Minggu, 02 April 2017

Azim Jamal dan Zakir Naik


Pernah saya di undang dalam sebuah seminar tentang Power of giving di Shanghai. Ketika itu yang hadir semua executive dari China. Pengantar bahasa seminar menggunakan bahasa inggeris. Yang menarik bagi saya adalah semua yang di sampaikan oleh pembicara itu bersumber dari Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasin al Khattabi al-Bakri atau sering pula disebut dengan nama Rumi adalah seorang penyair sufi. Pembicara seminar adalah Azim Jamal sang celebritis seminar yang punya penghasilan 6 digit setahun. Bukunya pun best seller. Hampir semua perusahaan yang terdaftar dalam 500 fortune menggunakan jasanya sebagai pembicara dan pelatihan management.
Walau tidak mencantumkan Al Quran dan Hadith sebagai narasumber namun semua yang disampaikan adalah mutiara indah yang ada dalam kitab mulia dan Hadith. Tapi mengapa orang china yang non muslim begitu tertarik mempelajarinya. Setelah usai seminar saya katakan kepada teman yang mengundang saya bahwa semua yang dikatakan itu bersumber dari khasanah islam. Saya juga menjelaskan siapa itu Rumi dan bagaimana islam memaknai sufi. Teman itu mengatakan " apa yang disampaikan itu begitu indah dan mengena sekali. Kami terinspirasi untuk mengubah sudut pandang kami tentang bagaimana mencintai keluarga, mencintai sahabat, mencintai karyawan dan mencintai perusahaan, mencintai negara.. Karena begitu hebatnya, kami juga tidak perlu bertanya dari mana sumbernya."
Dan kalau ternyata itu bersumber dari islam, mengapa umat islam tidak menerapkannya? Katanya dengan wajah bingung. Saya paham karena perspektif dia tentang islam adalah situasi timur tengah yang selalu bergejolak. Aksi teror atas nama jihadis. Indek korupsi tertinggi negara di dunia justru ada pada negara yang penduduknya mayoritas islam. Saya katakan" pemahaman agama akan terasa indah apabila tingkat wawasan seorang semakin luas. Kamu bisa nilai materi seminar itu indah karena tingkat pendidikan dan wawasan kamu luas, bergaul dengan berbagai etnis, pikiran kamu terbuka, tentu kamu bisa langsung memahaminya. Tapi bagi orang awam, agama masih sekedar pelengkap status sosial. Agama mengisolasi dirinya akan rasa kagum ( sorga ) sekaligus gentar ( neraka). Mereka stuck dalam pikiran yang tertutup.
" Sekarang saya dapat paham" katanya. " Bahwa pada tingkat pendidikan rakyat masih rendah, kemiskinan massive karena kebodohan, seharusnya kehidupan beragama diatur oleh negara. Karena jika tidak diatur, ia mudah di provokasi oleh petualang politik atau bisnis yang bisa merusak dirinya sendiri, dan orang sekitarnya. Mereka bisa jadi militan untuk memaksakan keinginannya yang irasional. Mereka belum bisa diberikan kebebasan beserta tanggung jawab yang mengikutinya dalam sistem demokrasi" Sambungnya.
Pemahaman tentang islam seperti yang disampaikan oleh Azim Jamal, sang investment banker yang mewakafkan hidupnya berdakwah tentang nilai nilai islam, telah berhasil mengubah sudut pandang orang banyak tentang nilai nilai kehidupan untuk lahirnya perdamaian dunia, seni berkompetisi berubah jadi sinergy, hutang piutang berubah menjadi kemitraan, kekayaan bukan uang tapi distribusi usaha dan modal. Sebetulnya yang disampaikan Azim adalah tentang akhlak. Dan rasul bertugas tidak lain adalah memperbaki akhlak. Tapi ketika amarah dan teriakan sinis rasis, kebencian yang tak sudah, saya pikir memang sudah seharusnya agama diatur negara agar rakyat tidak merusak dirinya sendiri dan orang lain. Para petualang yang mempolitisir agama seharusnya memang di "amankan" agar jinak.
***
Mana yang lebih baik Azim Jamal dan Zakit Naik? tanya nitizen kepada saya setelah saya menulis tentang Azim Jamal. Saya tidak mau menjawab siapa yang lebih baik. Tapi saya lebih suka mengatakan walau sama sama Islam mereka berbeda dalam memperkenalkan agama yang mereka yakini. Azim Jamal tidak mau berdebat dengan orang yang berbeda agama. Azim Jamal berusaha menghindari agama sebagai ruang debat untuk menyatakan yang lain salah dan hanya dia yang benar. Azim Jamal bukan pedebat perbandingan agama. Tapi ia memang seorang inspirator profesional yang sangat visioner. Sikap rendah hatinya mampu membius jutaan pendengarnya di seluruh dunia. 
Selama dua dekade Azim Jamal berbicara tentang Keseimbangan Hidup, Kepemimpinan, Spiritualitas, dan Perubahan.Jutaan orang menyerap pesan-pesan dan pandangan-pandangan bijaknya lewat seminar, pelatihan ataupun sesi interaktif di 26 negara, seperti Kanada, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Inggris, Portugal, dan Prancis. Selain berhasil mengelola beberapa perusahaan yang dia dirikan sendiri, Azim Jamal juga mengabdikan hidupnya sebagai relawan sosial sejak 25 taun silam. 
Cara pendekatan yang di sampaikan Azim Jamal dalam setiap ceramahnya adalah cinta. Dia terinspirasi dengan pemahaman islam dari kacamata sufi. Makanya dia mendirikan Sufi Incorporate. Baginya agama bukan dilihat dari bentuk tapi esensinya. Apa yang ada di luar tidak seperti yang ada didalam. Artinya kalau kita melihat orang dari pakaiannya, kita akan tertipu. Karena pakaian tidak ada hubungannya dengan hati. Bagi Jamal benar bahwa kita hidup di dunia tapi bukan merupakan bagian dari dunia itu sendiri. Kita hanya bagian dari skenario Tuhan yang di ciptakan untuk menjalankan narasi Tuhan. Karenanya hidup harus seimbang. Antara materialisme dan spritualisme harus seimbang. Tanpa materi kita tidak bisa mengaktualkan cinta secara sempurna. Bahkan kita tidak bisa memperkaya spiritual kita.
Orang berubah menjadi lebih baik di tandai semakin besar manfaatnya bagi orang lain. Ketika manusia tidak punya manfaat bagi orang lain maka itu tandanya dia mempunyai “ halangan”. Kebanyakan “ halangan” ini ada karena manusia kehilangan arah. Agama ditempat setinggi langit tapi dia tidak berada di bumi. Terlalu focus kepada ritual semata. Kerja adalah proses melahirkan cinta dan menebarkan cinta. Orang malas bekerja maka dia juga tidak punya kekayaan cinta. Hakikat agama adalah cinta itu sendiri. Kita tidak bisa mendekati Tuhan dengan sempurna tanpa kekayaan cinta. Pendekatan dengan rasa takut akan melemahkan keyakinan kepada Tuhan itu sendiri. Jalan hidup adalah bagaimana kita dapat berguna dan dapat melayani orang lain bukan doa, tasbih atau pun jubah panjang.
Audience Azim Jamal kebanyakan pebisnis dan orang yang sehari hari bergelut dengan pengelolaan organisasi, yang memang butuh kekuatan spiritual untuk menghadapi tantangan akibat ketidak pastian masa depan. Namun belakangan orang awam juga menyukai sudut pandangnya tentang Cinta. Ketika dia ceramah, yang hadir bukan hanya orang islam tapi juga krisiten,katolik, budha, bahkan atheis. Mereka menemukan kelengkapan dari apa yang disampaikan Azim Jamal dan mengakui dengan cinta, dunia akan menjadi rahmat bagi semua, dan itulah Azim Jamal sebagai seorang muslim yang taat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...