Sabtu, 04 Februari 2017

Cintailah aku (3)


“ Pak, Apakah bisa bertemu ? kata Jessica via telp selularnya.
“ Bisa.”
“ DImana dan jam berapa ?
“ Kamu terbang aja ke Singapore. Aku lagi meeting disini. Kalau udah sampai hubungi aku ya.”
“ Apa perlu nginap ?
‘ Tak perlu. Aku akan kembali ke jakarta dengan penerbangan terakhir”
“ Baik, pak. Sekarang saya langsung ke Airport. Terimakasih” Telp ditutup. Jessica segera keluar dari kantor menuju Bandara, yang berjarak hanya 20 menit dari kantornya.  Dia maklumi bahwa Dono sang Bos, memang tidak mudah ditemui sejak dia memegang jabatan sebagai Dirut perusahaan. Namun komunikasi via telp selalu direspon. Dan setiap kirim email pasti dibalas. Dono sangat efisien membalas email namun cepat di pahami apa yang dia mau. Kalau menerima telp juga langsung kepokok persoalan. Seakan tidak ada kesan sama sekali unsur perasaan. Tapi Jessica dapat memaklumi. Bagaimanapun dia bekerja dan dia di bayar mahal. 
Sesampai di Singapore, di sebuah care , nampak oleh Jessica , Dono sedang bersama relasinya. Dono berdiri sambil tersenyum menyambut kedatanganya. “ Kamu tunggu di meja sana dulu ya. “ Kata Dono sambil menuntun Jessica ke meja agak jauh dari tempat dia duduk.”10 menit lagi aku selesai dengan mereka “ Lanjutnya seraya meninggalkan Jessica.
Dari kejauhan dia melihat Dono yang tampak lelah bertemu dengan banyak relasinya. Semua dia lakukan untuk menjaga momentum bisnis yang sedang di gelutinya. Tentu dia harus tampil sebagai solution provider terhadap setiap masalah yang di hadapi direksinya. Bisa karena masalah keuangan, bisa juga masalah hubungan dengan pemerintah. Soal inilah Dono harus tanpa lelah menjaga hubungan dengan banker dan pejabat pemerintah. Menurutnya kalau ingin selamat sebagai pengusaha maka hormati tiga hal, yaitu hormati orang yang lebih tua. Karena dari orang yang lebih tua kita akan mendapatkan pengalaman tanpa harus melewatinya. Hormati pemerintah. Karena dari kekuasaan kita bisa dapatkan legitimasi mengembangkan usaha dan mendapatkan akses untuk terjadinya mystery of capital. Hormati orang kaya yang rendah hati. Karena dari mereka kita bisa dapatkan cermin bersih bagaimana melewati hidup sebagai pengusaha. Dari mereka kita bisa dapatkan akses financial tanpa batas. 
Dono kembali ke table Jessica. “ Ada masalah apa Jess “ Kata Dono.
“ Saya sudah selesai pelajari rencana bapak. Tapi….” Jessica terhenti meneruskan pembicaraanya.
“ Ada apa ?
“ Saya engga ngerti pak. Terlalu rumit bagi saya.”
“ Oh gitu. “ Dono terdiam sejenak sambil tersenyum menantap jessica. “ Kalau begitu kamu urus buka kantor perwakilan di Vietnam, Hồ Chí Minh. Kemungkinan pabrik Sepatu kita yang di china akan pindah ke Vietnam. “
“ Tapi ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan saya sebagai dirut di perusahaan sekarang”
“ Kamu bisa tunjuk wakil Dirut untuk sementara. Dan lagi kamu bisa setiap waktu ke Jakarta. Atur aja waktunya. “
“ Mengapa harus saya? 
Dono hanya tersenyum sambil berdiri seakan ingin menyudahi pertemuan itu. “ Aku masih bisa pakai kamar kamu di Mandarin ? Kata Jessica sambil berbisik dalam bahasa persahabatan. Tanpa menyebut Dono dengan panggilan bapak.
“ Kamu engga pulang hari ini ke jakarta. Bareng aku ? Kata Dono mengerutkan kening
“ Mau istirahat malam ini di singapore aja. Dan lagi udah jam 8 malam. Besok pagi pulang dengan pesawat pertama. Boleh kan ?“
“ Ada kencan ya dengan seseorang ?
“ Ya tapi yang mau di ajak kencan engga ngerti juga dia. Susah sekali. Dia terlalu sibuk.” Kata jessica mencubit tangan Dono.
“ OK, kebetulan ada Gubernur datang ke singapore. Tadi dia telp minta ketemu tapi aku bila engga bisa nginap karena harus segera ke Jakarta. Dia mau main judi disni. Kita ke Sentosa dulu ya, sebelum ko Hotel. “
“ Siaap boss.” Jessica tersenyum. “ Boleh rangkul lengan kamu “ Kata jessica ketika melangkah keluar dari cafe. Dono hanya tersenyum.
Di Sentosa kawasan judi di singapore, Jessica agak menjauh ketika Dono bertemu dengan seorang Dono hanya berbicara sebentar. Kemudian kembali ke Jessica. 

' Kamu tahu siapa yang saya temui tadi ?

" Sepertinya pernah lihat tapi lupa. Siapa ?

" Itu Gubernur dari salah satu provinsi di Sumatera. Dia enga peduli habiskan uang di tempat judi. Dari mana uangnya ? Padahal gubernur sebelum dia udah kena KPK. " Kata Dono dengan wajah geram.

“ Itu ketua DPRD salah satu kabupaten di Sulawesi” Kata Dono mengarahkan wajah ke salah satu table judi. Jessica hanya terbengong bengong. 

Dan “ Itu salah satu anggota DPD.” Kata Dono lagi memberi tahu Jessica ketika melintasi table lain. 

“Banyak pejabat dan anggota Dewan menghabiskan uang di meja judi di sini ya " Kata Jessca.

" Ya. Singapore memang smart. Kalau dulu bank sebagai tempat pejabat nyimpan uang haram di sini tapi sekarang pejabat membuang uang di tempat judi. Sumbernya sama. Sama sama dari korup.”

“ Jadi dulu singapore menyediakan tempat untuk orang menyembunyikan uang haram namun kini melalui wahana judi, mereka merampok uang korup itu ya” Kata jessica menegaskan. 

“ Ya begitulah. Uang setan di makan jin”

“ Jahat amat”


“ Engga jahat. Mereka hanya cerdas. Tapi engga usah kawatir. Dengan kekuatan KPK di bawah komando Jokowi, hanya masalah waktu para koruptor itu akan kena jerat KPK. Bagaimanapun butuh proses untuk jadi negara bersih. Yang penting ada tekad untuk membrantas korupsi.”.
***
Akhirnya setelah mencicipi sihir James Bond Martini di cafe hotel yang disaput dingin dan asin angin, Jessica nampak setengah mabuk. Pada saat mendesiskan kata-kata aneh di bawah kucuran air dari gagang shower, Jessica kadang-kadang meloncat-loncat seperti kanguru, kadang-kadang melenggak-lenggok bagai Medusa menari di ujung jalan, dan tak jarang berdiri tegak seperti patung gladiator sesaat sebelum berkelahi dengan singa kelaparan. Dono sebenarnya keberatan melihat tingkah Jessica, tetapi cinta telah menyihir perempuan tangguh ini  jadi kucing penurut. Dono bahkan tak bisa mencegah Jessica membuktikan betapa pada suatu waktu dia bisa menaklukan Dono.

”Dan akulah penari teater yang akan menceritakan semua hal tentang arti dibalik tari itu. Aku bakal menyelam ke laut dalam” Kata jessica merebahkan dirnya di tempat tidur.
”Kau tak takut disambar ikan ?” Dono mendengus tak mampu menyembunyikan kepanikan hasratnya.
”Tak akan ada binatang buas dari samudra paling ganas yang berani memangsaku, Sayang. Hanya binatang rakus sepertimu yang boleh melahapku. Bukan gurita sialan. Bukan hiu urakan.” Kata jessica memeluk Dono dan mendengus-dengus tak keruan. ”Kecuali istrimu, tidak seorang pun boleh menyusup di balik selimut ini, Sayang. mari temani aku keatas bukit untuk merasakan sensasi keajaiban semesta yang ditumpahkan dari langit sebagaimana Tuhan mencurahkan cahaya aneh pada kercik hujan.” Dan malam itu dalam amuk harum Martini, Dono sama sekali tidak bisa menolak ketika Jessica menyeretnya ke atas Bukit. Tidak! Tidak! Mungkin dengan setengah terpejam, Jessica menyangka menggandeng Dono dengan lembut sebagaimana Ayahanda Abraham membimbing putra terkasih ke gunung untuk disembelih. Mungkin Jessica malah membayangkan diri menjadi Musa yang menyeret rasa cinta untuk bertemu dengan Tuhan di Puncak Sinai
Jessica, sebagaimana Dono, hanyalah sketsa persahabatan yang terpaksa untuk saling mengerti. Sekedar untuk bertahan dari ketidak mungkinan. Setidaknya mereka bisa melanjutkan persahabatan yang telah terjalin lebih dari 10 tahun tanpa harus ada yang terluka dan kecewa. Tetapi sekali lagi cinta telah menumpulkan otak sehingga Jessica terpaksa mendukung apa pun yang diminta oleh Dono.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Inflasi momok menakutkan

  Dalam satu diskusi terbatas yang diadakan oleh Lembaga riset geostrategis, saya menyimak dengan sungguh sungguh. Mengapa ? karena saya tid...