Kamis, 02 November 2023

Jokowi meninggalkan Marhaen?

 




Ada issue entah siapa yang meniupkan, katanya ada perseteruan di internal PDIP. Antar pengurus DPP. Seakan dengan adanya konflik internal itu, PDIP tidak solid. Saya akan jelaskan secara sederhana tentang profile PDIP yang seharusnya ada kenal dengan baik. Di Indonesia itu hanya ada dua partai idiologi, yaitu PKS dan PDIP. Bukan partai pragmatis seperti PD, Golkar, Gerindra. Apa sih bedanya partai idiologi dengan partai pragmatis. Partai idiologi itu punya patron. PKS patron nya adalah Hasan Al-banna. Ajarannya adalah Ikhawanul Muslimin. Walau sama ikhwanul muslimin dengan Said Qutb, tetapi beda orientasinya. Hassan Al banna adalah islam   moderat. Said Qutb orientasinya islam fundamentalisme. Kira kira begitu. 


Dalam hal PDIP , patron nya adalah Soekarno. Ajaranya adalah Marhaen. Walau secara kolektif Soekarno pahamnya nasionalisme ( PNI) dengan anggota M. Hatta dan Yamin dll. Namun secara personal, Soekarno punya ajaran sendiri yaitu  Marhaen. Apa sih dasar ajaran marhaen itu ? tahun 85 saya pernah ikut pelatihan kader Marhaen. Dari sana saya tahu, bahwa Marhaen itu kata lain dari rahmatan lilalamin. Ini gerakan politik membela kaum duafa (miskin dan fakir miskin). Jadi sebenarnya Marhaen sama dengan Muhammadiah. Hanya bedanya,  Muhammadiah gerakan sosial.  Bisa jadi pemikiran Marhaen itu terinspirasi oleh gerakan Kh Ahmad Dahlan, karena Soekarno pernah jadi guru Muhammadiah di Bengkulu. Dan istrinya Fatmawati juga adalah aktifis Aisyiah. 

Mengapa Soekarno menyebut nama Marhaen? sebenarnya Marhaen nama petani asal Jawa Barat yang miskin. Begitu halusnya jiwa nasionalisme Soekarno. Dia tidak mau terjebak politik identitas dengan menyebut gerakan rahmatan lilalamin. Itu terkesan gerakan Islam. Atau gerakan kaum proletar, seperti kaum  komunis. Soekarno menghindari narasi identitas. Dia lebih memilih universal saja. Maka marhaen dipilihnya sebagai idiom spirit perjuangan.


Nah ketika tahun 1965 paska G30S-PKI, sulit membedakan mana PKI dan mana Marhaen. Sebenarnya kalau bagi yang paham politik, tidak sulit membedakan antara Marhaen dan PKI. Perbedaan itu terletak pada manifesto politik. Era Orla, Marhen bergabung dalam PNI partainya Soekarno. Tapi karena keduanya punya ruang yang sama, yaitu membela kaum miskin, jadi keliatan sama saja. Makanya banyak kader Marhaen yang jadi korban pengganyangan PKI. Ini menimbulkan luka yang dalam dan berbekas tanpa bisa hilang dalam ingata. Jasmerah. Jangan sampai melupakan sejarah.


Di era Soeharto pun gerakan Marhaen dicurigai. Sayapun ikut kursus Marhaen tahun 85 harus sembunyi sembunyi dari aparat.  Tahun 1987 Megawati masuk partai politik, Pilihannya adalah PDI. Suaminya Taufik Kiemas mulai membangkitkan kaum marhaen dimanapun berada. Jadi sebenarnya massa pendukung PDI pro-Megawati itu adalah Marhaen, dimana Taufik Kiemas suami Megawati adalah tokoh Marhaen yang disegani.  Jadi bukan faktor Megawati anak Soekarno  saja yang mengikat PDI pro Megawati, tetapi jiwa dan spirit Marhaen itulah jadi magnit. 


Tahun 93, Megawati mencalonkan diri sebagai ketua Umum PDI, tapi dijegal oleh rezim Soeharto. Ini membangkitkan perlawanan kader Marhaen. Tidak sedikit kader Marhaen yang diculik rezim Soeharto dan tidak tahu dimana pusaranya. Puncaknya tahun 27 juli 1996 terjadi peristiwa kuda tuli. Markas PDI diserbu oleh massa yang tidak kenal, yang dicurigai adalah aparat tanpa seragam. Tidak sedikit yang mati. Sampai akhirnya Soeharto jatuh dan pemilu tahun 1999 PDIP menjadi pemenang pemilu.


Nah bayangkanlah, kader partai dengan idiologi seperti Marhaen itu anda anggap  PDIP mudah dilemahkan dan dikalahkan oleh kekuasaan.? No.! Anda terlalu berhalusinasi. Di era Soeharto yang tiran saja mereka berani melawan. Selama dua periode SBY berkuasa, PDIP oposisi. Apakah PDIP jatuh? tidak. Tetap dua digit suaranya. Bandingkan dengan SBY dan Golkar sejak tidak lagi berkuasa. Langsung suara partainya nyungsep. 


Survey Kompas (paling kredible ) bulan februari 2023, membuktikan bahwa pemilih PDIP paling setia dibandingkan partai lainnya. Itu sudah diuji oleh waktu. Jadi kalau ada lembaga survey LSI bulan september bilang 35 % pemilih PDIP migrasi ke Gerindra. Itu survey ketahuan halu nya. Karena hasil survey litbang Kompas, pada 27 Juli-7 Agustus 2023 menunjukkan, PDI-P memperoleh elektabilitas 24,4 persen, naik 1,1 persen dibandingkan hasil survei sebelumnya pada Mei 2023. Tetap juara 1.


Mengapa ? Para kader dan simpatisan Marhaen menjadikan PDIP sebagai rumah mereka. Tempat mereka berkumpul dengan semangat bersama memeprjuangkan kaum duafa. Berpolitik adalah kebajikan dan pengabdian tanpa getar dengan segala rintangan. Tidak sedikit kader marhaen yang jadi korban  membela rakyat dalam konplik agraria. Kalau mereka loyal kepada Megawati itu karena PDIP tetap digaris idiologi Marhaen. Kalau PDIP keluar dari Marhaen, pasti PDIP akan bubar dengan sendirinya. 


Juga, kader Marhaen itu pejuang idiologi dan tahu siapa lawan mereka sebenarnya, yaitu Ex Orba berserta anteknya. Jadi kalau sampai Marhaen menolak memilih PS-Gibran, itu karena Jokowi rangkulan dengan ex Orba. Itu artinya Jokowi yang meninggalkan Marhaen.  Bagi kaum marhaen berjuangan bukan karena tokoh atau partai,  tetapi idiologi membela kaum duafa, wong cilik. Bahkan dulu tahun 2008 Megawati berpasangan dengan PS, tidak dapat dukungan dari akar rumput kaum marhaen. Mereka tidak protes tetapi mereka bersikap. Megawati kalah dengan mudah terhadap SBY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Pemimpin Visioner...

  Pada tahun 1949, setelah melalui Perang Saudara antara Kelompok Komunis dan Kelompok Nasionalis, Kuomintang, yang akhirnya dimenangkan ole...