Kamis, 24 Januari 2019

Memilih Jokowi?



Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno berjanji akan memangkas utang pemerintah jika terpilih dalam pemilihan presiden (Pilpres). Cara yang akan ditempuh ialah, pertama, mengurangi penerbitan obligasi, penarikan utang bilateral multilateral. Secara bersamaan, akan meningkatkan tax ratio sampai 16%. Kedua, menyisir belanja-belanja yang tidak efisien. Salah satunya, belanja untuk infrastruktur. Alasannya berdasarkan laporan Bank Dunia banyak infrastruktur yang acak-acakan. Ketiga, meningkatkan anggaran untuk swasembada pangan, energi, air bersih, lembaga negara, sama angkatan perang.

Ketika saya membaca program kerja ekonomi BOSAN, saya sempat berpikir bahwa apakah team ahli ekonomi BOSAN itu mempunyai data makro ekonomi Indonesia sekarang? Apakah mereka membuat program kerja itu berdasarkan data dan informasi yang benar ? Karena kalau rujukannya laporan Bank Dunia tentang kinerja Infrastruktur yang acak acakan, itu penilaian Bank Dunia atas pembangunan infrastruktu di era SBY, yang laporannya terbit tahun 2018. Laporan Bank Dunia itu atas dasar permintaan dari Pemerintah Jokowi sebagai dasar membuat kebijakan di bidang infrastruktur, khususnya pendalaman pembiayaan di luar APBN. Lebih detailnya saya akan bahas program kerja BOSAN tersebut. Apakak rasional atau tidak.

Pengurangan Utang.
Ketika zaman Orde Baru, ABPN disusun secara berimbang dengan pola horisontal (T-Account). Era Orba, utang dianggap sebagai penerimaan. Walau prinsip ABPN bahwa utang untuk pembiayaan pembangunan namun faktanya digunakan untuk belanja rutin. Tidak ada demokratisasi pengelolaan APBN. Lebih terkosentrasi ditangan presiden. Makanya pertumbuhan ekonomi tidak berkualitas. Setelah rezim Orde Baru berakhir, pola penyusunan APBN berdasarkan rumusan secara vertikal (V-Account). Dengan format ini, penerimaan utang bukan dianggap penerimaan. Tetapi masuk pembiayaan fiskal. Jadi jelas kalau tidak ada defisit, tidak boleh berhutang. Kalaupun berutang tidak boleh untuk belanja rutin tetapi untuk belanja pembangunan. Itupun dibatasi maksimum 3% dari PDB boleh defisit.

Sejak era Reformasi, APBN kita selalu defisit. Sehingga tidak ada satupun presiden yang tidak berhutang. Puncaknya sejak tahun 2013 kita mengalami defisit primer. Artinya jumlah penerimaan dikurangi dengan pengeluaran ( tidak termasuk bayar cicilan utang ) hasilnya minus. Secara akuntasi kita sudah bangkrut. Mengapa harus utang ? penyusunan APBN itu mengacu kepada pertumbuhan ekonomi yang harus dicapai. Setidaknya diatas pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 1,5% per tahun. Akibat jumlah penduduk terus bertambah, angkatan kerja juga terus bertambah 1% setiap tahun. Menurut hitungan ekonomi, setiap 1% pertumbuhan ekonomi Idealnya mampu menyerap sedikitnya 400.000 angkatan kerja. Apa artinya ? utang itu keniscayaan kalau APBN defisit. Kalau engga, ekonomi akan stuck.

Kalau BOSAN akan mengurangi utang, maka yang pertama dia lakukan adalah menghilangkan dulu defisit APBN. Caranya pangkas biaya sosial seperti pendidikan yang besarnya mencapai 20% APBN. Pangkas anggaran subsidi BPJS. Pangkas subsidi produksi bagi nelayan dan petani. Kalau itu dikurangi maka kitak tidak akan defisit. Tidak perlu behutang. Bahkan bisa bayar utang. Saya jamin lima tahun BOSAN berkuasa utang kita akan lunas. Namun semua rakyat harus mandiri. Semua sekolah dari SD sampai SMU harus bayar. Premi BPJS naik 10 kali agar BPJS tidak rugi. Pupuk harus naik sesuai harga pasar. Pajak air harus diterapkan kepada petani yang memakai bendungan dan irigasi untuk biaya perawatan. Nelayan harus beli solar sesuai harga pasar. Harga BBM dan sembako tidak ada lagi seragam. Karena tidak ada lagi subsidi distribusi. Mungkinkah? Rasionalkah?

Anggaran infrasktur
Bagaimana dengan biaya infrastruktur ? Apakah anda pernah baca APBN?. Anggaran infrastruktur itu masuk pos pembiayaan anggaran atau belanja fiskal. Itu anggaran untuk daerah yang tingkat komersialnya rendah. Sementara yang nilai komersialnya tinggi, dibiayai di luar APBN. Pos anggaran ini memang didapat dari utang akibat APBN defisit. Kalau anda tidak mau berhutang ya tinggal coret saja pos anggaran infrastruktur itu. Selesai. Jadi kita tidak perlu bangun infrastruktur untuk daerah yang nilai komersialnya rendah. Bangun aja semua di Jawa dalam skema B2B.

Nah pertanyaan saya adalah bagaimana anda meningkatkan anggaran swasembada pangan, energi, air bersih, lembaga negara, sama angkatan perang, kalau uang tidak ada ?. Bagaimana anda menigkatkan tax ratio kalau ekonomi stuck. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja justru menjadi bencana sosial. Semakin saya perhatikan, BOSAN tidak punya program sesungguhnya. Hanya melukis diawang awang. Tidak realistis. Anehnya kepada akar rumput mereka menjanjikan semua murah.? Benar aneh. Kebohongan intelektual menciptakan kebodohan struktural.

Seni mengelola defisit.
Satu saat datang seorang CEO perusahaan kepada saya. Neracanya dalam keadaan merah. Jumlah penerimaan tidak cukup untuk membayar pengeluaran. Dia mengeluh karena harga jual produksinya terus menurun akibat pasar yang menyempit dan faktor kompetisi. Sementara dia tidak sanggup lagi menanggung hutang yang begitu besar. Tetapi dia tidak bisa berbuat banyak. Kepada pemegang saham dia terus menjajikan banyak hal agar nilai sahamnya terus naik. Kepada karyawan dia tetap menjanjikan kenaikan gaji agar karywan tetap semangat. Namun sampai kapan ini terus dipertahankan. Hanya masalah waktu tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Saat sekarang penerimaan tidak sanggup lagi bayar biaya operasional. Apalagi harus ditambah bayar utang. Benar benar stuck. Katanya.

Mr. B, apakah anda punya usul. Bagaimana caranya keluar dari masalah ? Saya tersenyum menatapnya. Usaha turun naik itu biasa saja. Tetapi yang tidak biasa adalah gagal berkembang hanya karena faktor perubahan yang sedang terjadi. Saya lihat banyak orang yang terjebak dengan masalah. Sementara masalah itu bisa diselesaikan dengan mudah asalkan ada kamauan untuk berubah. Gimana caranya? katanya. Saya katakan bahwa dari asset yang tertera di neraca itu ada tanah seluas 4 hektar. Itu tanah pabrik. Katanya. Saya katakan pindahkan pabrik ketempat lain yang tanahnya lebih murah. Tanah yang ada itu di komersialkan lewat pola kerjasama dengan investor. Asset itu tidak berkurang tapi bertambah nilainya karena dikomersialkan.

“Lantas darimana saya dapatkan uang untuk bangun pabrik baru ? katanya. Saya katakan, dengan adanya rencana investasi itu, anda punya peluang mendapatkan penghasilan tambahan. Itu masuk dalam portfolio bisnis anda. Secara future nilai perusahaan akan meningkat. Tentu tidak sulit bagi anda dapatkan tambahan utang untuk bangun pabrik baru. Ukurannya tidak sebesar yang ada. Disesuaikan dengan kapasitas pasar yang ada. Bisnis anda akan efisien. Untung akan lebih besar. Bagaimana dengan karyawan yang ada kalau terpaksa di kurangi karena produksi turun?. Alihkan ke bisnis kerjasama atas pemanfaatan tanah tadi. Nah utang memang bertambah tetapi value anda juga meningkat. Begitulah bisnis seharusnya. Kalau anda menolak perubahan maka anda akan digilas perubahan itu sendiri.

Nah tahukah anda saat sekarang APBN kita itu 20% habis untuk anggaran pendidikan. Ini tidak bisa dikurangi. Karena amanah UU. 20% lagi untuk biaya pegawai dan belanja rutin pegawai. Ini engga bisa dikurangi. Kalau dikurangi bisa chaos. Malah harus ditingkatkan. 20% lagi bayar utang dan bunga. Ini engga bisa ngemplang, Kalau ngemplang bisa chaos ekonomi. 20% lagi untuk biaya daerah otonomi. Seperti biaya perawatan infrastruktkur dan lain lain. 20% lagi untuk biaya sosial. Jadi praktis engga ada lagi tersisa untuk bangun infrastruktur yang bisa langsung dirasakan oleh rakyat. Makanya APBN defisit. Nah kalau pemimpin egga smart. Tebar janji jaminan harga semua murah , dan biaya sosial meningkat, darimana duitnya ? apalagi mau kurangi utang. Kan aneh.

Kalau APBN defisit. Bukannya utang di kurangi tetapi kemampuan berhutang ditingkatkan. Caranya? lakukan ekpansi fiskal yang berorientasi kepada produksi. Ini akan berdampak kepada peningkatan asset negara. Tidak selalu harus 100% pakai utang. Bisa saja peluang bisnis yang ada di kerjasamakan kepada investor dengan skema PPP. Walau investor yang membangun, kepemilikan asset tidak hilang. Negara dapatkan tambahan peluang penerimaan pajak. Secara hukum asset yang tadinya hanya berupa potensi ekonomi menjadi value ekonomi yang akan meningkatkan kemampuan mengk-akses financial resource untuk pembiayaan program investasi dibidang sosial maupun pendidikan. Dengan demikian mesin ekonomi akan bergerak dan orangpun mampu bayar pajak. Semoga dipahami.

Mengapa saya memilih Jokowi?
Saya bergaul dengan politisi, aktifis. Kalau bergaul dan bertemu dengan mereka di cafe berkelas. Saya selalu jadi bandar. Saya mengenal siapa mereka. Apa agenda mereka. Tahu kemana arah manufer langkah mereka. Apa yang dapat saya simpulkan? \ umumnya orientasinya hanya soal uang. Mau partai islam atau partas nasionalis. Sama saja. Aktifis juga sama. Mau aktifis keagamaan maupun kemanusiaan. Ujungnya hanya satu yaitu uang. Bagi saya selagi mereka tidak merampok APBN atau mengajak konspirasi menjarah APBN, masih saya anggap wajar. Namanya usaha. Namun tetap saya tidak bisa terima kelakuan semacam itu. Pernah tahun 2008 saya diatur ketemu dengan tokoh agama yang dekat dengan pengusaha. Dalam pertemuan itu dia cerita bisa atur dapatkan jatah impor atau ekspor MIGAS. Karena dia menjamin dapatkan kuota. Perut saya terasa mual.

Para politisi dan aktifis keagamaan ini umumnya pengangguran yang banyak acara. Tidak ada pabrik atau bisnis yang mereka bangun mendatangkan angkatan kerja luas. Tetapi kehidupan pribadi mereka hedonis. Rumah mewah. Kendaraan super luxe. Darimana mereka dapatkan itu ? ya dari cara mereka memberikan akses kepada kekuasaan. Pengusaha apa ? tentu pengusaha rente. Yang ingin dapatkan izin tambang. Izin konsesi proyek infrastruktur. Ingin dapatkan kuota impor atau ekspor. Izin pembebasan lahan. Sekali kita pernah gunakan akses mereka deal dengan pejabat maka selanjutnya mereka akan jadikan kita ATM. Mereka engga mau tau apakah deal itu menghasilkan uang atau tidak. Menjelang hari besar keagamaan atau kegiatan politik. Pasti datang SMS meminta donasi. Engga ada malunya.

Mengapa akses kekuasaan begitu mahalnya dan butuh mediator patron ? karena sistem birokrasi memang di design melahirkan instana gading. Tidak semua orang bisa mengakses nya. Kompetisi bisnis tidak bisa di hindari. Semua pengusaha rente berusaha menjadi the first one yang mengakses kekuasaan. Makanya jangan kaget bila artis tenar laku seharga puluhan juta. Mobil mewah laku keras. Karena pengusaha ingin memberikan hadiah terbaik kepada kepada patron yang punya akses kepada kekuasaan. Pernah teman saya cerita ikut dalam rombongan studi banding pejabat kementrian dan anggota DPR. Selama kunjungan keluar negeri itu dia mendampingi shopping istri anggota Dewan dan pejabat . Dia harus menguras kocek sampai USD 400.000 untuk beli perhiasan satu set untuk ibu ibu itu.

Itu sebabnya sejak reformasi saya hijrah bisnis ke luar negeri. Karena saya tahu walau reformasi, budaya birokrasi yang menjajah belum akan segera berubah. ya setidaknya saya harus hijrah. Namun setiap Pemilu saya tetap menentukan pilihan. Saya berharap ada perubahan. Setidaknya lewat pemilu saya telah ikut berjuang. Walau kecil kemungkinan akan menang. Saya tidak pernah kehilangan harapan. Saya hanya berharap lahirnya pemimpin yang tidak kemaruk harta. Dengan demikian reformassi birokrasi tidak lagi sebatas retorika tetapi lewat keteladanan rasa malu dari pemimpin itu sendiri. Dari dia saya bisa berharap perubahan mental terjadi. Agama akan menjadi jalan spiritual untuk orang mandiri. Budaya menjadikan orang tahu bermitra dengan mindset terbuka.

Kini di era Jokowi, saya tahu tidak ada lagi orang bisa menjual akses kepada kekuasaan. Semua bisnis rente tewas. Bahkan izin tambang dan perkebunan yang sudah ditangan karena izin masa lalu, banyak yang Jokowi batalkan. Ratusan jumlahnya. Impor dan ekspor tidak ada lagi kuota diberikan kepada swasta. Hanya kepada BUMN. Konsesi bisnis infrastruktur hanya diberikan kepada BUMN. Kecuali kalau swasta punya uang sendiri. Penguasaan lahan property dikenakan pajak progressive. Jadi orang tidak bisa lagi menumpuk asset. Kini kalau ketemu dengan teman yang dulu hidup senang bersama elite partai dan tokoh agama, lebih banyak bicara kebencian kepada Jokowi. Mereka selalu punya alasan menyalahkan Jokowi. Semua karena kekuasaan tidak lagi mendatangkan uang mudah bagi mereka.

Itu sebabnya saya pilih Jokowi. Karena saya butuh perubahan. Saya sadar itu tidak mudah. Musuh Jokowi banyak sekali. PR Jokowi banyak sekali. Butuh waktu untuk menuju proses ideal. Namun selagi Jokowi tidak KKN, saya tidak pernah kehilangan harapan. Bukan untuk saya tetapi untuk cucu saya. Untuk Aufar dan Nazwa, Nafinza. Saya pribadi tidak berharap apapun. Saya generasi yang tahan bantin. Cukuplah generasi saya saja. Saya inginkan cucu saya nanti bisa belajar seni dan belajar agama dengan euforia. Karena kehidupan lapang. mencari rezeki mudah. . Bagaimana dengan anda?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...