“ Bro, Pak Jokowi bilang harga beras semua negara juga naik..” kata Albert. Saat itu saya sedang bersama Lina di cafe. Saya perhatikan Lina bereaksi dengan pertanyaan itu. Saya biarkan dia meresponse. Menurut Lina, kalau ingi bandingkan harga beras, ya jangan bandingkan dengan negara maju yang makan nasi sedikit atau bukan makanan utama. Tetapi bandingkan dengan negara Asia yang makanan pokoknya beras.
Berdasarkan data dari Numbeo 14 februari 2024, LIna membuka hapenya masuk ke situs Numbeo. Harga eceran beras di pasar lokal pada kota besar di Vietnam USD 0,92/Kg atau Rp. 14.350. Srilanka USD 0,72/Kg atau Rp 11.250. India USD 0,71/kg atau Rp. 11.000. Bangladesh USD 0,63/kg atau Rp. 9800. Filipina USD 0,92 atau Rp. 14.350. China USD 0,97/Kg atau Rp. 15.000. Nah kalau harga beras premium di Indonesia diangka Rp. 16-17000/Kg. Silahkan nilai sendiri. Kamu bisa paham, kalau Jokowi, he know nothing.
“ Tetapi katanya kenaikan harga itu karena adanya El Nino” kata ALbert. Lina tersenyum. Kalau anda percaya Jokowi anda sama lugunya dengan dia. Jokowi itu orang awam soal International trading. Apalagi menterinya culas. Kenaikan harga bukan karena El Nino tetapi dipicu oleh India yang menerapkan bea masuk sebesar 20 persen terhadap ekspor beras pratanak dan menerapkan tarif dasar ekspor pada basmati sebesar $950/metrik ton (mt).
Larangan ekspor India menyebabkan harga pasar internasional melonjak ke level tertinggi dalam 15 tahun. Sejak bulan Agustus 2023 naik 15 persen dari bulan sebelumnya. Maklum India mewakili lebih dari 40 persen perdagangan global dan menduduki peringkat teratas negara-negara pengekspor beras, Kebijakan india melarang ekspor lewat penetapan tarif tinggi, itu karena manuver politik pemerintahan Narendra Modi. April nanti kan india Pemilu. Hambatan tarif ekspor itu bisa menurunkan harga beras dalam negeri. Modi perlu itu untuk merebut hati rakyat sebagai pemilih. Sama saja seperti Jokowi impor beras 2 juta ton pada tahun ini, untuk dijadikan bansos. Sehingga kenaikan harga karena stok dalam negeri berkurang akibat ElNino bisa diredam. Terutama bagi rakyat kecil bisa tertolong untuk sementara. Setelah pemilu, ya tidak bisa lagi menahan harga. Barulah harga naik. Rakyat protes udah engga penting. Pemilu usai.
“ Mengapa ?
Karena Produksi beras memang turun sekitar 6% akibat adanya El Nino tetapi tidak significant mengurangi surplus beras India. Maklum India itu belum sepenuhnya mampu mengalihkan pekerja pertanian ke sektor Industri. Intensifikasi tanaman padi telah mengaibatkan surplus beras. Kalau tidak diekspor maka imbal hasil petani akan turun. Sementara harga dalam negeri yang rendah tidak membuat petani makmur. Dilema memang. Hanya bedanya dilema India karena over supply yang kalau tidak diekspor butuh ongkos besar untuk penyimpanan. Sementara Indonesia dilema karena rendahnya produktifitas beras dan tentu rendahnya imbal hasil petani akibat kebijkaan mengamankan stok lewat impor.
“ Dan kan kita impor dari vietnam” kata Albet. Nah, kata Lina, itu bukti bahwa surplus beras bagi India, Thailand, juga Vietnam masalah serius. Makanya ketika India menaikan tarif ekspor beras, ya Vietnam manfaatkan pasar ekspor India. Beras yang kita impor dari Vietnam itu jenis beras patah A super, Harga sampai di gudang pembeli Rp. 8000/kg. Di China beras jenis itu untuk makanan babi dan di Vietnam juga. Bagi kita beras itu untuk rakyat miskin yang dapat manfaat dari adanya Bansos. Dan kini dijual Bulog dengan harga sekitar Rp. 10.800 untuk rakyat miskin.
“ Mengapa india, Vietnam, Thailand bisa surplus beras dan bisa ekspor? kenapa kita malah impor beras ? Tanya ALbert. Lina kembali tersenyum. Persoalannya, kata Lina, ada pada tata niaga beras. Tata niaga beras kita bersifat rente. Orang yang tidak beresiko dan berlelah bisa kaya raya dari impor beras dan distributor. Sementara petani yang kerja keras dan beresiko gagal panen, dapat untung yang tidak membuat mereka bisa kaya. Apalagi luas lahan mereka tidak luas untuk komersial. Jadi walau harga beras tinggi di pasar retail tetap saja tidak berdampak kepada petani. Itu hanya nguntungi pedagang. Makanya orang males bertani dan tentu dampaknya turun produksi. Tidak mungkin harga beras akan turun seperti 20 tahun lalu.
Dari tadi saya hanya dengar dan senyum aja. Ketika pemimpin bodoh dan culas maka penting sekali rakyat harus pastikan lebih cerdas dari pemimpin agar tidak jadi korban kebodohan dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.