Minggu, 13 Juni 2021

Buta literasi investasi.

 



.


The Mystery of Capital, adalah buku yang ditulis oleh Hernando de Soto. Prinsip dari buku ini adalah bagaimana modal bisa beranak pinak karena didukung oleh legitimasi negara. Dahulu kala harta adalah sebidang tanah dan kumpulan ternak. Dari harta itu orang hidup dan menghidupi dirinya untuk berkembang dari generasi kegenerasi. Namun belakangan karena manusia semakin bertambah dan kebutuhan semakin meningkat maka kompetisi terbentuk. Harta tidak lagi diartikan ujud phisiknya. Tapi harta telah berubah menjadi selembar document sebagai bukti legitimasi dari penguasa. 


Selembar dokumen itu berkembang menjadi derivative asset bila di lampirkan dengan seperangkat izin ini dan itu. Kemudian di gabungkan dengan yang namanya project feasibility maka jadilah sebuah akses meraih uang. Bukan dijual tanpi digadaikan. Uang itu berputar untuk kegiatan ekonomi dan menghasilkan laba untuk kemudian digunakan membeli harta lagi. Ini disebut dengan nilai reproduksi capital atau project derivative value. Bila laba semakin banyak , tentu harta semakin meningkat. Kumpulan dokumen harta ini dan itu , menjadi saham ( stock ) dalam lembaran dokumen bernama “perseroan”. 


Akses terbuka lebar untuk meningkatkan nilai harta itu. Penguasa semakin memberikan akses kepada harta. Bila harta itu memperoleh akses legitimasi dari agent pemerintah seperti underwriting, notaris, akuntan , lembaga pemeringkat efek, harta itu untuk berkembang tak ternilai melalui pasar modal. Dari legitimasi ini maka harta menjadi lembaran kertas yang bertebaran dilantai bursa dan menjadi alat spekulasi. Hartapun semakin tidak jelas nilainya. Kadang naik , kadang jatuh. Tapi tanah dan bangunan tetap tidak pindah dari tempatnya.


Akses harta untuk terus berkembang tidak hanya di lantai bursa. Tapi juga di pasar obligasi, Dokument Saham dijual sebagian dan sebagian lagi digadaikan dalam bentuk REPO maupun obligasi.   Akses permodalan conventional lewat bank terus digali agar harta terus berlipat lewat penguasaan kegiatan ekonomi dari hulu sampai ke hilir. 


Dari pengertian ini, maka capital seperti yang disampaikan oleh Hernado de soto dalam bukunya “The Mystery of Capital” mendapatkan pembenaran. Kapital dapat mereproduksi dirinya sendiri. Bahwa harta bukanlah ujudnya tapi apa yang tertulis. Dan lebih dalam lagi adalah harta merupakan gabungan phisiknya dan manfaat nilai tambahnya. Nilai tambah itu hanya mungkin dapat dicapai apabila dalam bentuk dokumen.


Terjadinya perbedaan kelas antara kaya dan miskin, bukan karena ketidak adilan. Tetapi karena perbedaan akses kepada literasi keuangan. Ada pihak yang paham literasi keuangan, mereka mendapatkan kemudahan mengakses keuangan untuk berkembang. Ada juga yang buta literasi keuangan. Tentu mereka tidak punya akses keuangan. Apa yang terjadi pada dana haji adalah contoh faktual  betapa banyak masyarakat tidak bisa memahami skema investasi :  lewat  instrument investasi atau pembiayaan proyek. Dua hal itu secara prinsip sangat jauh bedanya. 


Instrument investasi adalah dokumen yang dilegitimasi negara dan bisa bebas diperjual belikan. Pembiayaan proyek adalah investasi langsung. Nah,  benar dana haji itu digunakan untuk pembiayaan proyek. Engga salah. Tapi harus dipahami bahwa pembiayaan proyek itu tidak langsung. Uang itu ditempatkan lewat skema mutual fund atau SUKUK. Kalau SUKUK dijamin negara, maka itu sudah sama dengan uang yang dicetak BI. Kalau inipun tidak paham, jangan salahkan kalau tetap miskin. Bukan salah bundo mengandung, yang salah akal tak dipakai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Ekonomi kita " agak laen"

  SMI mengatakan ekonomi kita agak laen. Karena banyak negara maju pertumbuhannya rendah, bahkan seperti Jepang dan Inggris masuk jurang res...