Kamis, 10 November 2016

Iman dan kebencian...

Jerry Falwel

Donald Trump sukses sebagai Presiden bukanlah hal yang luar biasa. Karena dia belajar dari seorang Jerry Falwel. Oleh para ahli propaganda, cara cara Jerry Falwel di jadikan teori dan di praktekan untuk merebut hati massa. Apa sih kelebihan Jerry Falwel ? Baik lah saya ceritakan kepadamu tentang sosok dia. Ia adalah seorang pria bertubuh gemuk,  akrab dan ramah, jago kotbah bagaikan aktor panggung. ia seorang pendeta Protestan yang mampu menciptakan iman yang bisa melahirkan kebencian kepada siapapun yang tidak di sukai. Dia menjadi pendeta sejuta umat. Makanya tak aneh apabila para Politisi mendekatinya untuk mendapatkan cara mudah mendapatkan suara rakyat. Dari pengusaha,  kaum menengah, miskin , yang masih percaya too good to be true untuk kaya cepat melalui donasi di jalan Tuhan, semua mengindolakannya. Tentu karena itu ia mendapatkan kehormatan di panggung elite kekuasaan dan uang berjuta dollar masuk ke rekeningnya, Diapun kaya raya dengan sederet kendaraan mewah di rumahnya.

Ketika dia meninggal dalam usia 73 tahun tahun 2007 wallstreet dalam keadaan merah yang akhirnya tumbang di tahun 2008. Dunia kehilangan contoh terbaik tentang manusia yang menjadikan kebencian melahirkan ketenaran dan uang. Mengapa dia begitu  menjadi maknit orang banyak ? Karena dia mengatakan bahwa Amerika adalah tanah yang di janjikan, “Yerusalem Baru”. Tapi , katanya lagi, Amerika sedang terancam oleh aksi teror di mana mana. Karenya dia berkata di atas podium dengan lantang ” Amerika harus di selamatkan”. Ya ia piawai menciptakan musuh bersama. Aseng dan asing harus di usir, negro harus di enyahkan.

Bagi Falwell bahwa ”Amerika”,adalah negeri orang-orang kulit putih saja. Sementara pendatang lain yang kulit hitam, Islam adalah ancaman. Karenanya cukup alasan membenci orang hitam dan Islam. Bahkan siapapun yang membela orang hitam seperti  gerakan Martin Luther King dan Nelson Mandela harus di musuhi. Kemudian dia menambah daftar musuh yang harus di beci. Mereka itu adalah Katolik, Yahudi, Islam, dan bahkan diapun membenci kaum sekular. Setelah itu dia mulai merambah benci ke wilayah lain, yaitu kaum homoseksual, segala kegiatan porno aksi, pemabuk, pendukung aborsi, komunis kiri atau kanan, penentang politik zeonis di Timur Tengah. Entahlah. Yang pasti dia selalu punya alasan untuk membenci dan memusuhi siapapun.

Dengan keras dia bicara diatas podium di hadapan umatnya yang butuh pengalihan karena gagal bersaing hidup dengan mereka yang doyan kerja keras. “Kita harus memerangi humanisme, liberalisme, para kafir. Kita harus memerangi semua sistem setan yang membuat korupsi dan keruskan moral negeri ini.” Ia tak jarang mengutip wahyu 19 dalam injil : di sana Yesus digambarkan memegang sebilah ”pedang tajam” dan meluluhl antakkan bangsa-bangsa. Atau mengutip Perjanjian Lama, yang menyambut Tuhan sebagai ”Tuhan Perang”. Pada 1979, Falwell membentuk gerakan membela sabda Tuhan dengan klaim bahwa suara orang-orang yang taat beragama adalah suara moral dan bahwa mereka di dukung sebagian besar rakyat Amerika, kaum kulit putih.  Mereka selalu mengatakan bahwa gerakan mereka bukan gerakan politik tapi gerakan murni sebagai representasi  Moral Mayoritas, tapi anehnya mereka menjadi mendukung Partai Republik. Mereka ini yang menyebabkan Bush jadi presiden  dan membuat Amerika bangkrut dan kini Trump jadi Presiden. Entah apa lagi yang akan terjadi pada bangsa Amerika.

”Ide bahwa agama dan politik tidak bisa di campur itu berasal dari Setan”, kata Falwell dengan suara lantang dalam sebuah khotbah  ”Jika kita akan menyelamatkan Amerika dan membuat Injil diterima di dunia, kita harus membuang ke tong sampah filsafat sekuler yang bertumpu pada akal, yang secara diametral bertentangan dengan kebenaran Kristen,” katanya pula, sebagai alasan bagi mobilisasi politik yang sedang di siapkannya. Falwel tak ubahnya dengan kampanye Donald Trum, yang menciptakan rasa cemas dan paranoia terhadap segala hal yang baik dan benar bagi kaum terpelajar. Singkatnya bagi Falwel berpolitik adalah cara menghabisi siapa saja yang berbeda, dan untuk itu agama di dengungkan dengan injil di tangan kanan agar orang banyak berbaris tertip di belakangnya. Taklik buta di ciptakan. 

Di tengah pesimisme yang bego dan loyo itu, optimisme di dengungkan kencang kencang agar hidup tidak kehilangan value, agar Tuhan tidak sia sia. Maka setelah Antikristus akan datang, sebuah akhir yang indah akan terjadi: ia akan di kalahkan oleh Messiah dalam sebuah perang besar terakhir, di Armagedon. Di sini sebenarnya politik Falwell dan kaum fundamentalis hanyalah mengulang atau copy paste dari cara cara membangkitkan zeonisme menjadi sebuah gerakan: Playing victim dan kemudian membalikan persepsi orang banyak untuk mendukungnya seraya bercerita tentang kemenangan yang pasti di raih di masa kini dan masa depan, asalkan kebencian atas nama sabda Tuhan di imani. Apa tujuannya? Bukanlah memuliakan sabda Tuhan, tapi mematikan sabda Tuhan yang menyuarakan cinta dan kasih sayang, dan meraih kekuasaan diatas kebodohan orang banyak. Bukan politik demokrasi tentang kesataran, kebebasan, perdamaian yang di kehendaki tapi politik tiran atas nama Tuhan dan kebenaran yang di paksakan.  

Saya kira memang itulah yang terjadi dengan fundamentalisme. Mereka  membentuk opini bahwa hanya mereka yang berhak menentukan apa yang benar dan salah , dan menjadi lembaga yang membuat orang terisolasi nalarnya? . Itulah sebabnya  kaum fundamentalis, Kristen, Islam, Yahudi, atau Hindu menyimpan pesimisme perjuangan. Karena sebetulnya kaum fundametalis tidak di dukung oleh kaum yang openmind dan smart. Ia hanya ada pada akhirnya berputar di kalangan elite nya saja , yang tak bisa jauh dari kemewahan hidup dan selir yang ada di setiap pintu rumah. Itu sebabnya bila mereka menang dan berkuasa, maka seperti biasanya korupsi mewabah, dan mereka punya alasan bahwa manusia bukan malaikat. Maafkan kekuasaan atas nama Tuhan itu. Untuk itu, mereka selalu mengulang ngulang kisah masa lalu yang murni dan penuh kejayaan tanpa noda. Dengan sendirinya, masa depan adalah jurang terkutuk apabila tanpa mereka yang memimpin. Kita bisa melihat Israel sampai kini bagaimana kekuasaan terus di pertahankan dengan terus mengkampanyekan kebencian terhadap Islam, kristen , katolik. 

Jerry Falwell sukses meniru cara cara zeonisme dan sukses menghubungkan keimanan dengan kebencian untuk menjadi pendeta sejuta umat. Trump juga menggunakan retorika itu dan sukses jadi presiden Amerika. Tentu cara cara zeonisme sampai kini juga di pakai oleh sebagian kelompok yang ingin merebut kekuasaan di berbagai negara. Mereka tidak ingin gerakannya di sebut politik tapi melaksanakan sabda Tuhan untuk menghasilkan uang dari kaum oportunis politik. Karenanya kendaraan yang di pakai selalu agama.  Mengapa ? sepotong sabda Tuhan bisa menjadi magic word untuk orang jadi pembenci. Menghalalka bunuh. Karena untuk membenci memang tidak di perlukan intelektual tinggi, Manusia paling dungu saja punya sejuta alasan untuk membenci, dan juga lagi tidak perlu jadi orang terlalu pintar untuk menggiring orang banyak jadi pembenci. Sebetulnya mereka masuk jebakan zeonisme, pemikiran sesat bahwa semua yang berbeda adalah musuh.

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...