Rabu, 23 April 2025

Mengapa China besar ?

 




Bagaimana China bisa cepat sekali menguasai tekhnologi maju. Padahal tahun 1970an masih tergolong negara agraris yang miskin.  Sementara saat itu Eropa Barat dan AS telah menguasai tekhnologi dan menjadi negara industri. Demikian tanya teman. Pertanyaan ini sering saya dengar dari berbagai pihak, terutama dari para politisi, peneliti dan akademis. Mengapa? Karena informasi yang mereka terima sangat terbatas dan kebanyakan literasi tentang china berasal dari negara Barat, yang tidak semua benar.


Menurut pengamatan saya selama berbisnis di China dan berinteraksi dengan beragam kalangan, saya dapat menjawab pertanyaan teman itu atas dasar empat hal yaitu  nilai nilai kebudayaan, jalan revolusi, reformasi, dan dukungan klan  diaspora China.


Pertama. Dinasti terakhir China, Qing runtuh pada tahun 1911 melalui Revolusi Xinhai. Setelah itu terjadi proses transformasi politik dari Kerajaan ke Republik. Kekuatan politik di China terbagi dua. Satu, dari kalangan bangsawan atau China  tradisional atau China Kuning. Kuning adalah warna Kekaisaran. Sebagian besar mereka  mendefinisikan diri sebagai Anak-anak Kaisar Kuning. Mereka  bagian dari elite dinasti Qing yang umumnya terpelajar dengan budaya barat. Mereka mengusung paham nasionalisme.  


Satu lagi, dari kalangan China klasik atau biasa disebut dengan kaum petani dan pekerja. Kehebatan masyarakat China klasik ini tidak bisa dipungkiri oleh sejarah.  Ditemukannya kertas, tinta, mesin cetak, bubuk mesiu, dan kompas magnetic, mesin jahit, baju sutera dan banyak lagi, lahir dari peradaban China klasik.  Itu mereka kembangkan secara mandiri dan perdagangkan secara global lewat jalur sutera disaat Eropa dan AS masih gelap. Mereka umumnya tidak terkontaminasi dengan budaya dan pemikiran asing. Aliran politik mereka adalah  sosialis komunis.  


Akhirnya pada tahun 1947, setelah melewati proses  revolusi dan perang saudara, yang menang adalah kaum China Klasik atau kaum pekerja dan petani. Kaum feodal kalah. China memilih jalan sosialis komunis. Itu bukan berarti China menerapkan ajaran Karl Max dengan manifesto komunis ala Lenin. Bagi China, komunis hanyalah metodelogi melanjutkan proses panjang pembangunan peradaban yang sudah dimulai ribuan tahun lalu. Artinya dalam prakteknya komunisme tetap berdasarkan budaya China. Itu sebab mengapa Komunisme Unisoviet tidak sejalan dengan Komunisme China.


Kedua. Tahun 1966 atau 20 tahun setelah  Partai Komunis berkuasa, China di era Mao melakukan revolusi kebudayaan. Mengapa? Sejak tahun 1949 perekonomian China dikuasai oleh kaum bangsawan. Mereka menolak modernisasi dan menjadi sebab kemunduran China.  Mao tidak percaya China akan mampu melompat jauh kedepan selagi mindset kaum feudal atau China kuning masih mendominasi politik dan ekonomi. Nah revolusi kebudayaan mengganyang mindset kaum feodal tradisonal ini. Istilah Mao, mereka itu ibarat kerikil dalam sepatu. Membuat orang sulit melompat.


Ketiga. Tahun 1978, Deng Xiaoping naik ketampuk kekuasaan. China baru sudah terbentuk lewat revolusi kebudayaan. Makanya Deng bisa berkata “Kucing hitam atau kucing putih, jika bisa menangkap tikus, ia adalah kucing yang baik.”. Walau tahun 1960 ungkapan itu pernah disampaikan Deng dan karena itu membuat dia masuk program brainwashing kerja paksa selama evolusi kebudayaan. Namun pada tahun 1978 itu ditanggapi dengan euphoria. China baru telah bangkit dari tidur panjangnya. Masyarakat egaliter dan open mind seperti inilah sebagai modal Deng membawa China kemasa depan.


Mereka dikenal pekerja keras, kreatif dan pedagang yang tangguh. Napas mereka hanya kebudayaan. Makanya mereka tidak peduli apakah itu ekonomi terencana atau ekonomi pasar. Tidak peduli dengan agama dan keyakin orang lain. Bagi mereka itu semua hanyalah metodelogi mencapai tujuan. Mereka focus kerja demi dignity dan respect keluarga dan bangsa. Menghindari konflik utamakan berdamai dengan realitas. Hanya yang bekerja yang berhak makan.  Hanya yang cerdas naik kelas.


Keempat. Dengan dukungan kerja keras petani dan pekerja, para pedagang China keliling dunia menjual barang dengan harga murah. Tentu mereka menggunakan jaringan klan China klasik yang tersebar di seluruh  dunia, seperti Eropa, AS dan Asia. Para diaspora China yang terdiri dari sainsitis, periset, pedagang, industriawan menjalin komunikasi bisnis dengan pedagang China lewat pendekatan kebudayaan. Para diaspora itu bukan hanya membawa modal masuk ke China, tetapi juga mitra tekhnologi yang bisa dikembangkan di China. 


Kedatangan diaspora ke China disambut pemerintah China dengan hamparan karpet merah. Berbagai insentif diberikan kepada mereka, termasuk insentif pajak untuk R&D. Apalagi tahun 90an para sarjana yang tahun 80an  dikirim Deng sekolah ke AS dan Eropa, pulang ke China menjadi motor penggerak terbentuknya beragam Lembaga R&D. Sejak tahun 2001 China bergabung dalam WTO, semangat berkompetisi sudah well prepared. 


Nah dari empat hal tersebut bukanlah proses yang mudah. Bahwa kemajuan China yang sangat pesat, bahkan bisa mengalahkan AS dan Eropa dalam size ekonomi. Tidaklah berada di ruang hampa. Tidak larut dalam lantun kebanggaan etnis dan retorika nasionalisme. Mereka menghadapi tantangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Urbanisasi, polusi, kerusakan lingkungan, kemiskinan di pedesaan dan perkotaan. Bahkan sampai kini secara income per kapita,  China masih jauh dibawah AS. PDB China pada tahun 2023, USD 12.000. Sementara AS, USD 73.000. Artinya penduduk AS lebih kaya lima kali lebih dari China. 


Apakah secara militer kemajuan China mengkawatirkan? Tidak. Sejak tahun 1976, China tidak pernah konflik perang yang mengorbankan nyawa dan uang dengan negara manapun. Sementara AS dan Eropa terlibat konflik perang di Timur Tengah dan negara lain, dengan ongkos triliunan dollar.  Sementara China sibuk bekerja dan melakukan riset serta inovasi.  Disaat AS dan Eropa terlibat perang geopolitik dengan berbagai negara, China membangun kolaborasi dan sinergi dengan Kawasan yang berada di lintas jalur sutera. Apa yang disebut dengan Belt Road Initiative.  China tidak bicara tentang idiologi dan demoraksi tetapi business win to win. 


China  membangun Jalur Kereta Api Chongqing–Xinjiang–Eropa. Rute ini melewati Kazakhstan, Rusia, dan kemudian ke Eropa Barat melalui negara-negara seperti Polandia, Jerman, dan Prancis, Turki.  China juga bangun jalur logistic dari Guangxie ke ASEAN. Jalur kereta barang ASEAN Express dengan rute yang melewati Thailand. Laos dan Malaysia terhubung dengan Singapore. China juga bangun Pelabuhan logistic di Afika, di Pelabuhan Kribi di Kamerun, Pelabuhan Lekki di Nigeria dan Pelabuhan Lomé di Togo.  China juga menguasai Panama sebagai jalur logistic Amerika selatan dan utara. 


Kemajuan China yang pesat melewati AS dan Eropa, ya karena factor budaya, kerja keras dan cinta damai. Itu aja jawaban pertanyaan diatas. Seharusnya bangsa Amerika belajar dari sukses story China ini untuk bisa bangkit dari ketertinggalan dari China dan menjadi American great again. Bukannya mengundang konflik yang hanya menunjukan kelemahan dan kebodohan.

Senin, 14 April 2025

Nasip IDR kedepan...?

 



Sejak pengumuman kebijakan tarif Trump yang baru pada 2 April 2025. Kemudian disusul oleh pengumuman retaliasi tarif oleh China pada 4 April 2025, Bursa utama di ASIA , Eropa , AS, crash. Yield US Treasury mengalami penurunan hingga jatuh ke level terendah sejak Oktober 2024. IDR di pasar offshore juga melemah diatas Rp. 17.000.


Sebelumnya saya tulis status di akun Sosmed saya agar BI jangan intervensi. Memang tidak saya jelaskan secara detail. Mengapa ? Karena saat crash kan USD menguat dan harga USTreasury jadi mahal, Yield sangat rendah. Orang jadikan UStreasury sebagai safe haven. Kan seharusnya IDR kuat, kok jadi berlawan posisinya? Artinya itu tindakan spekulatif. Jadi mudah dipahami keadaan pasar  NDF itu hanya menduga bahwa Cadangan devisa BI sebagian besar dalam bentuk USD. Makanya di-hit di pasar NDF, IDR melemah. 


Tapi rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 April 2025 memutuskan untuk lakukan intervensi. Pasar jadi tahu, bahwa Cadangan devisa kita banyak di USD. Nah, sejak minggu lalu yield US Treasury melonjak tajam. Tertinggi sejak tahun 2001. Karena Market sale down. Penjualan US Treasury diperkirakan menembus US$ 29 triliun atau senilai dengan Rp 486.910 triliun (US$ 1=Rp 16.790). Pelemahan terus berlanjut karena market mengkawatirkan kebijakan Trump akan menyeret AS ke dalam resesi.


Nah kemarin saat Indeks Dolar AS (DXY) merosot mendekati 99,50. Semua mata uang utama seperti Yuan, Yen, Euro, dan lainnya menguat. Mengapa justru IDR melemah?. Ya karena market sudah tahu penurunan DXY, juga penurunan terhadap nilai Cadangan Devisa BI. Apalagi BI melalui pasar SRBI menarik utang untuk meningkatkan Cadangan devisa. Memang akan membantu menguatkan IDR. Namun sangat rentan dalam kondisi tervolatilitas lebar.


Kedepan, kalau Yield US Treasury terus naik menandakan semakin murahnya harga US Treasury, itu juga meindikasikan menyusutnya cadangan devisa BI. Kalau BI tidak TopUp ( tambah utang ) Cadev, maka IDR akan terancam. Indikasi itu kuat sekali. Terutama kalau pertemuan PM Jepang dengan AS gagal mencapai kesepakatan penurutan tarif resiprokal, kemungkinan Jepang akan jual US Treasury di Market. Belum lagi kemungkinan China juga akan jual US treasury. Kan konyol jadinya.


Seharusnya sejak kemenangan Trump, BI sudah lakukan diversifikasi USD. Kan jelas apa yang dikatakan Trump saat kampanye dengan jargon politik proteksionisme nya. Yang saya kawatirkan BI terjebak dalam transaksi hedging lewat RepoLine dengan the Fed. Makanya saat USD melemah, BI harus TopUp Cadev. Moga dugaan saya salah. Kalah benar. Mate dah


Rabu, 09 April 2025

Predator dibalik Trump

 




Secara ekonomi dan politik jelas sulit memahami sikap Donald Trump terhadap kebijakan Tarif resiprokal kepada negara mitra dagang AS. Mengapa? Secara ekonomi, kenaikan Tarif resiprokal itu merusak asset kemitraan yang sudah dibangun oleh AS sekian decade lewat dibentuknya WTO. Itu proses yang tidak mudah. Tanpa keterlibatan soft power kelembagaan seperti IMF dan world bank, hampir tidak mungkin AS bisa menggiring hampir semua negara tunduk dalam konsesus Washington


Sekian decade AS menikmati pertumbuhan dan kemakmuran. Ekonomi AS efisien kala bertransformasi dari Industri low tech ke industry high-tech. Negara lain seperti Korea, Jepang, China, Taiwan dan lain lain, memanfaatkan transformasi ekonomi AS. Secara system kemitraan global terjadi efektif. AS mengekspor produk high tech dan mengimpor  consumer goods dengan harga murah. Perbedaan nilai tambah produk High-tech dibandingkan consumer goods tentu jauh sekali. Tetap aja AS diuntungkan dari globalisasi.


Secara politik USD menjadi mata uang dunia. Pemerintah AS menggunakan USD sebagai alat geopolitik dan geostrategisnya  untuk menentukan arah bandul ekonomi dunia. Ada istilah, kalau the fed batuk negara lain demam. Kalau the fed demam, negara lain stroke. Begitu perkasanya hegemoni AS secara politik dengan hanya menggunakan kekuasan system financialnya. Itu fakta yang tak terbantahkan. Tentu bukan berarti kesetiaan negara lain itu tanpa syarat. Itu karena system AS memang menjaga fairness dan transfaranse.


Nah pertanyaannya adalah mengapa Trump merendahkan martabat AS sebagai negara super power, pemenang perang dunia kedua dan negara tempat universitas terbaik di dunia? Dan mengapa banyak orang pintar dan anggota kongres Partai Republik mendukung agendanya, Make American great again. Apakah mereka kehilangan logika akademis dan politis untuk menghentikan kekonyolan Trump.  Terakhir mengapa mereka mau saja diajak berjudi di meja rolet!


Sebagai orang yang akrab dengan dunia hedge fund. Menurut saya sikap Trump itu tidak aneh. Dia tidak penting salah atau benar. Tujuannya adalah create issue berskala global. Pusat perhatian orang banyak tertuju kepada tarif resiprokal. Padahal sebenarnya agenda Trump bukan soal tarif. Perhatikan, saat Trump umumkan tarif, Pasar modal di bursa utama di Eropa, AS dan Asia tumbang, dan kurs melemah. Kalau kurs melemah tentu surat utang negara jadi murah dan Yield naik. 


Agenda Trump memang membuat murah surat utang. Dan memaksa the Fed  menurunkan suku bunga. Nah kalau the fed turunkan suku bunga, itu sama saja dengan relaksasi moneter. Para trader akan pinjam uang untuk trading surat utang negara lain. Uang akan mengalir ke luar AS menjadi stimulus negara lain mengamankan cash flow nya. Kebayang, kan berapa besarnya profit yang didapat oleh Trader. Dan pada waktu bersaman ketergantungan negara lain kepada USD semakin besar. Ya American great again. Financial hegemony, artinya hegemoni dunia.


Sejak Trump mencalonkan diri sebagai Presiden dan terpilih 2017, Warren Buffett menjual portfolionya secara berlahan lahan. Sampai dengan tahun 2025 sudah mencapai US$334 miliar atau sekitar Rp5.529 triliun. Dia lebih memilih kumpulkan uang tunai daripada belanja saham. Mengapa ? dia sudah tahu siapa dibalik Donald Trumps dan apa agenda mereka. Walau buffett tahu agenda itu tidak mudah. Namun dia tahu mereka serius dan mempersiapkannya sudah lama.


Tampilnya Trump di panggung US-1 berkat tiga orang billioner. Yaitu Ken Griffin dan Paul Singer, Timothy Mellon. Semua tahu bahwa Griffin dan Singer adalah pengelola hedge fund terkemuka di dunia. Kedua orang ini tidak sepi dari skandal. Sementara Mellon adalah pewaris dari Mellon Bank. Kita semua tahu bahwa Mellon Bank adalah pengelola The Fed khusus bank Custodian, tempat asset berupa surat utang negara manapun disimpan dan diperdagangkan lewat leverage. 


Ken Griffin, Paul Singer dan Timothy Mellon adalah orang yang membesarkan Elon Musk. Walau kerajaan bisnis Musk tidak ada yang profitable, hanya future illusion namun berkat tiga orang itu, nilai sahamnya melambung di luar batas rasional. Keberadaan Elon Musk dalam kabinet Trump, hanya bertindak sebagai proxy dari tiga orang itu. Makanya sebelum tarif diumumkan Musk sudah mengatakan akan mundur setelah 130 hari menjabat. Saat itu misinya sudah selesai. Walau dalam pernyataannya Elon Musk berbeda pendapat soal kenaikan Tarif, itu hanya drama. Termasuk dia merasa dirugikan akibat Tesla jatuh di bursa.


Sudah 50 negara minta ketemu dengan Trump untuk berunding soal Tarif resiprokal, namun Trump meminta mereka menghapus non tariff barrier. Ini syarat yang tidak mudah diterima oleh negara lain. Karena menyangkut kedaulatan negara dalam mengelola kepentingan geostrategis dan geopolitiknya dalam perdagangan international. Kalau itu dihapus, ya sama saja dengan melucuti kedaulatan negara lain. 


Artinya bagi Trump, tarif itu bukan big deal. Tujuanya memang melumpuhkan moneter negara dan pada waktu bersamaan mencengkramkan hegomoni dalam bidang ekonomi dan Politik. Kalau karena itu rakyat kelas menengah AS menjerit akibat harga consumer goods melambung. Produk petani menumpuk tidak dibeli China. Inflasi terkerek naik. Yield T-Bill naik. Apa peduli Trump. Dia bukan hanya ingin menguasai dunia, tetapi juga AS. Jauh diseberang benua ada Naga merah, China. Apa dikira China engga tahu agenda Trump? Apa semua elite AS bego semua. Kan engga. Entar liat aja, siapa yang jatuh. Trump atau China.

Mengapa China besar ?

  Bagaimana China bisa cepat sekali menguasai tekhnologi maju. Padahal tahun 1970an masih tergolong negara agraris yang miskin.   Sementara ...