Jumat, 08 Maret 2019

MRT dan VISI Jokowi

Apa itu MRT ?  Pengertian MRT (Mass Rapid Transit) yang secara harfiah adalah angkutan yang dapat mengangkut penumpang dalam jumlah besar secara cepat Secara Umum MRT juga merupakan kategori kereta yang dioperasikan secara otomatis yang mampu melaju hingga 100 km/jam. Sebagai sebuah system, MRT adalah transportasi massal dan transit cepat yang merupakan transportasi berbasis rel listrik yang efektif dan nyaman dan telah terbukti hasilnya dengan banyak diterapkannya moda transportasi ini oleh kota-kota besar yang terdapat di berbagai negara.  MRT merupakan layan angkutan kota terpadu ( integrated ) yang terdiri dari  BRT (Bus Rapid Transit), LRT (Light Rapid Transit), HRT (Heavy Rapid Transit). Jenis cakupan layanannya ada dua yaitu pertama Metro, yaitu heavy rail transit atau subway dalam kota. Kedua, Commuter Rail, jenis MRT untuk mengangkut penumpang dari daerah pinggir kota ke dalam kota Jakarta dan mengantarnya kembali ke daerah penyangga (sub-urban). Namun berbeda dari LRT atau HRT, dimana perjalanan lebih panjang dan jalur rel merupakan bagian dari sistem yang sudah ada. Seperti kereta Jabodetabek yang ada saat ini.

Kalau ada pernah keluar negari, tentu  bisa merasakan kenyamanan layanan angkutan kota yang telah menerapkan MRT. Hongkong menerapkan MRT sejak tahun 1975. Singapore tahun 1987. Seoul tahun 1974. London memiliki jaringan kereta bawah tanah tertua di dunia yaitu London Underground (London Tube) yang telah dibuka sejak tahun 1863. Ini nih kereta yang ikonik dengan lambang "Underground" warna merah-nya!. Paris telah memiliki jaringan kereta bawah tanah sejak tahun 1900. Jaringan tersebut bernama Paris Metro. Jaringan kereta ini memiliki panjang 219 km yang terdiri dari 303 stasiun dan 14 jalur. Dalam setahun, Paris Metro mengangkut lebih dari 1,5 miliar penumpang. Luar biasa!  Menariknya, tidak ada satup un daerah di Paris yang tidak terjangkau stasiun pada jarak 500 M. New York City memiliki jaringan kereta bawah tanah (subway) yang telah beroperasi sejak tahun 1904. Tokyo memakai kereta sebagai moda transportasi utama mereka. Terdapat 2 sistem kereta subway Tokyo, yaitu Tokyo Metro dan Toei Subway. Apabila kedua sistem digabungkan, panjang lintasannya mencapai 324,9 km.

Bagaimana dengan Indonesia, khususnya Jakarta?   Recana membangun MRT sudah ada sejak 24 tahun lalu. Namun tidak pernah bisa di eksekusi. Mengapa ? karena pendekatan studi kelayakannya masih berbasis financial. Hanya berhitung berapa biaya dan berapa revenue. Akhirnya karena terbentur dengan kebijakan publik soal tarif sehingga proyek itu tidak layak. Sementara kebutuhan akan jasa layanan transportasi semakin mendesak. Pertumbuhah kendaraan tidak sebanding dengan peningkatan perluasan jalan. Setiap hari jakarta mengalami macet dan macet. Ketika Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI, dia mengubah studi kelayakan yang sudah ada dengan memasukan unsur biaya sosial dalam kejian ekonomi proyek MRT itu. Sehingga proyek MRT dinilai sangat layak dibangun segera.  Tahun 2013 Jokowi membuat keputusan yang fenenomenal, yaitu memulai pembangun MRT.

Jalur MRT Jakarta rencananya akan membentang kurang lebih ±110.8 km, yang terdiri dari Koridor Selatan – Utara (Koridor Lebak Bulus - Kampung Bandan) sepanjang ±23.8 km dan Koridor Timur – Barat sepanjang ±87 km. Jalur Selatan - Utara merupakan jalur yang pertama dibangun. Jalur ini akan menghubungkan Lebak BulusJakarta Selatan dengan Kampung Bandan, Jakarta Utara. Pengerjaan jalur ini dibagi menjadi 2 tahap pembangunan. Tahap I yang dibangun terlebih dahulu menghubungkan Lebak BulusJakarta Selatan sampai dengan Bundaran HIJakarta Pusat sepanjang 15.7 km dengan 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah). Proses pembangunannya sudah dimulai sejak 10 Oktober 2013 dan rencananya akan dioperasikan secara penuh pada 1 Maret 2019. Juga terintegrasi dengan Lintas Rel Terpadu Jabodebek atau disingkat LRT Jabodebek yang merupakan sebuah sistem angkutan cepat dengan kereta api ringan, menghubungkan Jakarta lingkar dalam dengan kota-kota disekitarnya seperti Bekasi dan Bogor. MRT dan LRT juga terkoneksi dengan angkutan BUS dalam kota. 

Mengapa Jakarta terlambat membangun MRT ? karena Presiden dan Gubernur sebelumnya tidak punya visi bagaimana mengelola kota secara modern dengan tingkat hunian yang padat. Studi pembangunan lebih bertempu kepada aspek financial tanpa memasukan unsur kerugian ekonomi akibat kemacetan. Makanya tidak layak. Apa biaya sosial yang menjadi dasar kajian Ekonomi proyek MRT itu?   Kemacetan yang terjadi sepanjang hari di Jakarta memakan ongkos bahan bakar tidak sedikit. Setiap hari jumlah kendaraan lalu lalang di Jakarta mencapai 18 juta kendaraan. Apabila pemborosan BBM akibat macet per kendaraan sebesar 2 liter. Hitunglah berapa pemborosan sehari . Itu dari segi biaya BBM. Belum lagi biaya sosial akibat melemahnya etos kerja akibat waktu lebih banyak dihabiskan di jalanan. Beban psikis pengendara yang membuat orang stress. Secara financial kerugian kaibat macet itu  besar sekali. 

Data dari Masyarakat Transfortasi Indonesia kerugian akibat kemacetan jakarta sebesar Rp. 150 triliun setahun. Data dari Bappenas , kerugian akibat kemacetan sebesar sekitar Rp 67,5 triliun setahun. Dahsyat kan. Sementara biaya pembangun MRT secara terpadu mencapai Rp. 600 triliun. Itu sama saja kerugian 10 tahun dari tidak adanya MRT. Pemimpin harus bersikap rasional. Apakah membiarkan rakyat menanggung rugi akibat sistem angkutan yang tidak efisien ataukah negara hadir memberikan layanan agar efisien dan nyaman. Secara politik dan ekonomi jelas membangun MRT adalah keputusan tepat. Karena kerugian yang terus menerus ditanggung rakyat akibat macet akan mengakibatkan kota yang tidak efisien dan tidak produktif, yang pada gilirannya juga akan merugikana negara dengan rendahnya produktifitas nasional.

Karena MRT adalah angkutan massa publik maka tarif nya tidak bisa diterapkan secara komersia. Semua negara yang menerapkan MRT tidak mendapatkan keuntungan dari ticket. Lantas bagaimana memastikan MRT dapat beroperasi terus bila tidak untung dari Ticket. Kalau anda pernah belajar project financing untuk angkutan publik, anda akan tahu bahwa sumber pendapatan utama MRT bukan dari ticket tetapi dari TOD. Apa itu TOD ? Transit oriented development merupakan salah satu pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota (MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda. Dengan demikian perjalanan/trip akan didominasi dengan menggunakan angkutan umum yang terhubungkan langsung dengan tujuan perjalanan. Tempat perhentian angkutan umum mempunyai kepadatan yang relatif tinggi.

Pengembangan TOD sangat maju dan telah menjadi tren dikota-kota besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong, Singapura, yang memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat dan Eropah. Pengelola MRT mendapatkan keuntungan dari menjual konsesi TOD itu untuk fasilitas pakir, hunian, pusat perbelanjaan, termasuk pendapatan dari iklan yang sangat mahal. Pendapatan dari TOD ini saja sudah bisa menutupi biaya operasional termasuk bayar bunga pinjaman. Ini belum termasuk pendapatan dari fasiltas payment gateway secara digital yang memungkinkan pengelola MRT mendapatkan fee dari bank dan provider cash digital atas cash generate dari jutaan penumpang. Di Hong kong , penerimaan dari fee cash generate ini mengalakan pendapatan bank papan atas. Bagaimana dengan Pemda? Di negara manapun negara atau PEMDA berkewajiban memberikan dana PSO kepada pengelola MRT. Mengapa ? karena telah berperan mengurangi pemborosan akibat BBM dan beban sosial. 

Pada akirnya yang tadinya proyek MRT dipikir merugikan kas negara karena beban subsidi tetapi dengan financial engineering melalui project derivative value yang bertumpu kepada ekosistem dari jutaan penumpang, justru MRT itu menguntungkan dan menjadi sumber utama pendapatan asli daerah ( PAD). Namun bagaimanapun untuk mencapai tahap MRT secara terpadu harus didukung oleh kepemimpinan yang kuat untuk terjadinya proses social engineering, dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern.  Budaya menggunakan angkutan pribadi dapat berubah dengan mudah. Karena fasilitas angkutan umum yang nyaman, cepat dan murah. Demikian dibalik visi Jokowi meng eksekusi MRT di tahun 2013, dan kini the dream come true…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Ekonomi kita " agak laen"

  SMI mengatakan ekonomi kita agak laen. Karena banyak negara maju pertumbuhannya rendah, bahkan seperti Jepang dan Inggris masuk jurang res...