Sabtu, 27 Juli 2024

Makespace berbagi untuk cinta..

 



Tahun 2010. Setelah mengikuti seminar di Beijing, saya dan teman teman pergi ke downtown. Di cafe banyak anak muda dengan komputernya. Saat itu mereka menggunakan sosial media QQ. Pada QQ ada fiture chat, video com, telp, blog dan lain lain “ Entah apa yang mereka kerjakan. Beda banget dengan generasi kita. Masa muda kita harus kerja keras wara wiri untuk dapatkan akses kerja atau bisnis.  Mana ada waktu nongkrong di Cafe pada jam kerja. Sementara mereka dari pagi sampai malam, disini aja. “ Kata Ma, dia memang pengusaha yang mengawali dari nol hingga jadi raksasa. 


“ Kamu itu ngomong apa? kata Richard. “ Kamu engga bisa suruh jarum jam balik mundur kebelakang, Waktu kan bergerak ke depan. Generasi kita memang belum ada ekosistem bisnis yang established. Jadi kita harus mau masuk di tengah semak dan blukar untuk dapatkan telur bebek. Kadang bukan telor yang didapat malah kena patuk ular atau kalajengking. Era sekarang engga lagi begitu. Ekosistem sudah established. Yang generasi sekarang perlukan itu adalah akses kepada teknologi, pasar dan uang. “ Sambungnya.


“ Nah tugas kita membantu mereka. Jadi lebih baik beri mereka ruang untuk mengakses itu daripada sibuk motivasi mereka agar mau seperti kita saat masih muda.Motivasi itu absurd dan buat anak mudah semakin skeptis dengan masa depannya. “ Kata  teng. Kami saling tatap dan Ma keliatan tidak setuju dengan sikap Richard dan Teng. Sebenarnya yang dimaksud Richard dan Teng itu adalah Makespace yang sudah berdiri di shanghai tapi tidak berkembang.


Setahun kemudian entah mengapa sudah terbentuk group chat dengan judul Makespace. Oh, ternyata itu di inisiatif oleh Teng. Dari group chat itu, idea dan usulan soal Makespace mendapat dukungan dari banyak pihak. Terutama dari pemain hedge fund legendaris,Klaus Schwab dan karenanya beberapa filantropi fund mulai melirik indea ini. Tahun 2018 berdiri Makerspace di Beijing. Tahun 2020 Huateng mendirikan Makespace di Shenzhen. Berada di pusat kota.


Jadi apa itu sebenarnya makerspace ? Sederhana saja idenya. Yaitu menyediakan tempat atau bangunan yang memberikan fasilitas anak muda bisa berkreasi tanpa batas. Karena di tempat itu diberikan fasilitas mengakses modal, teknologi dan pasar. Design makespace memang bukan hanya ada studio atau cafe yang meriah dan suasana gembira. Namun juga dilengkapi dengan ruang seminar, ruang meeting dan perkantoran untuk para stakeholder yang terkait dengan ekosistem industri, financial dan market. 


Anak muda yang datang ke gedung makespace adalah mereka yang ingin memulai usaha atau sedang berkolaborasi dengan pihak lain sebagai profesional. Di situ ada cafe. Mereka bisa minum dan makan sambil kerja mengembangkan idea kreatif nya. Sesama mereka bisa berinteraksi satu sama lain dan selanjutnya terjadi kolaborasi, sinergi di antara mereka. Setelah idea itu bulat, maka sama sama mereka datangi stake holder financial yang ada di dalam gedung makerspace itu juga. Mereka akan dapatkan mentor financial untuk mengakses modal dari sistem pasar uang atau perbankan. Mereka juga dapat dukungan dari stakeholder industri, market di tempat itu juga.


Saya punya rencana tahun depan akan bangun makaspace di pusat kota seperti Bandung, Semarang, Surabaya, Makasar dan Medan. Sejak tahun 2020 saya sudah provokasi teman teman di Hong Kong, Eropa dan AS untuk terlibat dalam proyek ini. Beberapa Filantropi fund sudah bersedia menyalurkan dana untuk program Makespace itu. Tentu mereka akan masuk setelah proyek itu jadi dan provent. Saya harus cari uang sendiri untuk memulainya. Moga dan doakan saja..


***


Saya sedang nongkrong di cafe di Central Part. Di belakang table saya terdengar pembicaraan.  “Maafin gua, uang kamu yang gua pinjam belum bisa bayar.” kata pria. “ Padahal gua tahu lue perlu untuk bayar uang kuliah. Maafin gua” Sambungnya.


“ Uang motor yang kemarin lue jual gimana hasilnya ? Terdengar suara Wanita


“ Habis juga. “


“ Jadi belum ada yang tertarik beli jasa lue ? 


“ Belum. Udah capek gua keliling ke pabrik pabrik, tutup pintu semua. “ Kata Pria itu. Saya melirik ke belakang. Saya tersenyum kepada mereka. “ maaf, nak. Boleh tahu jasa kamu apa ? tanya saya.


“ Ini pak “ dia serahkan contoh. Itu plat segel mesin. “ Saya menawarkan ke pabrik pembuatan pelat segel mesin. “


“ Kamu buat nya gimana ?


Dia perlihatkan video cara buatnya. “ Ini mesinnya. “ Katanya.


“ Oh jadi kamu printing menggunakan mesin laser. Ini mesinnya beli atau apa ?


“ Saya buat sendiri. Ini mesin gabungan dari mesin printing secara computerize dan mesin laser. “ Katanya seraya menjelaskan metode teknologi yang dia terapkan. 


Saya tersenyum. “ Mahal kan ongkosnya ?


“ Ya pak. “ 


“ Makanya susah jualnya. “ 


“ Ya pak.”


“ Kenapa harus pakai laser.? kan bisa pakai mesin injection moulding. Ya modul printing nya tetap dengan computerized. Tinggal ditingkatkan aja pressure nya biar tulisannya jadi timbul dan terang. “ kata saya. “ Ongkosnya pasti murah. Karena engga perlu ada tabung gas berkekuatan tinggi untuk laser.”

 

“ Oh begitu ya pak. “ Katanya. Dia search di Hape. “ Ya saya perlu mesin injection begini aja. “Dia perlihatkan photo mesinnya. “ Bisa saya connect ke system digital printing saya. Harganya USD 600. Tidak otomatis. Kalau 5 mesin, 1 jam bisa 300 unit produksinya”. Saya mengangguk. 


“ Tapi saya udah engga ada uang lagi mengubahnya. Dan lagi belum tentu pabrik besar mau beli jasa saya labeling produk mereka. “ 


“ Kamu tadi kuliah jurusan apa ?


“ Mesin.” Katanya menyebut nama PTN.


“ Gini aja. Kamu ubah design mesin itu. Market saya yang bantu rekomendasikan. “


“ Pacar saya engga uang lagi pak.” Kata wanita disampingnya.

Saya keluarkan uang dari tas selempang saya. “ Ini USD 1000. Pakai saja. Kalau sudah jadi dan di setting mesinnya. Kabarin saya.” kata saya seraya memberikan nomor telp. 


Mereka berdua saling tatap. “ Kok bapak percaya. Padahal baru saja kita kenalan.” 


“ Apa harus perlu 1 abad untuk percaya? kata saya tersenyum. Yang wanita sepertinya menangis.


1 bulan kemudian, saya dapat telp dari dia. Mesin sudah ready, katanya. Saya ketemu lagi dengan dia. Depan dia saya telp empat pabrik. Keempatnya mau ketemu dengan dia. Seminggu kemudian dia telp bahwa dia sudah dapat kontrak untuk 200.000 unit label. Harga bagus. Setahun kemudian mereka menikah. Mereka berdua akan jadi team yang hebat. 


Banyak sekali anak mudah kreatif. Namun mereka tidak punya akses teknologi, market dan finance. Dan lebih lagi banyak mentor malah jadikan mereka korban bisnis seminar motivator. Lama lama lama anak muda bisa pesimis dengan masa depanya dan akhirnya skeptis. Itulah yang mendorong saya ingin membuat makerspace agar banyak anak muda mampu berkreasi dan mandiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Chaebol Korea...

  Setelah aksi protes rakyat bersama mahasiwa selama berminggu minggu, yang dikenal dengan istilah “Revolulsi Cahaya Lilin”, Presiden Park G...