selatan, Somalia, Iran menempati rangking terkorup berdasarkan Corruption Perception Index. Mengapa?


Fenomena ini diamati dengan baik oleh Gordon W. Allport sang akhli psikologi. Ia punya jawaban bahwa Islam diperkenalkan rasul dalam keadaan utuh. Hanya masalahnya menjadi lain ketika ia tersebar-luaskan. Cara menerima agama inilah yang berbeda sehingga berbeda pula sikap dan perbuatannya. Menurut Allport, ada dua macam perbedaan dalam bersikap tentang agama, yaitu pertama, Ekstrinsik dan kedua, Intrinsik. Yang Ekstrinsik memandang agama sebagai something to use but not to live. Orang berpaling kepada Tuhan, tetapi tidak berpaling dari dirinya sendiri. 


Agama di politisir, digunakan untuk menunjang motif-motif lain: kebutuhan akan status, rasa aman atau harga diri, kekuasaan. Orang yang beragama dengan cara ini, melaksanakan bentuk-bentuk luar dari agama. Ia puasa, Sholat, naik haji dsb, tetapi tidak didalamnya. Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa beragama seperti ini adalah beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum. 


Allport juga bilang, bahwa cara beragama seperti ini memang erat kaitannya dengan penyakit mental. Sehingga kesimpulannya, cara beragama seperti ini tidak akan melahirkan masyarakat yang penuh kasih sayang. Sebaliknya, kebencian, iri hati, dan fitnah masih tetap akan berlangsung.  Sedangkan makna yang intrinsik, yang dianggap menunjang kesehatan jiwa dan kedamaian masyarakat, agama dipandang sebagai 'comprehensive commitment' dan 'driving integrating motive', yang mengatur seluruh hidup seseorang. Agama diterima sebagai faktor pemadu (unifying factor). Hanya dengan cara itu kita mampu menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan lentur terhadap perubahan zaman.


Jadi islam kaffah itu, seharusnya bukan hanya memahami ilmu jalur khusus saja atau umum saja tapi keduanya. Kemunduran peradaban Islam setelah kejayaan khilafah Islam karena umat islam, menurut Tan Malaka, mereka menolak ilmu umum ini. Mereka lebih asyik dengan ilmu jalur khusus, sehingga hilang fakta, hilang alur dan patut, yang ada hanyalah remantika sorga dan teror neraka. Kita makhluk istimewa ciptaan Allah karena freewill kita, tapi anehnya kita sendiri membelenggu diri kita menjadi tidak istimewa sebagai ciptaan ALlah. 


Tentu menjadi kesalahan besar juga bagi kaum sekular yang lebih mengutamakan ilmu jalur umum itu tanpa peduli dengan firman Tuhan sebagai pemandu. Terbukti kehebatan ilmu umum itu justru menimbulkan bencana kemanusiaan. Idiologi hanya ada dalam seminar dan pelatihan kepemimpinan. Hanya ada dalam upacara kenegaraan. Hanya ada dalam Kampanye membujuk orang memilih. Hanya ada dalam UU dan aturan.  Tetapi esensi dari idiologi tidak nampak. Hukum tumpul diatas tapi tajam ke bawah. Konspirasi busuk diantara elite dan pengusaha terjadi melalui mind corruption.  


Oligarki politik bersenggama dengan oligarki bisnis menghasilkan inefisiensi nasional dan rente. Menjadikan kapitalisme sebagai kendaraan bahwa rakus itu menyenangkan bagi elite. Pada waktu bersamaan kemiskinan dan kebodohan di kekalkan agar rakyat semakin tergantung kepada patron, yang mendidik pengikutnya untuk membenci lawan politiknya dengan menjadikan kecemburuan sosial untuk meraih kekuasaan. Bila mereka berkuasa, platform rakus dan membenci itu akan senantiasa di pertahankan. Dengan cara seperti inilah membuat program pembangunan peradaban yang di cita citakan kandas, hanya sebatas teori.


Jadi masalah hidup kita bukan terletak pada Idiologi atau Agama. Bukanlah Komunis atau sosialis, atau kapitalis, atau demokrasi, atau khilafah, yang membuat kita berkembang lebih baik karena waktu. Tetapi mental kita. Itu antara kita dengan Tuhan, yang menjadikan apapun perbuatan kita karena Tuhan, untuk terlaksananya kemanusiaan yang adil dan beradab. Sehingga kita bisa duduk bersama dalam rumah besar Indonesia dengan damai. Yang mudah bermusyawarah untuk mencapai kata mufakat tanpa ada kesan saling menyalahkan. Dengan demikian maka keadilan sosial bukan hanya sekedar utopia tapi sesuatu yang harus digapai dengan kelelahan dan rendah hati. Agar kita selalu bersyukur kepada Tuhan atas kehidupan yang indah ini.


Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi adalah putra Minang yang menjadi cikal bakal pembaharuan islam di Indonesia. Para muridnya Kh.Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim  bin Asy’ari meneruskan paham pembaharu itu di Indonesia melalui gerakan pendidikan dan sosial untuk melawan kolonialisme. Kedua tokoh ini melahirkan inspirasi bagi kaum terpelajar bagaimana agama diterapkan dalam menegakan kebenaran. Agama bukan lagi mengungkung kebebasan tapi agama  membebaskan akal untuk meninggikan kalimah Allah lewat pengetahuan. 


Dari elite terpelajar yang islami inilah Pancasila lahir. Mereka bisa duduk bersama dengan mereka yang berbeda suku, agama. Mereka orang orang hikmat dan bijaksana yang sehingga mengantarkan Indonesia merdeka dan kokoh sampai kini. Terbukti paham yang ingin menjadikan indonesia negara komunis hancur. Yang ingin menjadikan indonesia negara islam, bahkan yang ingin menggabungkan Nasionalis, agama, komunis juga hancur. Karena Allah tidak ridho. Pancasila adalah kekuatan indonesia yang bersumber dari itjihad Ulama, penerus Rasul. Semoga dipahami oleh kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...