Sabtu, 24 September 2016

Baik baik selalu...


Seindah apakah senja yang mengendap perlahan-lahan di permukaan laut sehingga tampak air yang hijau itu berangsur-angsur berwarna warni akibat pantulan cahaya lampu reklame yang berjejer di atas gedung kawasan causeway bay Hongkong. Sesedih apakah perasaan kala melihat senja itu lewat jendela apartemen Harbour Horizon view , Kowloon? Sepanjang angin akan berembus, selalu ada cerita tentang wanita kesepian, senja yang menunggunya dalam waktu yang serba sebentar, lalu keheningan pun terjadi meski sesungguhnya seruling kapal ketika melintasi harbour itu bisa terdengar hingga ke batas langit, atau ke dasar laut.
”Aku melihat senja, lalu memikirkan Uda.” Ucap Yuni pada Burhan. Mereka keluar dari apartement, di sore yang cerah, di tepi dermaga. Keduanya duduk di korsi taman pinggir Harbour , menikmati embusan angin dan melihat kapal berlalu-lalang masuk dan keluar pelabuhan. Akankah Burhan masih paham tentang Yuni menunggu senja yang dimaksud. Mungkin saja Burhan tak pernah memperhatikan bagaimana bentuk senja semenjak ia memutuskan menikahi istrinya.
”Uda tahu kenapa aku memikirkan Uda setiap kali melihat senja?” tanya Yuni.
Burhan  tak menjawab, toh sebentar lagi pasti Yuni menjawab pertanyaannya sendiri.
”Karena senja seperti diri Uda, keras dengan mata elang tapi menyenangkan. Sangat menentramkan, walau bisa kapan saja bagaikan elang terbang menembus cakrawala dan muncul tiba tiba dari balik awan menyerang dengan akurasi tinggi. Dingin tanpa emosi. ”  Kata Yuni seakan mencoba mendiskprisikan seorang Burhan di hatinya.
”Yuni tetap suka berada di sini meski Uda diam saja.” Kata Yuni
Begitukah?
Burhan memang masih diam.
”Kalau tidak ada Uda, pasti senja membuatku merasa ditimbun lara. Dengan bersama Uda, entah mengapa selalu ada harapan. Angin senja selalu setia menyampaikan pesan rinduku”
Sepanjang angin berembus, Yuni terus berbicara. Tapi hari masih belum menuju malam pekat. Belum waktunya pulang, beberapa burung kecil duduk di besi dermaga kemudian terbang lagi. Malam belum datang, dan kebersamaan ini janganlah cepat berlalu.
”Benarkah ada imajinasi yang selalu datang ketika senja?” tanya Burhan. Mungkin ia gusar dengan cara Yuni selalu menikmati keheningan senja.
”Tentu saja.”
”imajinasi apa? Imajinasi cinta?
”Ah, bukan. Jangan terlalu klise, Sayang.”
”Lalu?”
”Hanya imajinasi saja.”
”Pasti ada visualnya. Bahkan anak TK saja punya visual imajinasinya. Sampaikanlah. Aku ingin dengar"
” Dari langit akan  ada burung besi di kendarai kesatria menjemput putri yang selalu menanti di jendela kamarnya"
”Ya. Terus ..."
”Ah sudahlah ..."
Kenangan lagi. Seperti diksi yang luar biasa picisan, namun kadang sepasang kekasih bisa mengorbankan apa saja untuk sesuatu yang picisan, bahkan pembicaraan selanjutnya seperti tak akan menyelamatkan mereka. Kecuali waktu yang terus susut, jam terpojok ke angka 7.  Senja turun,  ada kapal yang melintas di teluk itu.  
”Mungkin kita harus pindah tempat, kembali ke apartement” Ucap Burhan
”Tidak. Dari sini kita bisa melihat senja.”
”Tapi kini terasa dingin.”
”Tapi kalau kita pindah, nanti Yuni susah memikirkan Uda dalam bentuk yang seperti ini.”
Tentu saja.
***
Dermaga besar yang teramat sabar, bentangan laut memanjang sampai ke penjuru ingatan, ke palung kehilangan, ke laut kasmaran. Sesungguhnya, ada banyak cerita di Kowloon atau Tsim Sha Tsui, East. Bukan hanya sepasang kekasih yang duduk di besi dermaga untuk menunggu senja, tapi juga kisah-kisah lain manusia. Semua itu adalah cerita. Tapi pemandangan Dermaga, senja, dan sepasang kekasih mungkin akan menjadi cerita yang paling dramatis. Bisa saja sepasang kekasih itu pada akhirnya akan berpisah, tapi masing-masing dari mereka tak bisa menghilangkan kenangan ketika duduk berdua di dermaga. Seakan-akan mereka sedang mengabadikan cinta dalam hitungan detik terbenamnya matahari. Lalu pada suatu waktu si lelaki akan sengaja kembali ke tempat itu, duduk di sana, demi mengenang wanita itu atau bisa saja kisahnya di balik. Meski mungkin si wanita tak kembali, sebab ia merasa tersakiti jika harus melihat senja di dermaga itu lagi.
Tetapi, kapal akan tetap melintas, tepat ketika senja, ketika matahari bundar di ujung laut.Ya, sebentar lagi, sebuah kapal akan melintasi teluk itu. Sungguh suasana yang romantis, seorang kapten kapal  yang bertugas di kapal itu sedang membayangkan kapal yang di kemudikannya sebentar lagi melintasi teluk, lalu ia akan membunyikan peluit keras-keras, nguooongngng, hingga ia pun teringat dengan kekasihnya di masa lalu; seorang wanita penggemar senja.
”Bertahun tahun aku berimajinasi Uda menjadi kapten, dan membawa kapal yang melintasi teluk tepat ketika senja.”
”Kamu ingin aku jadi kapten kapal?”
”Ya. Menjemput ku yang setia menanti di kala senja” Mata sipit Yuni melirik kearah Burhan” Tidak mungkin ya Uda ?” Matanya layu jatuh ke tanah.
”Aku telah mencoba tapi tidak pernah berhasil Yun. Maafkan aku. Persahabatan kita terlalu indah untuk dibatasi oleh lembaga perkawinan.”
”Uda akan selalu dalam pikiranku, selalu.”
”Cinta sudah cukup sempurna bila kita punya ruang untuk berbagi dan peduli.”
" Apakah cukup cinta yang Uda maksud itu? Untuk ku? Sepanjang angin akan berembus, pertanyaan seperti itu seolah tak ada gunanya. ”Cinta yang uda maksud tidak membuat Uda merindukanku. Uda hanya peduli dan selalu ada untuk Yuni , untuk melindungi Yuni, menghapus air mata Yuni. itu aja. Sementara cinta yang kumaksud adalah merindukan. Selalu ?” Kata Yuni.
Burhan hanya diam. " Rindu hanyalah sebatas keinginan. Apa pun selebihnya adalah milik Tuhan!Apalah aku untuk bisa memiliki sehingga selalu merindukan. Bahkan terhadap diriku saja aku tak berdaya. Kalau sakit ya sakit aja walau begitu kerasnya menjaga disiplin agar tetap sehat. "Kata Burhan kemudian sambil menatap kearah dermaga.
“ Ini terakhir aku menanti senja. Satria itu telah datang kemarin.  Besok besok ia akan melamarku.” Akhirnya sampai juga sebuah sikap dari Yuni. Menentukan pilihan yang ketiga kalinya dalam hidupnya. Dia yakin tidak ada pilihan yang sempurna namun dengan memilih dia mengakui kelemahanya sebagai manusia yang tidak sempurna. Andi sudah menentukan sikap dengan menceraikan istrinya yang memang tidak pernah ada titik temu untuk berdamai. Rasa hormatnya akan pribadi Yuni telah membuatnya punya keberanian melamar Yuni jadi istri.
“ Siapa kapten itu ?
“ Bukan Uda yang pasti. “ Kata Yuni dengan mata sipitnya yang sendu.
“ Siapa ?
“ Andi Ng. Dia telah mengabarkan bahwa dia berani mengambil keputusan untuk memperistriku”
“ Akhirnya berlabuh juga kamu di dermaga harapan. “
“ Ya. Aku lelah menanti senja, menanti kapten kapal menjemputku, yang akhirnya hanyut dibawa angin malam. Dia bukan si kapten  yang aku imajinasikan namun dengannya aku bisa menghapus warna warni imajinasiku, tentang Uda.”
“ Aku tetap sahabatmu. Kapanpun kau merindukan ku, yakinlah aku selalu di hatimu. Setidaknya aku ada pada Yuli. Dia akan menjadi malaikatmu di usia senjamu.”
“ Terimakasih Uda. Terimakasih untuk segala galanya. Yuni tidak akan ambil uang dari saham yang Uda hibahkan ketika kita mendirikan Holding. Di hadapan Yuni , Uda terlalu berharga di bandingkan uang yang Uda berikan untuk 20% saham itu. Tabungan Yuni hasil dari deviden, bonus dan gaji selama berkerja dengan Uda, lebih dari cukup untuk seorang istri pilot. “
“ Baik baik selalu sayang. Jaga dirimu ya” Kata Burhan dengan senyum tertulus.
“ Ya, Uda. “ Kata Yuni dengan air mata berlinang.  “ Yuli bersikap jelas. Dia tidak mendukung keputusan Yuni untuk menikah. Dia memilih untuk tetap bersama Uda. Jaga Yuli ya Uda.”

" Aku sudah berusaha meyakinkan Yuli untuk mengerti kamu. Bahwa kamu butuh suami yang akan melengkapi hidup kamu, menuju sorga yang di janjikan Tuhan. Tapi, sabar ya Yun, semoga berjalannya waktu , Yuli bisa berdamai dengan kenyataan. Tentu. Tentu, akan aku jaga Yuli seperti aku menjaga nilai nilai persahabatan kita. “

" Sifat Uda lebih dominan pada diri Yuli. Entah kenapa pandangan hidupnya adalah pandangan Uda. Termasuk dia merasa nyaman ketika Henry dekat dengannya.

" Hubungan Henry dengan Yuli hanyalah hubungan orang dewasa. Henry pria lajang yang baik dan cerdas. Dia juga dari keluarga miskin yang yatim sedari kecil. Henry di besarkan oleh kakeknya."

" Mengapa Yuli sampai dekat dengan Henry, Uda?

" Yuli ambil jurusan Financial and banking dan Henry alumni Harvard yang jurusannya sama dengan yang di ambil Yuli di Universitas. Mungkin chemistry intelektual mereka sama makanya bisa nyambung. Beri Yuli kepercayaan untuk menentukan sendiri hidupnya. Kita akan awasi dia agar tidak terjerumus. Dan lagi Henry sangat menghormati Yuli, bahkan terkesan walau dekat masih menjaga jarak. Karena Henry tahu siapa Yuli, putriku. Tenang aja"

Terdengar getaran telepon genggam Yuni, dan melirik Burhan “ Andi Ng, sudah di loby. Jemput Yuni untuk makan malam. Besok Yuni ke London  bersama Andi. Karena Andi ingin bicara dengan Yuli.”
“ Ok. Silahkan Yun. Aku kembali ke apartement ku.” Kata Burhan sambil tersenyum.  Yuni menyalami Burhan sambil mencium punggung tangannya. “ You always my man, my dearest. You were always on my mind..” Kata Yuni lirih ketika Burhan melangkah menjauh menjemput malam. Senja berlalu dan dia biasa pergi meninggalkan senja, tanpa beban. Semua berawal karena Tuhan dan berakir karena Tuhan.
Hung Hom, Hong Kong
Winter 2015.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...