Selasa, 21 Februari 2023

Kunci menjadi pribadi yang berkembang

 

Kamu bisa menjadi apa saja. Berkerja keraslah secara cerdas. Hormati orang kaya yang berilmu, cintai orang miskin. Kalau gagal, bersabar. Kalau sukses,  bersukur dan berbagilah” ***

Dulu waktu saya pertama kali jadi salesman. Mendapat training. Apa yang tidak pernah lupa dan abadi dalam diary saya?  inilah…


Ketika anda mejual produk, itu artinya anda mewakili mereka yang bekerja keras di pabrik menghasilkan produk yang berkuatitas dengan kapasitas optimal. Mewakili mereka yang menyiapkan bahan baku dan mengendalikan stok agar selalu tersedia untuk proses produksi. Mewakili mereka yang berpikir untuk merencanakan semua itu, sehingga proses pengadaan bahan baku, tenaga kerja, upah, keuangan,  bisa tersedia on time.  Mewakili mereka yang bertugas memastikan perencanaan itu berjalan dan menciptakan laba. Sehingga bisnis proses bisa terus berlangsung dan memberikan kita semua bisa makan.


Keliatan kata kata yang sederhana. Tapi bagi saya yang hanya tamatan SMA, itu seperti menjebol tembok besar dan memberikan pandangan terhampar luas. Ternyata ada dunia lain yang selama ini jadi misteri bagi saya. Saya baru sadar betapa tidak sederhana nya barang tercipta. Namun saya mengerti itu terjadi karena sebuah proses yang teratur terdiri tigal yaitu uang, mesin dan orang. Tiga hal itu saling melengkapi.


Makanya saya sangat antusias mengikuti setiap materi training terutama tetang product knowledge. Dari itu pandangan saya semakin luas. Oh ternyata ada tekhnologi melekat pada proses terciptanya produk. Oh ternyata ada perhitungan cost dan revenue, yang dikaitkan dengan mutu dan daya saing serta peluang. Aha…ini dia inti dari kekuatan menjual dan berbisnis. Sejak saat itu saya rajin membaca buku management, marketing, produksi dan ikut seminar , kursus singkat. 


***

Setahun berkarir sebagai salesman. Saya berpikir untuk berhenti kerja. Padahal pendapatan saya sebulan termasuk komisi bisa mencapai Rp. 1 juta. Saat itu tahun 1984 gaji PNS sarjana Rp. 85.000/ Bulan. Ah saya sudah jutawan. Saya tinggalkan pekerjaan itu. Terjun ke dunia usaha yang income belum pasti. Saya sadar kalau saya tidak ada keberanian ambil resiko, saya  tidak akan pernah berubah. Modal awal dari tabungan. Apa produk saya? amplas. Bahan lem saya beli dari tempat saya kerja sebelumnya. Kertas saya impor dari Taiwan. Mesin potong saya impor dari China. Modal tabungan ludes. Saya masih harus berhutang dengan teman. 


Cost produksi 80% adalah lem dan sisanya kertas, upah kerja, penyusutan mesin. Lem setelah dibuat amplas harganya jualnya ke pabrik furniture dan pengrajin rotan jadi 5 kali lipat. Harga itu lebih rendah 50% dibandingkan amplas Impor. Itu artinya untung saya 400% dari harga lem. Pendapatan saya sebulan diatas  Rp. 10 juta.  Setelah berkembang saya mulai belajar mengakses bank. Kredit bank pertama saya dapat tahun 1987 sebesar Rp. 400 juta dan terus meningkat sampai Rp. 1,5 M untuk bangun pabrik. Saya sudah bukan lagi jutawan tapi miliarder. Tapi saya berusaha hemat. Laba tidak digunakan menumpuk harta pribadi tapi menambah modal perusahaan. Sehingga utang bisa dibayar, dan kemampuan berutang semakin besar. Tentu peluang semakin besar untuk mandiri. Saya terus focus dengan gaya hidup survival. Saya termotivasi untuk terus belajar.


Saya empat kali mengalami kebangkrutan. Praktis selama 15 tahun berbisnis, saya tidak barhasil dalam arti sesungguhnya. Saya hanya dapat proses belajar. Apakah saya mulai lagi dari nol atas bisnis yang bangkrut itu? tidak. Saya tidak mau gagal kedua kali di bidang yang sama. Saya hijrah ke bidang lain, dan belajar dari nol lagi. Jatuh lagi, pindah bidang lain, mulai dari nol lagi. Begitulah. Ternyata kebangkrutan saya berkali kali tidak membuat saya mundur bahkan saya terus naik kelas dan visi semakin luas.  Ketika krisis moneter ya saya hijrah ke China. Saya engga mungkin bertahan di tempat yang sama. Di china saya  mulai dari nol lagi, termasuk network. Tentu saya sudah punya visi luas berkat pengalaman beragam bisnis yang pernah saya lakukan, dan tentu didukung kemampuan sebagai pedagang. 


Apa yang dapat saya simpulkan? sederhana saja. Jangan jatuh di lobang yang sama. Kalau gagal, pindah ke bidang lain. Jangan takut mulai dari nol. Jangan cepat euforia dengan laba. Focus tingkatkan modal dari laba itu. Sehingga utang itu hanya alat leverage saja. Jangan lelah menambah pengetahuan dari membaca, seminar , kursus. Kalau ingin berinvestasi jangka panjang, bukan pada tanah atau bangunan, tetapi network friendship. Kuncinya adalah berpikir terbuka dan rendah hati. Dan jangan lupa untuk terus mengupdate pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Memahami ekonomi makro secara idiot

  Berita media massa soal kinerja pemerintah dan terkait utang selalu bias. Bukan pemerintah bohong. Tetapi pejabat  yang menyampaikan infor...