Senin, 17 Januari 2022

Masalah kita banyak.

 




Kemarin saya undang teman makan siang. Mereka semua pejabat. Setelah bicara bisnis untuk mencerahkan mereka tentang VISI logistik dalam pembangunan nasional. Saya ngobrol santai. 


“ Keliatannya oposisi pakai strategi baru menyerang. Memframing rezim ini korup. Mereka sengaja kirim sinyal itu kepada rakyat lewat laporan ke KPK. Ahok , Eric, dan Anak jokowi dilaporin. Soal benar atau engga. Engga penting. Yang penting viral. Entar kalau dikasuskan karena pasal fitnah atau mencemarkan nama baik, ya Framing berikutnya masuk.  Pemerintah anti demokrasi. Ini akan mengegelinding terus. Kalau anti demokrasi, ya otomatis juga anti HAM“ Kata teman.


“ Keliatanya, islam fundamental engga laki seksi untuk anti pemerintah. Mereka gunakan issue korupsi“ Kata teman satunya lagi.


“ Padahal faktanya, oang orangnya sama saja. Itu itu aja yang bikin ribut, .” Kata mereka tertawa.


“ Singkatnya,  taktik mereka hancurkan  image personal  orang yang dianggap potensi sebagai capres 2024. Lucunya dari capres mereka sendiri engga di-laporkan. Tetapi Anies selalu di-framing orang yang dizolimin dan di bully. Prabowo orang yang bersih dan sukses sebagai menteri. Sandi juga dibilang orang hebat.” Katanya.


“ Sebenarnya mereka kesel aja karena permintaan perubahan aturan Presiden Threshold ditolak. Mereka anggap kita tidak peduli akan nasip bangsa yang membutuhkan kader terbaik sebagai pemimpin bangsa. Padahal yang menentukan baik atau tidak ya rakyat. Dan rakyat itu diwakili oleh partai. Lah kalau partai baru berdiri atau suara dibawah satu digit merasa punya calon presiden hebat. Ya lucu aja. “Kata mereka.


“ Masalah kita” Kata saya ikut nimbrung” Itukan karena anda anda semua di elit menciptakan cluster komunikasi politik. Padahal dalam UUD kita yang sistem presidentil, tidak ada istilah oposisi. Dalam konteks Pancasila, kita semua bersaudara dalam sekat perbedaan agama, idiologi dan etnis. Ya seharusnya duduk bersama menyelesaikan bangsa ini dan tak perlu sampai muncul ke permukaan. Yang membuat rakyat terpolarisasi.” Lanjut saya. Mereka tersenyum.


" Masalah bangsa kita banyak sekali. PR Jokowi itu banyak sekali. Negeri ini by design tidak dibangun dengan dasar riset. Nah Pak JOkowi udah tunjuk IBu Mega melaksanakan Visi riset dan inovasi untuk rakyat.  Ayo focus kesana. Ingat loh kita sangat ketinggalan dalam hal riset. Sampai sekarang kita belum mandiri dalam industri downstream SDA. Itu kan konyol. Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka. Akibatnya value added SDA kita negara lain nikmati. Dan kita masih terus bahas issue omong kosong dan remeh remeh.


Kita masih terjebak dengan rente ekonomi yang membuat negara ini tidak efisien dalam semua programnya. Nah Pak Jokowi sudah rampungkan hambatannya dalam bentuk UU Cipta kerja. Tetapi mudah banget digugat oleh rakyat. Kalian engga jaga itu dengan baik. Seperti mempermainkan agenda presiden, agenda rakyat. Gimana sih. Akibatnya kita kembali terjebak dalam ekonomi rente. Sementara hutang terus bertambah.


Dalam hal penegakan hukum, kalian saling sandera. Gimana kita bisa jadi negara hukum yang punya rasa hormat dan martabat di hadapan negara lain. Kalau memang Anies itu salah, ya tuntaskan kasusnya. Kalau terbukti bersih, ya umumkan. Kalau terbukti salah, penjarakan. Jangan digantung terus. Kalau memang Ahok itu kasusnya sudah selesai, ya umumkan oleh KPK. Jangan digantung terus sama seperti kasus Ganjar. Kalau memang ada kasus mafia alutsista, ya usut Prabowo. Jangan biarkan dibuat ngambang.  Adilah dari sejak dalam pikiran.” Kata saya.


“ Ya sulit lah. Ini kan politik, Mana pula polos polosan. “ Kata mereka. “ Medan politik kan medan perang. To be or not to be “


‘ Dan akhirnya kalian yang menimbulkan tumpukan bangkai. Sementara burung pemakan bangkai yang pesta. Pengusaha rente juga yang menikmati.  Kan konyol banget” Kata saya tersenyum. Usai makan siang dengan mereka saya  pergi ke spa sama teman teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...