Kamis, 27 Juli 2017

Orang Indonesia bahagia.

Index happiness yang diterbitkan oleh Global research company Ipsos (2013), menempatkan Indonesia rangking pertama index kebahagiaan, yaitu 51 %. Index ini mengalahkan China 19%, Arab 21 %. Mengapa Indonesia sampai menempati rangking pertama dimana lebih 50% orang indonesia hidup bahagia? Mungkin kalau ada sorga didunia maka itu adalah negara kamu” Demikian teman saya ketika saya berjumpa dengan dia pada waktu musim dingin. Saya sempat terkejut dengan kata katanya. Karena saya membayangkan negeri saya di negeri saya ada group pengeluh dan ingin mati menemukan sorga. “ Lingkungan negeri anda benar benar sorga. Tidak ada suasana kompetisi. Itulah yang membuat negeri anda menjadi sorga yang sesungguhnya. “

Kompetisi ? Bukankah budaya kompetisi itu bagus. Karena semangat kompetisi pulalah yang membuat negara maju. Lantas mengapa tidak ada suasana kompetisi justru membuat lingkungan menjadi sorga. Ini cukup aneh bagi saya. Kemudian saya mencoba meng explore apa yang dikatakan teman ini. Saya perhatikan kehidupan sehari hari mereka; . Jepang, Korea, China, Hong Kong, Eropa ,Amerika. Saya berusaha mencari tahu dibalik makna kata kata teman ini. Akhirnya , saya baru menyadari bahwa mungkin dia benar. Betapa tidak. ? Setiap malam hari , sampai tengah malam, masih ada saja orang orang berkumpul di Bar atau restoran..Padahal sudah waktunya mereka pulang. Tapi mengapa mereka tetap disana.? Padahal mereka adalah orang baik baik. Ternyata memang tidak ada yang mereka cari disini. Mereka hanya berusaha melupakan semua kesehariaanya dikantor. Sampai mereka lelah dan terkantuk.Pulang hanya untuk tidur. Besok kerja lagi. Begitu seterusnya. 

Dinegeri mereka ada aturan ketat untuk memaksa setiap orang berkompetisi. Ada target waktu, target penjualan, target produksi, target laba, target sukses , target lulus sekolah , target..semua ada target yang harus dicapai. Dalam kesehariannya, mereka juga dikejar target on time datang ke station, target on time datang kerestoran , target on time penuhi janji, target on time bayar bill, target on time delivery... Siapa saja yang tidak mampu berkompetisi maka harus rela tersingkir. Tidak ada kemanusiaan untuk membela mereka yang gagal berkompetisi. Ini hukumnya. Memang mereka menjadi mesin pertumbuhan dari sebuah system yang bernama negara. Entah itu kapitalis , sosialis ,komunis. Semua sama saja. System mereka memang menciptakan free competition tapi sehat. Artinya , setiap warga negara berhak untuk mendapatkan reward dari keunggulan dia berkompetisi. Negara menghormati upaya orang untuk sukses dan unggul dalam bersaing. Juga menjaga terjadinya fair play secara ketat. Namun negara jugalah , yang menjadi creator dari system ini sehingga hubungan antar manusia tidak lagi harmonis. Rumah tangga hanya tempat berkumpul sesaat namun secara psikis semua anggota keluarga tidak berada dirumah. Pikiran mereka ketempat lain dimana mereka dikejar untuk bersaing. Ibu sibuk mengatur Bill tagihan., Anak memikirkan kompetisi disekolah. Ayah, memikirkan kompetisi di kantor.

Lingkungan tempat tinggal tidak lagi nyaman sebagai komunitas sapa dan tawa. The time is essential , kata mereka. Hingga suasana kebersamaan ditengah komunitas adalah langka. Hubungan dengan tetangga hanya sekedar sapa. Hubungan dengan anak hanyalah sapa ringan di waktu sarapan pagi.Hubungan dengan istri hanya senyuman menjelang tidur. Mereka terjerat oleh suatu system tentang reward and bill dan setiap hari adalah mimpi buruk tentang takut gagal, takut tidak on time. Belum lagi harus menghadapi datangnya musim dingin yang selalu hadir setiap tahun. Badai salju yang menyakitkan adalah resiko yang harus diterima setiap tahunnya ditengah masalah social kompetisi yang tak memberi ruang untuk berkelit…Suatu kehidupan yang memenjarakan diatas kemegahan infrastruktur modern yang dibangun dari uang pajak mereka, yang tak pernah nyaman sebagai makhluk social..

Maka benarlah , kata teman saya bahwa negeri kita adalah sorga… Cuaca dan alam membuat orang untuk menikmati segala galanya secara bebas tanpa terkungkung oleh empat musim, walau ada bencana maka itu hanyalah insidential,yang cepat datang dan cepat pula dilupakan. Keseharian kita adalah cepat memahami realitas dengan semangat persaudaraan, tidak ada situasi mencekam seperti dalam arena kompetisi. Namun tidak semua begitu. Masih ada 49% orang indonesia tidak pernah bisa bahagia karena selalu melihat persoalan dari sudut buruk dan berpikir negatif setiap waktu. Padahal by system pemerintah terlalu banyak memberikan kebebasan agar mereka bahagia secara lahir dan batin. Tapi mereka tidak peduli itu. Mereka pandai mengeluh dengan menyalahkan siapa saja. Padahal hidup mereka jauh dari tekanan berkompetisi yang keras dan merasa saudara, teman, negara atau orang lain berkewajiban membantunya karena gagal bersaing. Dan kalaupun dibantu, tidak akan merubahnya menjadi bahagia...Teman saya di China bilang" Kalau ada orang Indonesia tidak bahagia maka itu karena kebodohan dan tidak mengenal Tuhan dengan baik"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...