Selasa, 22 November 2016

Menjadi laki laki..


Setiap pagi pedagang bubur ayam melintasi depan rumah saya. Nampak wajah tua yang tak kenal lelah. Walau kadang saya tak sanggup melihatnya setengah terbungkuk dan tertatih tatih mendorong kereta dagangannya. Selalu istri saya sempatkan membeli dagangannya. Dari istri saya tahu bahwa pedagang itu berusia diatas 70 tahun. Ada yang membuat haru tentang Pak tua ini. Dia punya satu orang anak perempuan. Setelah istrinya meninggal dia menumpang tinggal dirumah anak perempuannya yang telah berumah tangga. Namun awalnya menantunya menolakdengan alasan keadaan ekonomi mereka memang tidak bagus. Anaknya berusaha meyakinkan kepada suaminya agar menerima ayahnya tinggal bersama. Akhirnya suaminya setuju dengan syarat ayahnya tidak boleh makan dirumah.

" Anak saya tidak bekerja. Diapun menumpang sama suaminya. Saya bersyukur masih diberi tempat tinggal" kata Pak tua itu dengan suara lirih.

" Dagangan ini bapak yang buat sendiri ?

" Bukan. Anak saya yang buat. Saya hanya dagangin aja. Dari hasil dagangan inilah saya makan hari hari. Kalau ada lebih saya berikan kepada anak saya"

Saya termenung lama. Inilah hidup. Pak tua itu tidak merasa kecil hati ketika mantunya menolak dia untuk menumpang tinggal karena kesendirian dan kemiskinan setelah istrinya wafat. Dia tetap bersyukur karena masih diberi tempat untuk bernaung dari hujan dan terik matahari walau karena itu dia harus tetap bekerja keras untuk makan. Dia tidak mengeluh atas semua itu. Dari sisa umurnya dia tetap bekerja keras dan berusaha memberi sebisanya tanpa harus menadahkan tangan.

Tahukan kamu Nak, pernah dikisahkan dalam sejarah Rasul. Saat mendekati kota Madinah, di salah satu sudut jalan, Rasulullah berjumpa dengan seorang tukang batu. Ketika itu Rasulullah melihat tangan buruh tukang batu tersebut melepuh, kulitnya merah kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari.

“Kenapa tanganmu kasar sekali?” Tanya Rasulullah.

" Ya Rasulullah, pekerjaan saya ini membelah batu setiap hari, dan belahan batu itu saya jual ke pasar, lalu hasilnya saya gunakan untuk memberi nafkah keluarga saya, karena itulah tangan saya kasar.”

Rasulullah adalah manusia paling mulia, tetapi orang yang paling mulia tersebut begitu melihat tangan si tukang batu yang kasar karena mencari nafkah yang halal, Rasul pun menggenggam tangan itu, dan menciumnya seraya bersabda,

“Hadzihi yadun la tamatsaha narun abada”, ‘inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka selama-lamanya’

Rasulullah tidak pernah mencium tangan para Pemimpin Quraisy, tangan para Pemimpin Khabilah, Raja atau siapapun. Sejarah mencatat hanya putrinya Fatimah Az Zahra dan tukang batu itulah yang pernah dicium oleh Rasulullah. Padahal tangan tukang batu yang di cium oleh Rasulullah justru tangan yang telapaknya melepuh dan kasar, kapalan, karena membelah batu dan karena kerja keras.

Anakku , Menikah itu sama saja melaksanakan setengah kewajiban agama. Mengapa? Dari rumah tangga itulah kamu di latih menjadi pemimpin mengemban amanah Allah. Kewajiban sebagai laki laki ada lima. Yang pertama adalah sebagai pemimpin rumah tangga. Bagaimana memastikan keluargamu aman dan nyaman di bawah kepemimpinanmu. Itu hanya mungkin bila kamu mampu memenuhi tanggung jawab lahir dan batin. Kedua adalah bagaimana kemampuanmu menjaga dan melindungi ibu, anak perempuanmu serta saudara perempuanmu sepanjang usiamu. Ketiga, menolong handai tolan yang kekurangan agar mereka tidak terkena kufur akibat kemiskinan. Ke empat, menolong tetangga dan orang miskin serta yatim agar kamu tidak di cap pendusta agama oleh Allah. Yang ke Lima, membela syiar agama. Laksanakan fungsimu sebagai laki laki sesuai urutan itu. Jangan sampai kamu berusaha menjadi matahari pembela syiar agama,  tapi menjadi lentera bagi keluaga dan handai tolanpun kamu tak sanggup. Jangan sampai kamu ingin memperbaiki dunia,  sementara memperbaiki keluarga saja tidak mampu.

Karenanya wahai anakku, jangan pernah berhenti bekerja keras. Jangan bersedih bila hasil dan peluh tak sebanding. Ingatlah setiap keringatmu untuk menafkahi keluargamu adalah fisabilillah. Setiap tarikan nafasmu akan dihitung Allah sebagai pahala dan kelak di akhirat itulah yang akan menolongmu. Menjadi pria itu nak adalah berkah dan juga cobaan bagimu. Kamu tahu Allah  berfirman bahwa “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45). Perbuatan paling keji dan munkar apabila kamu lalai dengan tanggung jawabmu kepada keluarga. Walau kamu tak henti berdoa dan sholat namun kamu tak punya semangat berkeja keras mencari nafkah sebagai caramu melaksanakan amanah Tuhan maka sholatmu tak membuahkan apapun. Seharusnya orang yang sholat adalah orang yang menang, dan itu pasti tidak malas dan tidak hidup mengandalkan doa tapi miskin effort. Jadilah pria sejati sebagaimana Tuhan mau, ya sayang..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...