Kamis, 01 Februari 2018

Virtual Country...


Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal, tak banyak sahabat yang mendampingi beliau, Karena semua sibuk negosiasi proses suksesi setelah beliau wafat. Apa pasal ? karena semasa beliau hidup tidak ada SOP tentang bagimana proses suksesi itu. Jangankan SOP , bentuk negara aja tidak ada blue print nya. Padahal ketika itu sudah ada kekuasaan bernama negara seperti Kerajaan Kristiani di Yarusalem dan Sasania di Persia. Padahal kalaulah beliau inginkan kekuasaan itu seperti Dinasti islam seperti Turki Ustmani, Abassiah, tentulah putri beliau sebagai penerus beliau atau mantunya Ali Bin Abitalib yang juga sepupunya. Karena tidak ada platform sistem kekuasaan yang diwarisi, makanya musyarawarah diatara sahabat untuk melahirkan konsesus, Proses suksesi ditentukan diantara sahabatnya, dengan mengabaikan keluarganya.

Di Financial club Hong kong saya bertemu dengan sahabat wanita. Usianya sebaya saya. Cantik dan sangat terpelajar sebagai banker. Ibunya Jawa solo dan ayahnya Jerman. “ Jel, kamu tahu, kehebatan ajaran islam itu adalah ajaran khilafah. Mengapa ? dalam islam setiap orang adalah khalifah, mereka pemimpin atas dirinya sendiri. Mereka memimpin kehidupan ini bersama Tuhan. Itulah kekuatan yang sangat dahsyat dalam dimensi ruang waktu , di zaman apapun. Nilai spiritual yang spektakuler ketika Muhammad wafat adalah lahirnya negara virtual yang akan mengubah peradaban lebih baik yang berlandaskan bahasa Tuhan, rahmat bagi semua.

Yang membuat keyakinan bahwa Muhammad adalah utusan Tuhan adalah konsep negara virtual itu. Perhatikan Firman Allah dalam Al Quran, pada Al-Hujurat (49): 11 dan 13. Ada lagi pada Al-Anbiya' [2l]: 92, dan Al-Mu'minun [23]: 52). Perhatikan narasi berikut “ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang lelaki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

“Janganlah satu qaum (kumpulan lelaki) mengejek qaum (kumpulan lelaki) yang lain. Jangan pula (kumpulan perempuan) mengejek (kumpulan) perempuan yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diejek) lebih baik daripada mereka (yang mengejek) . Mengapa ? Karena Allah berfirman "Sesungguhnya umatmu ini adalah umat yang satu" Indah sekali pesan Tuhan itu. Kalaulah islam itu disekat dengan dalil agama dalam ujud real struktur negara maka pesan cinta Tuhan itu akan hilang. Tidak ada lagi cahaya Islam sebagai penyampai pesan cinta dan kasih sayang Tuhan. Tidak ada lagi.

Apabila masih ada umat islam tidak paham ini maka perhatikanlah “ “Tak ada paksaan dalam agama,” begitu firman Allah dalam Al-Baqarah: 256. Jadi mereka yang ingin memaksakan berdirinya negara islam, justru mereka menentang Al Quran itu sendiri.

“ Yahudi dalam konteks zeonisme sudah lama membangun negara seperti itu, Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, berbagai bidang strategis harus mereka kuasai dan tidak memberikan peluang kepada selain kami. Mereka menguasai dunia informasi karena dibutuhkan satu global system untuk alat propaganda jangka panjang dan massive. Mereka menguasai seluruh lembaga keuangan dunia, karena dengan menguasai perekonomian global, roda kehidupan suatu bangsa lebih mudah mereka kontrol, dan sekaligus membuka jalan menuju cita-cita kembali ke tanah yang dijanjikan.

Tujuan mereka hanyalah mendirikan satu pemerintahan yang secara tersembunyi mampu mengatur dunia baru. Mereka tidak perlu menguasai jabatan negara secara formal, tetapi mampu menempatkan orang mereka dalam jajaran pengambil keputusan agar melaksanakan rencana-rencana mereka. Di suatu negara, presidennya dapat siapa saja , tetapi jiwa pemerintahan, struktur budaya, serta perekonomiannya harus tunduk dan diperbudak oleh sistem mereka. Tetap berjalannya waktu ,mereka memang berhasil. Tapi hanya berhasil menguasai pemimpin dan elite negara dikawasan itu. Hasilnya hanyalah paradox. Sangat menyedihkan. “

Saya masih setia menyimak.

Kini, kamu tahu dear, hakikat khilafah itu adalah khalifah, itu ada di sini " katanya menunjuk kejantungnya " ia bukan struktur negara dengan simbol buatan manusia. Bukan. Namun nilainya membuat kedamaian dimuka bumi. Apapun model pemerintahan. Itulah Virtual negara islam. Ia itu telah eksis. Sebuah negara yang tak punya territory khusus namun dia terbentang dilima benua. Mereka berbeda dalam rupa maupun kulit. Mereka berbeda dalam banyak hal menyangkut sosekbudpol. Dari perbedaan itu mereka tertip walau tidak ada pemimpin tunggal seperti katholik dengan Vatican nya. Tidak ada menteri maupun parlemen dalam negara itu. Tidak ada panglima Militer. Tidak ada APBN.

Diantara komunitas di lima benua itu terstruktur satu bangunan yang sangat kokoh. Mereka melangkah kearah yang sama. Setiap tahun populasinya terus bertambah dan bertambah. Mereka hidden power. Kalau ingin melihat bagaimana khilafah itu, maka lihatlah puncak ritual Haji di Arafah. Jutaan orang datang dari seluruh penjuru dunia tanpa ada kekuasaan atau sumber daya yang menggerakan. Itulah mereka, itulah kekuasaan bersama Tuhan.

Bahkan kalau bisa dikatakan apa yang telah zeonisme capai tidak ada artinya dengan negara Islam virtual itu. Padahal zeonisme menggunakan segala kepintaran dan kekuatan dana maupun militer untuk mencapai seperti itu. Program globalisasi, liberalisasi, demokratisasi dan lain sebagainya sengaja kami plesetkan agar merusak arah dari negara itu. Tapi tidak pernah berhasil membelokan aqidah mereka bersama Tuhan. Bahkan, globalisasi dimaknai negara islam virtual itu sebagai program internationalisasi mereka menguasai lima benua, liberalisasi dimaknai mereka sebagai kebebasan terstruktur mencapai tujuan secara efektif. Demokratisasi dimaknai mereka sebagai wahana kebersamaan mencapai tujuan bersama. Setiap upaya kami untuk memecah mereka justru membuat mereka semakin bersatu.”

Saya tetap menyimak.

CIA melalui operasi inteligent memunculkan Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani, seorang ulama alumni Al-Azhar Mesir dan pernah menjadi hakim di Mahkamah Syariah di Palestina, yang kemudian pada tahun 1953 di Al-Quds, mendirikan Hizbut Tahrir. Tujuannya agar merusak kekuatan negara virtual islam ini. Mengapa ? AS tidak ingin ada kekuatan virtual islam dalam nerasi Arafah yang disenandungkan oleh semua pejiarah haji yang hanya mengagungkan Allah: satu tanpa dipersekutukan. Sementara AS sedang membangun narasi kekuasan dibawah kerajaan di timur tengah untuk melanggengkan hegemoninya atas tanah arab. Yang paling AS takutkan adalah munculnya hidden power dari virtual country menguasai Arab yang tentu akan mengutamakan keadilan bagi semua.

Sampai kini upaya CIA yang terhubung dengan jaringan yang rumit HT diseluruh dunia itu tidak pernah berhasil. Karena penguasa tunggal dari Virtual country islam itu adalah Allah. Mana ada manusia bisa menjatuhkannya.

Kalau kamu ingin tahu,dear bagaimana manifestasi Virtual Country islam itu sebenarnya. Maka lihatlah indonesia. Itu contoh konkrit.Pancasila adalah code pesan Tuhan bagaimana cara memanifestasikan kehadiran Tuhan dalam kehidupan, berbangsa dan bernegara. Bacalah pembukaan UUD 45. Itu jelas sekali pesan cinta Tuhan tentang negara islam dalam bentuk virtual di dirikan. Makanya berkali kali indonesia dilanda krisis politik, selalu baik baik saja, karena Tuhan yang menjaga mereka…Makanya kalau ada orang ingin mendirikan negara islam atau khilafah dalam narasi Al Quran dan Hadith , sebetulnya mereka berperang dengan Tuhan, dan mereka ingin kudeta Tuhan. Tak akan pernah berhasil….

Saya tersenyum. “ Kapan pulang ke Indonesia ? Kata saya. 
“ Aku kangen indonesia..kangen sekali. Nanti kalau pensiun, aku pasti pulang.”
“ Ingatlah loh , presiden kita sekarang, lahir dari keluarga sama dengan ibu kamu, wanita solo…” 

“ Ya wanita jawa yang tahu arti berkorban dan mencintai , untuk pria…”

2 komentar:

  1. Terkait dengan pembahasan "Virtual Country" bagimana menurut Babo dengan sistem pemerintahan di IRAN (Kekuasaan tertinggi di tangan Ulama)

    terima Kasih

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Mengapa negara gagal ?

  Dalam buku   Why Nations Fail  , Acemoglu dan Robinson berpendapat bahwa pembangunan ekonomi dan kemakmuran atau kemiskinan suatu negara d...