Selasa, 27 September 2016

Nilai persahabatan...



Sore itu Burhan datang ke rumah Yuni. Pembantu membuka pintu pagar " Ibu sedang tidur di kamar sejak siang tadi"
" Udah makan dia?
" Belum Pak. Sejak datang Ibu langsung masuk kamar. Engga keluar lagi" 
" Ya, sudah" 
" Bapak mau makan?
" Engga. " Kata Burhan langsung masuk ke dalam ruang tamu. Dia duduk di sofa sambil nonton TV. Hanya lima menit setelah itu, Yuni sudah keluar dari kamar. 
" Uda, sudah lama? " katanya sambil tersenyum. Duduk di sebelah Burhan.
" Baru saja datang." Kata Burhan seraya membelai rambut Yuni.
" Kemarin malam Yuni takut sekali Uda. Engga bisa membayangkan Yuni akan di penjara. Sebetulnya Yuni mau Telp Uda, tapi takut Uda akan marah. Dan lagi memang engga ada keberanian. " kata Yuni sambil menunduk, tak berani menatap Burhan.
" Dan kamu lebih berani Telp Yuli, putri kamu?
" Yuni takut Uda ..."
" Kamu hanya mementingkan diri kamu sendiri. Seharusnya kalau kamu benar sayang dengan anak kamu, tidak seharusnya dia tahu kelakuan buruk kamu. Aku berusaha menjelaskan setiap alasan sikap kamu ke Yuli agar kamu tetap idolanya. Tapi dengan peristiwa semalam, apalagi yang akan aku sampaikan tentang kamu seorang ibu yang harus jadi panutannya."
" Maaf Uda."
" Aku sahabat kamu, Yun. Apakah ada masalah kamu yang tidak aku selesaikan. Aku selalu ada untuk kamu di saat tersulit kamu dan berusaha memaklumi kamu. Kapan aku marah sehingga melukai perasaan kamu? Apakah aku pernah menyakiti kamu?" 
" Tidak pernah sekalipun Uda menyakiti Yuni. Baik phisik maupun perasaan . Tidak pernah. "
" Jadi kenapa kamu tidak hubungi aku ketika berurusan dengan polisi? Mengapa hubungi Yuli?
" Engga tahu Uda. Maafkan Yuni..."

Burhan terdiam. Terdengar isakan tangis Yuni. Burhan pergi ke toilet. Setelah kembali, Burhan kembali duduk di samping Yuni.
" Yun, tolong beritahu aku, apa yang harus aku lakukan agar masalah kamu selesai. "
" Yuni engga tahu , Uda. "
Burhan terdiam. Di rangkul nya Yuni dari samping. Yuni merebahkan kepalanya di pundak Burhan. " kenapa ya Yuni jadi begini ? 
" Kamu hanya lelah dengan semua masalah kamu, yang sebetulnya bukan masalah rumit tapi kamu yang bikin rumit. "
" Maksud Uda" Kata Yuni menatap Burhan. " jelaskan kepada Yuni, Uda"

Burhan terenyum menatap Yuni, dan kemudian menyentuh dagu Yuni. " Baik aku jelaskan kepada kamu. Ada teman di Hongkong, dia baru saja diputuskan oleh pacarnya. Tak nampak dia stress. Apa alasannya ? Mungkin dia berpikir saya bukan orang yang tepat untuk teman hidupnya. Itu hak dia dan saya harus hormati. Demikian katanya dengan tenang. Ada teman yang terpaksa menelan pil pahit karena kemitraannya dengan investor gagal. Dia tak nampak stress. Alasannya, mungkin investor itu tidak melihat hal yang positif atas rencana bisnisnya. 

Ada juga mendengar kabar anaknya gagal di terima di universitas. Dia tenang saja. Menurutnya, mungkin putranya tidak harus jadi sarjana. Ada juga teman yang bercerai setelah 15 tahun berumah tangga. Dia juga tenang saja. Alasannya, tidak ada yang inginkan perpisahan tapi kalau itu terjadi selalu karena alasan yang harus di pahami. Ada juga di PHK di saat dia sangat butuh biaya hidup. Namun dia tidak nampak kawatir seakan kiamat datang. Dia hanya berpikir bahwa perusahaan perlu PHK dan itu hak perusahaan.

Cerita diatas sering aku temui, Yun, di banyak pergaulan. Aku menilai mereka orang-orang hebat. Tak terdengar mereka mengeluh menyalahkan orang lain dan merasa dia paling benar. Tak terdengar mereka membenci karena itu. Mereka sudah sampai pada tahap bukan hanya menjalani hidup tapi mengenal hidup dengan rendah hati. Mengapa rendah hati? Karena mereka tidak mengutuki masalah namun menarik hikmah dari setiap masalah yang datang. Hidup mereka adalah mereka sendiri yang jalani dan itu tidak ada kaitannya dengan orang lain. Itu antara mereka dengan Tuhan.

Hidup tidak seperti menarik garis lurus dan memisahkan jalur. Hidup seperti melukis diatas kanvas. Tidak ada tarikan kuas yang salah. Selalu ketika kamu berpikir menarik jari ke kiri menggerakkan kuas, itulah yang terjadi dan itulah yang akan menjadi warna lukisan. Soal sketsa sehebat apapun kamu buat diawal lukisan, ketika mulai menggerakan kuas, yang terjadi ya terjadilah. Hanya ada dua pilihan hentikan melukis atau terus melanjutkan lukisan dengan improvisasi agar yang sudah terlanjur di tores oleh kuas tetap dapat indah dengan tarikan kuas berikutnya.

Kehidupan juga begitu. Kalau kesalahan terjadi sehingga menimbulkan kegagalan, perceraian , perpisahan, kerugian , jangan berhenti. Terus lanjutkan hidup. Langkah berikutnya akan ada moment untuk lukisan hidup kamu menjadi indah, walau tak seperti sketsa awal. Karenanya jangan dibuat ruwet hidup ini dan kerjakan saja dengan cara berpikir sederhana. Bahkan beragama pun jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan akan melemahkanmu. Tuhan itu maha bijaksana dan maha pengatur. Yang ruwet itu karena kamu percaya kepada Tuhan namun sikap hidup kamu meragukan kasih sayang Tuhan dan lupa bahwa Tuhan itu maha bijaksana dan pengatur. Pahamkan sayang "

" Paham Uda"

" Paham apa ? 

" Ya paham. Kalau Yuni harus menerima kenyataan tidak mungkin jadi istri Uda. Engga usah Uda lagi di jadikan target dan impian. Ya kan? Kata Yuni seakan paham arah pembicaraan Burhan kepadanya.

" Yun, aku mencintai mu tapi soal menikah itu tidak mudah.  Kalau aku menurut kan ego sebagai pria , tidak sulit dan tidak dilarang untuk punya istri lebih dari satu. Tapi nilai persahabatan kita yang telah terbangun dan aku sebagai pria beristri , menikahi kamu bukanlah pilihan yang bijak. Yakinlah persahabatan kita jauh lebih baik untuk kamu."

Yuni terdiam. Nampaknya dia berusaha mengerti tentang persahabatan sehingga begitu dibela oleh Burhan. Ketika dia tanya lebih jauh , Burhan menjawab "  Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang harus di penuhi. Dialah ladang hati, yang kamu taburi dengan kasih dan kamu tuai dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan penyejukmu. Kerana kamu menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa inginkan kedamaian. Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kamu tiada takut membisikkan kata “Tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kamu menyembunyikan kata “Ya”. Dan bilamana dia diam, hatimu mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam  persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan di gabungkan , dengan kegembiraan tiada terkirakan. Di kala berpisah dengan sahabat, kamu tidak berduka ; Kerana yang paling penting bagimu adalah dia, mungkin keberadaan kamu semakin utuh ketika tidak sedang bersamanya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Tidak ada maksud lain dari sebuah persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan. Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada di harapkan. Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Sahabat itu Yun, bukan hanya sekedar teman untuk membunuh waktu. Bukan teman seperti itu yang harus kamu dapatkan. Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria menyatukan  kegembiraan. Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan. Pahamkan sayang …”
Yuni bisa memahami kata kata Burhan itu. Namun dengan kesadaran dia katakan “  Yuni disini dan Uda disana. Kita akan selalu berjarak dalam diam. Walau gelora hati ku menembus laut dan benua , namun semua terbang terbawa sekawanan burung yang pergi entah kemana. Kini Yuni tak ingin lagi bertanya lebih jauh tentang Uda. Biarkan Yuni cukup membayangkan kegigihan Uda menutupi kelemahanku. Melindungiku dari kebodohanku. Menjagaku dalam kealfaan. Menggiring ku kearah cahaya dimana aku harus melangkah ditengah kegegelapan. Setelah itu Uda pergi. Mengapa ? Maaf, ini bukan hendak bertanya kepada Uda. Ini hanya sekedar menutupi luka hatiku yang gagal dan salah menilai siapa Uda. Sebegitu indahkah makna persahabatan yang terpatri dalam diri Uda.Seperti apakah kira kira makna itu. Katakanlah kepadaku. Katakan.... Uda diam ,menjauh dan berjarak, Setelah itu semua tinggal misteri bagiku, dalam hening.
Uda, setiap malam sepi ,dari balik jendela kamar kulihat bulan bulat putih. Tanpa bingkai mega. Di kitari oleh taburan bintang yang berkelip bagaikan kunang kunang. Semakin kupandang semakin jauh kenangan terbawa. Masihkah Uda seperti dulu sebelum aku menikahi pria yang akhir nya mengecewakanku. ? mungkin tidak. Atau setidaknya Uda mengingat dalam kesadaran seperti kesadaran burung yang harus terbang kebenua lain berlindung dibalik musim salju. Tak ada yang istimewa, Bila harus pergi maka pergilah. Setelah itu yang ada hanyalah kepasrahan untuk sebuah pilihan yang tak bisa memilih. Tegarkah Uda ? Ah terlalu bodoh aku bertanya seperti itu. Tapi bulan itu dimalam malam sepi membawaku kepada Uda. Mengenang tentang kesadaran bahwa “perjuangan menaklukan diri tak akan pernah usai sampai ajal menjemput” Ngeri aku mengingat itu. Uda petarung sendirian melewati jembatan yang rapuh oleh kerakusan bisnis global namun semangat Uda membuat dinding tebal terkoyak dan bergetar. Kadang kalah , kadang menang, kadang melayang tinggi, kadang tersungkur. Tapi aku yakin kamu akan baik baik saja.

Hari ini aku harus berkata satu kepada diriku bahwa Uda bukanlah milik siapa siapa, Uda adalah milik sang pencipta. Ketika Uda mewakafkan diri Uda kepadaNYA maka Dia yang akan menjaga Uda. Lebih dari apapun didunia ini. Aku tak ingin lagi berusaha menjangkau Uda. Setidaknya doaku akan lebih khusu untuk Uda yang sendiri ditengah orang ramai. Betapa tidak ? Inilah yang tak pernah bisa kulupakan tentang Uda. Kali pertama pertemuan kita. Tidak ada yang istimewa. Aku dengan aku dan Uda dengan diri Uda. Namun dalam perjalanan waktu , dalam kebersamaan kita, Uda tampil sebagai sahabat. Aku semakin merasa bodoh dihadapan Uda. Namun Uda tak pernah nampak superior dihadapanku. Rasa hormat untuk saling menjaga bagaikan hembusan angin dimusim semi. Raut wajah Uda begitu bersemangat memancarkan magnit untuk kumengerti bahwa Uda peduli dengan obsesiku, dengan impianku. Ya, kan.

Malam seperti seperti malam sebelumnya, tak beda dengan diriku yang melangkah terseok seok dijalan berliku dan berduri. Aku tak pernah henti berasa akan ada perubahan untuk nanti dan nanti. Namun aku semakin terjepit dalam asa yang tak sudah. Kini , aku lelah dan sangat lelah. Benar kata Uda bahwa mungkin segala hal aku bisa hadapi tapi soal waktu aku tak bisa berbuat apa apa. Ditengah kegalauanku itulah Uda datang menemuiku. Selalu begitu. Kita saling tersenyum melangkah kekorsi dipinggir dermaga tanpa saling bertatap. Kita asyik dengan lamunan kita. Rasanya kita ingin menumpakah semua rindu itu dalam imajinasi kita yang bersetatapan.

“ Besok aku harus kembali ke Holding di Hong kong. “ kata Burhan. Kemudian  membalikan tubuhnya menghadap kepada Yuni.

“ Secepat itukah ? Tanya Yuni

“ Ya. Besok jam 2 sore pesawatku.“

“ Uda tahu.. Berulang kali Yuni mencoba melupakan Uda. Tapi tak pernah aku bisa berkompromi dengan diriku sendiri. Uda terlalu berharga untuk dilupakan. Karena tak ada satupun alasan bagiku untuk melupakan Uda Sungguh. Kini here I am.! . “ Kata Yuni

“ Ya aku tahu itu.. “

“ Uda! Setiap bangun pagi yang pertama aku pikirkan adalah Uda. Aku tidak tahu mengapa selalu begitu. Wajah Uda selalu terbayang. Maafkan aku ,Uda. Aku terlalu naïf bila harus selalu berbohong atas perasaanku. “ Yuni berhenti bicara namun pancaran wajahnya menusuk jantung Burhan Mungkin Yuni berharap Burhan menimpalinya. Namun Burhan hanya diam.. Burhan mengalihkan pandangannya ketempat lain. Kemudian melangkah agak menjauh dari tempat Yuni duduk. 

“ Uda,  tahu ..! seru Yuni hingga membuat Burhan terkejut. “ Yuni tahu adalah bukan sifat Uda untuk pergi ketika kesulitan datang. Yuni dan Yuli banyak bergantung pada Uda. Sementara , Uda selalu senang membantu dan tidak pernah terganggu bila kadang kami mulai mengacuhkan Uda.. Ketika kami kawatir dengan hidup ini , Uda hadir dengan senyum hangat untuk meyakinkan bahwa semua akan baik baik saja. Uda terlalu baik ,…terlalu baik. “ Yuni nampak menahan tangis namun airmata nampak mengambang dipelupuk matanya.

“ Sekarang…inilah Yuni. “ kata Yuni. Sambil merentangkan tangannya. Burhan menyambutnya dengan memeluk Yuni.  “ Aku senang bila pada akirnya kita dapat saling mengerti, Yun.”

“ Terimakasih Uda…” Dengan air mata berlinang

“ Ya….Yun. Gimana kalau ikut aku ke Hong Kong. Mungkin bisa menenangkan pikiran kamu. Sayang apartement kamu di Hong Kong di anggurin aja. Kamu bisa lihat keindahan senja di Harbour View Horizon, Ya kan” kata Burhan seraya melepaskan pelukannya dengan senyum tulus.

Burhan melihat Yuni menangis dan berdiri dari tampat duduk, melangkah ke arah kamar. Burhan hanya terdiam tanpa harus mengikuti langkah Yuni ke dalam kamar, dan Burhan memilih pergi ke arah pintu untuk pulang.

***
Yun, satu hal yang dapat kuungkapkan kepadamu bahwa Allah memberiku begitu banyak maka ini adalah berkah dan sekaligus beban. Kecintaanku kepada sahabat dan siapa saja hanyalah untuk lebih pandai bersyukur. Semuanya kulakukan hanya karena cinta dan cinta. Bukan masalah siapa memanfaatkan siapa tapi lebih kepada kepedulian ketika kita mampu berbuat lebih kepada orang yang terdekat pada kita. Semoga perjalanan waktu dapat membuat kamu menyadari bahwa kecintaan persahabatan begitu agung ketika kita dapat bersikap dengan jelas tanpa pamrih. Tapi kata kata Burhan terbang terbawa angin sore. Yuni  di kamar dan Burhan berlalu, menjauh...Namun akan selalu ada untuk Yuni sebagai sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...