Sabtu, 27 Juni 2020

Ketuhanan yang Berkebudayaan ?


Pasal 7 dalam RUU HIP terdapat frasa "Ketuhanan yang Berkebudayaan”.  Beberapa pihak protes soal frasa itu. Mereka anggap frasa itu menghilangkan nilai agama pada Pancasila. Padahal kalau berangkat dari keberadaan Pancasila, maka sebetulnya Pancasila itu bukan pedoman beragama tetapi pedoman bernegara, yang disebut dengan filsafah. Kalau persepsi tentang Pancasila itu ajaran agama, artinya kita terjebak dengan negara agamais. Engga begitu. Sebaliknya kalau persepsi Pancasila itu sekuler, kita akan menapik eksistensi Agama. Tidak juga tepat.  Yang harus dipahami bahwa pancasila itu filsafah. Cukup. Tidak perlu dipersepsikan ke kanan atau ke kiri. Mengapa? dari persepsi agama, Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama. Dari persepsi sekular, Pancasila tidak bertentangan dengan kebenaran universal.

Untuk memperjelas tentang RUU HIP, ada baiknya kita pahami perbedaan frasa: budaya dan kebudayaan. Perbedaan frasa :  tuhan dan Ketuhanan. Ini penting agar kita bisa mendudukan persoalan dengan tepat, dan tentu tepat juga bersikap atas polemik. KIta tidak bisa bersikap dengan asumsi dan persepsi sendiri tentang RUU HIP. Karena RUU itu dilengkapi dengan kajian akademis, yang tentu sudah mempertimbangkan semua aspek akademis terhadap perlunya RUU itu. Saya tidak dalam posisi membela atau menolak. Saya hanya minta kita semua berpikir jernih dalam menghadapi polemik politik kebangsaan. Perbedaan itu biasa dalam demokrasi. Tetapi jangan karena perbedaan itu kita jadi hakim diatas asumsi dan persepsi yang salah. Dan tentu jangan sampai menjadi sumber masalah. Nah saya akan bahas soal frasa itu.

Pertama, Budaya itu berhubungan dengan tradisi yang sudah ada turun temurun secara genetis. Contoh orang suka sex, baju bagus, rumah bagus, harta, uang, itu budaya. Sementara kebudayaan itu adalah nilai nilai atau akal budi , kepercayaan yang ada pada budaya itu. Contoh orang suka, sex, kebudayaan mengatur tradisi menikah.  Orang pakai baju bagus, kebudayaan mengatur pakaian yang sopan. Apapun modelnya terserah saja.  Orang suka harta, kebudayaan mengatur soal moral dan etika dalam mendapatkan harta. Orang suka kekuasaan, kebudayaan mengatur soal kejujuran, amanah dan taggung jawab. Untuk lebih lengkapnya anda bisa baca buku " Teori Budaya" yang ditulis oleh David Kaplan dan Robert A. Manners

Kedua, setelah kita pahami apa beda budaya dan kebudayaan. Sekarang kita pahami apa itu Tuhan dan Ketuhanan. Bahwa tuhan itu bukan terminologi agama. Bagi islam tidak ada tuhan, selain Allah. Begitu juga umat kristen , dan lainnya. Bagaimana dengan ketuhanan? Ketuhanan itu bukan terminologi spesifik pada agama tertentu. Tetapi itu adalah konsep filsafah memahami Tuhan. Lebih kepada keyakinan yang bersumber pada pengetahuan ilmiah sehingga dapat diuji kebenarannya. Maka ketuhanan merupakan suatu kebenaran yang dapat diterima oleh akal pikiran dan kaidah-kaidah logika. Untuk lebih jelas anda bisa baca buku " Filsafat Ketuhanan Studi Relasi Tuhan dan Manusia", oleh  Gazali. 

Nah sekarang kita sampai pada frasa “ ketuhanan yang berkebudayaan”.   Perhatikan frasa itu, “ketuhanan”, bukan “tuhan”. “Kebudayaan”, buka “budaya”. Mengapa ? karena terminologi tuhan itu adalah berhubungan dengan budaya. Anda suka uang. itu budaya. Anda suka sex , itu budaya, Anda suka harta, itu budaya. Anda suka baju bagus, itu budaya. Anda menghormati patron atau tokoh agama, itu budaya. Anda suka kekuasaan, itu budaya.  Yang jadi masalah adalah apabila budaya budaya itu menjadi Tuhan.  Orang bijak berkata " jangan mentuhankan harta, mentuhankan istri, mentuhankan uang, mentuhankan kekuasaan atau patron. Karena itu semua berhala. Peradaban akan hancur kalau kita menyembahnya. Karena jelas tidak sesuai dengan "Ketuhanan yang berkebudayaan" yang mengharuskan tunduk kepada nilai nilai  kebudayaan yang bertumpu kepada etika, moral, norma atau akal dan budi. 

Nah kembali kepada pertanyaan, mengapa ada tokoh agama justru yang menentang istilah Ketuhanan berkebudayaan? Teman saya menjawab pertanyaan ini "  karena mereka sudah jadi tuhan. Mana mau mereka menerima konsep ketuhanan berkebudayaan. Sama halnya ex orba juga menentang. Karena mereka pernah merasakan jadi tuhan di negeri ini. Jadi tuhan itu enak. Tanpa kerja bisa kaya raya dan punya selir banyak. Persepsi mereka sudah terbentuk bahwa Pancasila itu pintu masuk mendirikan khilafah atau negara islam. Yang memang orientasinya kepada mentuhankan diri dan kekuasaan dihadapan rakyat." Saya tidak sepenuhya setuju. Karena perbedaan pendapat itu diakui dalam sistem demokrasi. Biasa saja.

Tetapi memang banyak orang menentang HIP sebetulnya mereka sendiri tidak paham struktur UU dan dasar konsiderannya. Mereka pikir UU HIP itu akan mengubah Pancasila. Pancasila itu dasar dari dasar UUD45. Bagaimana mungkin UU HIP bisa mengubah Pancasila?. Jadi itu cara berpikir yang tidak tepat. Mereka mempermasalahkan dalam RUU HIP tidak ada konsideran TAP MPRS XXV Tahun 1966 tentang larangan PKI dan ajaran komunis. Padahal tap MPRS XXV itu sudah ada pada  ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 sebagai konsideran RUU HIP.  Karena tahun 2003, semua TAP MPRS digabung dalam TAP MPR. 

Jumat, 26 Juni 2020

Perasaan kalah dan kecewa

Mengapa ada ormas Islam yang sangat membenci PKI. Bahkan sangking bencinya mereka memvisualkan PKI yang sudah mati itu dalam bentuk photo, demo dan ujaran kebencian yang tak ada habis habisnya. Yang anehnya, kebencian kepada PKI itu hanya tertuju kepada China bukan ke vietnam yang juga komunis atau korea utara. Padahal komunisme itu sumbernya adalah Rusia. Bukan itu saja, kalaulah mereka membenci Komunisme atas dasar agama, kenyataanya di beberapa negara islam ada partai komunis. Tidak ada masalah. Saya sebetulnya sudah banyak membahas soal ini. Namun saya akan tulis melalui pendekatan psikologi. Kalau dikaitkan ini dengan politik ya terserah aja.  Karena kebencian yang terstruktur dan sistematis memang kerja politik. Orang awam engga mungkin bisa lakukan itu. 

Dalam ilmu psikologi ada penyakit kejiwaan yang namanya Inferiority Complex. Apa itu ? sebuah kondisi psikologis (tingkat alam bawah sadar), ketika suatu pihak merasa inferior/lemah/lebih rendah dibanding pihak lain, atau ketika ia merasa tidak mencukupi suatu standar dalam sebuah sistem. Kondisi kejiwaan ini biasanya berujung kepada kompensasi atau pemujaan yang berlebihan pada suatu pencapaian atau tendensi untuk mencari pengakuan atau apresiasi dari suatu pihak.

Semua tahu bahwa gerakan primordial islam dari waktu ke waktu kehilangan nilai jual. Karena zaman berubah sejak ulama pakai Pajero dan Moge. Ukuran kehormatan bukan lagi sorban tinggi tetapi  fulus. Pada waktu bersamaan mayoritas umat islam hidup terperangkap dalam kemiskinan. Sementara etnis China yang ada di Indonesia hidup mapan secara ekonomi. Bukan itu saja. Di luar negeri , negara yang penduduk mayoritas islam kalah telak dengan China yang komunis. Bahkan Turki yang menjadi simbol gerakan khilafah ternyata bersenggama dengan China. Jangankan menggunakan emas sebagai mata uang, malah Turki ikut sistem mata uang China. Arab yang merupakan penjaga dua kota suci, juga berpelukan erat dengan China. 

Di Indonesia walau riak menggema sangat keras dalam PEMILU, ternyata gabungan partai islam tidak ada yang bisa mengalahkan PDIP yang tidak membawa bendera Islam. Bahkan Capres yang diusung dan didukung fatwa ulama juga keok berhadapan dengan Jokowi yang di usung oleh PDIP.  Lantas apa yang tersisa untuk mereka banggakan? tidak ada. Yang ada adalah semakin dalamnya sikap inferior complex. Dan kalau ada gerakan bela pancasila seraya mendiskriditkan PDIP dan anti PKI, serta ikut menyuarakan anti TKA China, itu harap maklumi saja. Orang yang terjebak dalam inferior complex selalu merasa insecure dan selalu paranoid. Makanya mereka berusaha melakukan hal yang bisa menunjukan aktualisasi dirinya lewat Demo, sekedar melipur diri dalam kekalahan dan kekecewaan. Dan jangan berharap mereka akan intropeksi diri. Jadi kembali kita harus maklumi. Kasihani mereka..

Senin, 22 Juni 2020

Sejarah takdir...



Kadang sejarah mengecoh karena ia ditulis berdasarkan persepsi yang lebih dulu terbentuk, Bukti dan naskah dicari agar penulisan sejarah bisa sama dengan persepsi. Begitulah kehidupan ini. Kebenaran sejarah akan selalu subjektif.  Revolusi Bolshevik itu tidak pernah dipersiapkan dengan matang. Mengapa ? Lenin bukanlah orang terpelajar. Sejak kecil sampai dewasa dia tidak pernah sukses dalam hal apapun. Ketika awal kerusuhan besar melanda Rusia, Lenin sedang berada di Siberia. Sementara Stalin sedang berada di Swiss.  Semua elite Bolshevik pada cari selamat masing masing. Karena mereka memang sedang diburu oleh Raja Tsar Nicholas II. Aksi massa jutru dipicu oleh emak emak dalam jumlah besar turun ke jalan. Mereka menuntut ketersediaan gandum, yang semakin langka. Tidak ada yang mengorganisir. 

Aksi damai emak emak itu terjadi spontan. Tentara, atas perintah Raja Tsar mengeluarkan tembakan guna membubarkan massa. Tentu korban berjatuhan. Keadaan ini memancing amarah kaum buruh. Sejak itu kerusuhan terus terjadi bergelombang. Dan ketika sudah meluas, barulah para tokoh oposisi keluar dari sarangnya. Mengambil kesempatan di tikungan. Kalau akhirnya terjadi apa yang disebut dengan Revolusi Bolshevik, itupun tidak jelas. Karena manifesto komunis, bukan buah karya Lenin dkk. Tetapi copy paste dari tulisan Karl Mark. Sementara Karl Marx sendiri semasa hidup, pemikirannya tidak laku. Kebetulan hanya dibaca oleh orang semacam Lenin, yang secara pribadi hidup dalam depresi. Selanjutnya rezim komunis mempertahankan kekuasaanya dengan kekuatan intelijen dan membunuh siapa saja yang menentang.

Samahalnya dengan lahirnya Komunisme di China, itu karena Mao Zedong gagal masuk universitas Wuhan. Ia bekerja di perpustakaan. Saat itulah dia membaca buku Karl Mark. Secara diam diam Mao terlibat dalam diskusi dengan mahasiswa. Idiologi apa yagn pantas untuk China paska Dinasti Mancu tumbang? Diantara mereka setuju dengan pemikiran Mao tentang komunisme dan ada juga yang tidak setuju. Tumbangnya dinasti Manchu pada akhir 1912 merupakan tonggak awal perubahan pola pikir rakyat Cina yang menjadi lebih modern dengan paham demokratis dan nasionalis yang berdampak pada pergerakan nasional rakyat Cina menghapus kebiasaan feudal yang berlangsung berabad-abad. Revolusi ini dipimpin oleh seorang revolusioner bernama Yuan Shin-Kai yang diangkat menjadi Presiden di pemerintahan baru. Namun, pemerintahan yang dijalankannya bersifat diktator bahkan membubarkan sistem parlemen di Cina. Chaos terjadi. Pemeritahan tumbang, apalagi ditambah dengan imperialism Eropa dan Jepang. 

Hingga munculah gerakan nasionalis di bawah Sun Yat-sen. Kalau akhirnya Partai Komunis bergabung dalam front nasional, itu tanpa bargain apapun. Karena memang tidak ada peran rakyat kecil terlibat dalam revolusi. Namun pemerintahan Kuomintang tidak bekerja sesuai kehendak rakyat. Korupsi terjadi meluas. Terjadi perpecahan ditubuh militer yang tidak bisa menerima sistem yang korup. Militer yang menentang Pemerintah menjadikan Mao sebagai kendaraan. Populeritas Mao terjadi berkat dukungan militer. Perang saudara meletus di China, itu antara militer yang pro dan kotra pemerintah.  Pemerintah Kuomintang kalah. Sebelum Beijing jatuh, para elite Kuomintang sudah lebih dulu menjarah harta negara dan melarikannya ke Taiwan.  Setelah itu China tidak punya apa apa kecuai rakyat. Saat itulah militer minta Mao tampil. Coba, andaikan Kuomintang tidak melarikan diri dan China tidak kehabisan kas, mungkin yang berkuasan adalah militer, bukan partai komunis.

Pada 16 Agustus  1945, malam hari, Soekarno dan Hatta, diundang ke kediaman Laksamana Maeda, Jalan Imam Bonjol Nomor 1. Rumah ini dipakai Soekarno untuk rapat menyusun naskah proklamasi. Maklum ketika itu keamanan Jakarta sangat mencekam. Tentara Jepang walau sudah kalah terhadap sekutu namun punya kewajiban menjaga wilayah Indonesia sampai terjadi handover ke sekutu. Perwira Jepang itu mengizinkan lantai dua rumahnya digunakan tempat meeting. Yang hadir dalam rapat itu adalah anggota PPKI. Para pemuda pejuang dan tokoh terpelajar. Memilih rumah perwira Jepang untuk rapat adalah cara aman, apalagi rapat menyusun naskah kemerdekaan. 

Namu setelah naskah Proklamasi selesai dibuat, Hatta minta agar semua yang hadir ikut menanda tangani naskah itu. Suasana hening. Tidak ada satupun yang bersedia teken. Karena saat itu situasi sangat mencekam, dan resiko dibedil Jepang juga besar, dan situasi serba tidak pasti,  para perserta rapat PPKI itu meminta Soekarno dan Hatta saja yang teken. Padahal kalaulah semua anggota PPKI itu tanda tangan naskah proklamasi, belum tentu yang jadi presiden adalah Soekarno. Andaikan Jepang sebagai pemenang perang terhadap sekutu dan Jepang melaksanakan janjinya memerdekakan Indonesia, mungkin para anggota PPKI itu berebut ingin teken.

Setelah itu revolusi bau amis darah pun pecah. Aksi massa merebut senjata Jepang berlangsung disetiap kota. itu bukanlah karena peran anggota PPKI tetapi memang terjadi begitu saja akibat kemarahan rakyat yang lapar. Sifat represif tentara Jepang  terhadap gelombang aksi, itu justru semakin memperbesar api revolusi sehingga tidak bisa lagi dipadamkan. Paska krisis jatuhnya Lehman tahun 2008 dan kemudian terjadi gelombang krisis keuangan global, yang puncaknya tahun 2013. Tahun 2014 Pemilu digelar. Saat itu  Kas negara negatif. Tidak banyak elite yang berani tampil. Maka munculah Jokowi yang bukan elite politik ke panggung politik.  Orang memilih Jokowi bukan karena ia PDIP tetapi orang muak dengan elite politik Orba yang masih eksis di era reformasi. Andaikan tidak ada krisis, dan ekonomi baik baik saja, saya yakin Jokowi tidak akan tampil. 

Setiap pemimpin lahir pada massanya bukan karena dia hebat, tetapi karena tangan Tuhan.   Dan jatuhnya pemimpin juga karena Tuhan. Hubungan sebab akibat terjadi secara spontan juga. Dan mereka menjadi hikmah bagi semua orang. Dalam bukunya, Tan Malaka menuliskan bahwa revolusi lahir secara alami dan tidak bisa diciptakan oleh tokoh politik, sedang motor utamanya adalah rakyat yang tertindas atau yang disebut massa aksi.

Sabtu, 20 Juni 2020

Siapa Arsitek Politik Indonesia?

Sebelum Jepang masuk tahun 1942, di Nusantara ini sudah ada kerajaan atau kesultanan. Keberadaan mereka di bawah koloni Belanda. Awalnya kehadiran PMA ( VOC) dilegitimasi oleh kerajaan atau kesultanan yang ada di Nusantara. Dari abad 17 dan 18, Belanda merupakan republik. Kemudian Belanda dijajah oleh Prancis, di bawah Napoleon. Ketika Belanda merdeka dari Prancis dan mendirikan sistem monarki, VOC bankrut dan diserahkan kepada Belanda. Belanda resmi menjadikan nusantara sebagai koloninya tahun 1813. Itupun tidak semua wiilayah yang jadi koloni Belanda. Aceh hanya jadi koloni Belanda selama 38 tahun dan Bali selama 36 tahun. Yang sampai 340 tahun jadi koloni Belanda hanya Maluku dan Banten/Jakarta.  

Selama 340 tahun Belanda di Indonesia lebih kepada kepentingan bisnis dan kebetulan para keluarga kerajaan dan bangsawan memberikan dukungan secara langsung. Ya mutual simbiosis. Kadang kerajaan membutuhkan perlindungan dari Belanda atas serangan dari kerajaan lain. Atau Belanda ikut membantu proses suksesi pengeran, yang kadang berujung perang saudara. Ya seni adudomba agar hanya pengeran yang loyal ke Belanda saja yang naik tahta. Situasi inilah yang membuat kaum terpelajar geram. Mereka bukan hanya tidak suka dengan Belanda tetapi juga tidak suka dengan kaum bangsawan dan kerajaan yang berkolaborasi dengan Belanda, yang membuat rakyat semakin miskin

Lantas siapa dan bagaimana sampai muncul gerakan persatuan Indonesia, bukan persatuan para kerajaan atau kesultanan di Nusantara ini? Sebetulnya gerakan itu diawali oleh Gerakan Sarekat Islam dari seorang HOS Tjokroaminoto.  Sementara Tjokroaminoto sendiri terinspirasi oleh paham pembaharuan islam dari KH Ahmad Dahlan ( Pendiri Muhammadiah)  dan Kh Hashim Ashari ( pendiri NU). Bahwa Islam bukan hanya urusan ritual tapi juga harus bertanggung jawab melakukan perubahan politik untuk tegaknya kalimah Allah. Sementara KH Ahmad Dahlan dan Kh Hashim Ashari  terinspirasi oleh guru mereka yang sama yaitu  Syaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi Rahimahullah. Ia adalah seorang ulama Indonesia asal Minangkabau. Ia lahir di Koto Tuo, Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatra Barat. Jadi kalau boleh disimpulkan, arsitek pembaharu politik di Indonesia adalahSyaikh Ahmad Khathib Al-Minangkabawi.

HOS Tjokroaminoto punya rumah kos yang menampung para pelajar dari luar kota. Diantara pemuda yang ngekos itu adalah Sukarno, Alimin, Musso, Suherman Kartosuwiryo, dan Soemaoen. Selama ngekos itu mereka sering mendengar diskusi antara Tjokro dengan tokoh nasional seperti KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Ashari, KH Mas Mansyur. Dari diskusi ini para pemuda itu tahu bagaimana menggunakan politik sebagai alat mencapai kesejahteraan rakyat. Mereka belajar tentang bentuk-bentuk modern pergerakan seperti pengorganisasian massa dan perlunya menulis di media. Mereka juga belajar bagaimana berorasi mempengaruhi massa dari atas panggung. Setiap hari diantara mereka sering terlibat diskusi cerdas.Saya membayangkan diskusi tiga pemuda itu waktu ngekos di Rumah Tjokro, tentu seru sekali. Karena mereka satu guru dan motivator politik tapi dengan tingkat kecerdasan sama dan semangat juga sama.

Dari tempat kos di rumah Tjokroaminoto itulah lahir tiga golongan dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Satu, gerakan Darul Islam oleh seorang Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Yang sampai sekarang basis pengikutnya masih kuat di Aceh, Sulawesi, Jawa Barat. Kedua, gerakan Komunis oleh pemikiran seorang Samaoen, Musso. Yang kini ajarannya dinyatakan terlarang oleh UU. Ketiga, sosio-nasionalisme dari pemikiran seorang Soekarno. Hebatnya ketika menghadapi Belanda mereka kompak. Bahkan Tjokroaminoto sendiri di era Kolonial pernah aktif dalam PKI. Dalam perkembangannya Seokarno sendiri pernah menggabungkan pemikiran tiga sahabatnya itu dalam front nasional bernama NASAKOM. Tetapi kemudian mereka bertiga itu berpisah jalan. 

Saya juga membayangkan gimana perasaan Soekarno ketika memerintahkan eksekusi mati untuk Kartosoewirjo karena menjadi tokoh pemberontakan DII/TII dan memerintahkan Tentara menembak mati Musso karena pemeberontakan PKI di Madiun. Mereka semua sahabat dekat Soekarno. Menurut cerita, waktu teken perintah eksekusi mati untuk Kartosoewirjo, Soekarno menangis. Saya juga yakin, kalau yang jadi Presiden adalah Kartosoewirjo, mungkin akan melakukan hal yang sama, yaitu mengeksekusi Soekarno dan Muso. Atau kalau Muso yang jadi Presiden, Soekarno dan Kartosoewirjo pastilah juga dibunuh.

Pertanyaannya adalah mengapa mereka bertiga itu sampai terbelah pemikirannya? Kalau anda belajar teologi Islam, memang sudut pandang Darul Islam atau khilafah, komunis, sosio-nasionalisme, punya dalil yang kuat dalam Islam.  Itu sebabnya tiga golongan ini tidak protes waktu dicetuskan falsafah negara Indonesia itu Pancasila. Walau sejarah paska kemerdekaan mencatat, Darul Islam atau Khilafah atau NI sudah terlarang, dan Komunis juga terlarang. Namun pemikiran mereka tidak pernah hilang. Mau bukti? liat aja soal RUU Haluan Indiologi Pancasila, dua golongan itu yang ribut duluan. Mengapa? hanya dengan Pancasila pemikiran mereka tetap hidup. Kalau ada Haluan idiologi Pancasila, maka tamatlah mereka, dan yang menang adalah sosio-nasionalisme.

Kamis, 18 Juni 2020

Agama dan Kebudayaan.


Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah, saat itu Madinah menjadi kota kosmopolitan. Semua agama ada di Madinah. Semua etnis juga ada. Maklum Madinah menjadi pusat niaga. Apakah Nabi mengubah pakaiannya agar berbeda dengan Abu Lahab atau Abu Sofian yang anti Islam? tidak. Nabi tetap menggunakan pakaian sesuai dengan budaya Arab, budaya lokal. Suatu saat Nabi melihat seorang pemuda mencukur sedikitnya janggutnya. Nabi berkata, kamu akan keliatan gagah kalau pakai janggut. Begitu cara Nabi mempertahankan budaya Arab. Karena orang Yahudi  etnis Romawi kebanyakan tidak pakai Janggut. Jadi pakai janggut itu bukan sunah tetapi simbol  bahwa Nabi menyiarkan Agama lewat kebudayaan yang sudah ada. Bahkan  jilbab dan baju gamis muslimah ketika itu adalah budaya wanita bangsawan Arab. Lantas apa yang sebetulnya berbeda? hanya soal persepsi dan hakikat Tauhid, yang output nya adalah Cinta, atau akhlak. 

Buah karya akal adalah kebudayaan. Dalam islam, menyebutkan bahwa agama itu hanya untuk orang berakal ( QS Ar Ra’d  [  13  ]  :  19). Artinya kalau fungsi akal tidak ada, orang itu tidak perlu agama. Orang tak berbudaya tidak perlu agama. Karena dia tak ubahnya dengan orang gila. Agama baginya sebagai sumber masalah bagi orang lain. Fungsi akal itu hanya ada apabila logika jalan, dengan dasar dialektika. Dengan demikian membebaskan ilmu pengetahuan untuk mencapai potensialitas yang sebenarnya. Logika gaib seharusnya dilawan dengan logika yang sebenarnya dan karena itu perubahan terjadi, keberadaan Tuhan diagungkan. Agama bukan tujuan tetapi hanya metodelogi mendekati Tuhan.

Kearifan dan kecerdasan para ulama tempo dulu dalam memperkenalkan islam di Indonesia sangat luar biasa. Budaya keseharian yang sudah menyatu dengan hindu dan animisme di modifikasi mereka agar sesuai dengan nilai nilai islam tanpa menghilangkan budaya itu sendiri. Itu sebabnya walau ketika itu yang berkuasa adalah raja Majapahit yang hindu namun Majapahit tidak melihat Islam sebagai ancaman. Karena itu islam cepat menyebar ke seluruh pelosok negeri ini. Sehingga jadilah islam yang bernuansa Indonesia. Aqidah itu tertanam dalam diri mereka dan malu bila dilanggar. Malu itu adalah esensi dari iman itu sendiri. 

350 Tahun Indonesia dijajah oleh Belanda. Dan selama itu kaum misionaris yang dibiayai kerajaan dan vatikan terlibat aktif menyebarkan agama di Indonesia. Tapi apakah selama 350 tahun mayoritas orang Indonesia pindah agamanya ke kristen atau katolik ? atau seperti sebagian orang Libanon yang Islam pindah ke Kristen ortodok karena di bawah kendali Barat. Tidak kan?. Keberadaan islam sebagai agama di Indonesia tetap di hati rakyat. Tetap dengan budaya Indonesia. Tidak pakai janggut dan baju gamis. Para wanita enjoy saja dengan pakaian kebaya. Mengapa ? Karena islam diperkenalkan oleh para ulama tempo dulu melalui perkawinan kebudayaan. Sama seperti rasul memperkenalkan Islam di Arab, tanpa mengubah budaya arab. Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk pindah agama.

Makanya jangan kaget bila para pendiri negara kita menyebut Indonesia dengan sebutan yang sangat mesra dan sakral. Apa itu ? IBU PERTIWI. Karena bagi budaya Indonesia mencintai Ibu adalah sama dengan mencintai Tuhan. Dan Tuhan berkata bahwa sorga itu ada di bawah telapak kaki ibu. Suatu perpaduan yang luar biasa. Kehebatan Soekarno dan Hatta bersama para pendiri negara ini membuat Indonesia merdeka karena kepiawaian mereka menggunakan emosi budaya yang diawali dengan sumpah pemuda, bukan sumpah syariah islam.

Kemerdekaan kita bukan karena bersatunya kesultanan Islam di Indonesia atas dasar perjuangan syariah. Justru kalahnya kesultanan Islam di hadapan Belanda karena mereka gagal bersatu atas nama agama dan sehingga mudah diadu domba oleh Belanda. Tapi seorang Soekarno bersama sahabatnya yang tampa tahta mampu merebut kemerdekaan dari kolonial Belanda. Mengapa ? Mereka mengenal budaya Indonesia dengan baik dan merebut hati rakyat melalui budaya itu. Maka bersatulah rakyat dari berbagai golongan, agama dan suku, dalam barisan yang tertip termasuk umat Islam menuju perang rakyat semesta mengusir penjajah. Itu karena Pancasila sebagai alat persatuan, adalah kebudayaan yang mengikat semua orang Indonesia. Jadi kalau ada orang anti budaya Indonesia dan berusaha memisahkan budaya dan agama, itu artinya dia sedang berusaha menghancurkan persatuan Indonesia dan komunitas islam. Itu pasti upaya yang sia sia.  terbukti dalam sejarah paska kemerdekaan, setiap ada pemberontakan termasuk dari golongan agama sekalipun,   selalu gagal. 

Rabu, 17 Juni 2020

Tuhan dan Atheisme


Tadi saya diskusi dengan teman. Kebetulan kami berdiskusi soal polemik sekitar HIP atau haluan Idiologi Pancasila. “ Kamu tahu, kalau baca Pancasila dan UUD 45 pasal 29, sebetulnya design Pancasila itu lahir dari pemikiran Atheisme. “ Katanya. Saya sempat bengong. Berani amat nih teman membuat kesimpulan seperti itu.  Coba pahami, lanjutnya. Kalaulah Pancasila itu didesain sesuai dengan ajaran salah satu agama. Pasti sampai sekarang kita tidak akan pernah merdeka. Tidak akan ada persatuan di Indonesia. Karena memang tidak ada persamaan persepsi diantara golongan agama. 

Apa hubungannya dengan Atheisme? Bukankah Atheisme itu anti Tuhan? Tanya saya. Dengan tersenyum dia katakan, atheisme bukan anti Tuhan. Mereka menolak persepsi Tuhan seperti ajaran agama. Kaum atheisme menempatkan agama bukan kebenaran absolut tetapi sebagai sebuah dialektika. Mereka percaya eksitensi Tuhan sebagai hal yang Transenden. Namun mereka menolak definisi Tuhan seperti ajaran Agama. Bagi mereka persepsi Tuhan itu melewati akal ; Tuhan tak berbilangan satu , dua atau tiga atau banyak. Bukan Tuhan itu atau ini. Tuhan  tak terdefinisikan. 


Dalam dimensi semesta, apapun itu hanya persepsi, yang selalu berujung kepada nihil ( ketiadaan), dan kembali kepada diri sendiri.  Misal Mangga. Warnanya kuning. Rasanya manis. Kalau dibanting terdengar suara lembut. Warna kuning itu bukan karena mangga. Tetapi karena mata.  Rasa manis itu bukan karena mangga tetapi karena lidah kita. Suara itu bukan karena mangga tetapi karena telinga kita. Andaikan kita tidak ada mata, telinga dan lidah. Apakah mangga itu ada? Kan engga ada.  Artinya mangga itu hanya konsepsi. Sementara rasa manis, suara, dan warna itu hanya persepsi. Konsepsi itu bukan eksistensi itu sendiri dan persepsi hanyalah fiksi. Memahami tentang materi saja kita gagal apalagi mau mendefinisikan Tuhan.

Nah dengan pendekatan ini, sila pertama dalam Pancasila ditetapkan, dengan menyebut Tuhan Yang Maha Esa. Esa itu merujuk pada bahasa sansekerta, yang bentuk kata bendanya adalah Etad artinya, as this, as it is, the. Singkatnya nirmakna.  Nirmakna artinya persepsi Tuhan tidak merujuk spesifik kepada salah satu agama. Tetapi secara universal, tentang humanisme, rasionalisme, dan naturalisme, dan itulah pemahaman kaum atheis. Bahasa romantisnya “ kita memang berbeda persepsi tentang Tuhan namun satu dalam kemanusiaan. Apakah ada yang lebih tinggi dari kemanusiaan? Orang beragama dianggap tidak ber Tuhan bila tidak ada nilai kemanusiaan.

Lantas mengapa sampai semua agama di Indonesia menerima persepsi Tuhan seperti kaum Atheis itu? Tanya saya semakin penasaran. Menurutnya ajaran agama yang tertuang dalam kitab mulia itu, diterjemahkan oleh kaum agama dalam teologi.  Apa itu teologi ? Teologi adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia di hadapan Tuhan, Yang mutlak dan Yang suci, yang diakui sebagai Sumber segala kehidupan di alam semesta ini. Bahwa Tuhan satu seperti dalam islam, Yesus anak Tuhan seperti Kristen, Dewa dewi dalam ajarang Budha dan Hindu, itu bukanlah definisi tentang Tuhan yang diimani. Itu hanya teologi. Ya dalam konteks teologi semua agama punya esensi yang sama tentang Tuhan.

Makanya ketika sila pertama ditetapkan sebagai Ketuhanan Yang Maha Esa, semua golongan agama, sepakat. Jangan kaget bila Pancasila tidak tertuju kepada prilaku ideologi apapun dan agama apapun. Ya sama dengan atheisme. Jadi kalau ada orang berusaha menyeret Pancasila seperti persepsi agama tertentu, atau idiologi tertentu, pasti akan tertolak dengan sendirinya. Pasti kacau pemahamannya. Tetapi sebagai sebuah kebenaran yang universal, Pancasila teruji dalam konteks teologi agama atau idiologi apapun. 

Saya mengakhiri diskusi itu dengan tersenyum, membayangkan kaum agama yang menolak Haluan Idiologi Pancasila. Ingat juga kata Tan Malaka, " 
Ketika saya berdiri di depan Tuhan saya adalah seorang Muslim, tapi ketika saya berdiri di depan banyak orang saya bukan seorang Muslim, karena Tuhan mengatakan bahwa banyak iblis di antara banyak manusia! Secara romantis seperti ungkapan ini, “ hubungan saya dengan Tuhan itu masalah privat. Tidak perlu dibahas dan dibicarakan apa agama saya. Namun liatlah prilaku saya tentang  kemanusiaan yang adil dan beradab,  suka dipersatukan tanpa meliat perbedaan, gemar bermusyawarah demi kabaikan, dan cenderung kepada keadilan sosial. Kalau itu tidak nampak, apakah pantas saya menyebut diri sebagai orang beragama dan berTuhan? 

Senin, 15 Juni 2020

RUU Haluan Idiologi Pancasila (HIP


Yang jadi masalah sejak kita merdeka adalah soal idiologi.  Walau sebelum negara merdeka, semua dalam barisan yang sama, namun setelah merdeka, terjadi perbedaan sikap antar kekuatan politik di Indonesia. Kelompok Islam menganggap bahwa syariah islam tidak bertentangan dengan Pancasila. Justru yang menentang syariah islam, bisa dianggap anti Pancasila. Kelompok komunis menganggap bahwa ajaran komunis adalah Pancasila yang berhubungan dengan keadilan sosial dan gotong royong.  Kelompok nasionalis lain lagi. Mereka anggap NKRI harga mati. Itu sila ketiga dari Pancasila. Era Soekarno, dia menggabungkan Islam, Nasionalis dan Komunis dalam satu barisan, yaitu NASAKOM. Era Soeharto, pancasila dimaknai sebagai azas tunggal. Tetapi azasnya menurut persepsi Soeharto dan ABRI. Berbeda engga boleh. 

Era reformasi masalah Pancasila semakin membingungkan dengan mengizinkan partai mencantum idiologi dan visi tidak berdasarkan pancasila, tetapi “sesuai” dengan Pancasila. Nah yang dimaksud “sesuai” itu seperti apa ? disinilah terjadi ketidak jelasan. Sehingga dimanfaatkan oleh kelompok Islam untuk berkembang memperjuangkan negara berdasarkan syariah islam. Lahirlah PKS, dan kemudian dari ormas muncul HTI, dan berbagai sayap partai punya program islamisasi. Dasar mereka tetap Pancasila, yaitu pembukaan UU 45 sesuai dengan piagam Jakarta, dimana mencantumkan kewajiban melaksanakan syariah islam bagi pemeluknya. Itu karena tidak ada UU yang menjadi rujukan final tentang idiologi Pancasila. Akibatnya terjadi multi tafsir terhadap Pancasila.

Sebenarnya kalau kita melihat sejarah Pancasila, memang kemungkinan peluang perbedaan pendapat itu sangat besar terjadi. Mengapa ? karena memang Pancasila itu hanya filsafah. Kalau ada yang mengatakan Pancasila itu idiologi, tidak punya dasar akademis dan hukum yang kuat. Mengapa ? Dalam buku Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Muh. Yamin (1962) menyebutkan bahwa: “Ajaran Pancasila adalah tersusun secara harmonis dalam suatu sistem filsafah.” Jadi Pancasila itu hanya sebatas filsafah, bukan idiologi seperti komunisme, sosialisme, nasionalisme yang lengkap dengan blue print nya atau haluannya.. Ya karena Pancasila itu  filsafah maka bisa saja sudut padang orang berbeda beda. Entah mengapa bapak pendiri bangsa kita tidak terpikirkan membuat UU tentang Pancasila sebagai idiologi yang final. Ini memang misteri.

Di Era Jokowi sebagai presiden. Dia tidak ingin situasi negara ini berada diatas fondasi pasir. Yang mudah tersapu oleh ombak. Fondasi harus keras seperti karang di tengan lautan. Artinya harus ada UU tentang Haluan Idiologi Pancasila (HIP). Kalau kini terjadi polemik soal HIP, itu hanya datang dari kelompok Islam dan partai Idiologi seperti PKS. Partai lain engga begitu mempermasalahkan. Karena memang idiologi mereka pragmatisme. Apapun mereka iyes saja. Nah benarlah. PKS bersama MUI menolak draft RUU HIP yang berkaitan dengan pasal 7. Apa itu pasal 7? .(1) Ciri pokok Pancasila adalah keadilan dan kesejahteraan sosial dengan semangat kekeluargaan yang merupakan perpaduan prinsip ketuhanan, kemanusiaan, kesatuan, kerakyatan/demokrasi politik dan ekonomi dalam satu kesatuan. (2) Ciri Pokok Pancasila berupa trisila, yaitu: sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, serta ketuhanan yang berkebudayaan. (3) Trisila sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terkristalisasi dalam ekasila, yaitu gotong-royong.

Bagi PKS, pasal 7 itu dihapus saja. Karena sudah ada dalam Pembukaan UUD 45. Apalagi istilah Trisila dan ekasila itu memang ajaran Soekarno. PKS mencurigai RUU HIP ini sengaja di create untuk meloloskan idiologi PDIP, yang memang melaksanakan ajaran Soekarno. Memang sejarahnya dalam rapat (BPUPKI) pada 1 Juni 1945 gagasan Soekarno soal Trisila dan ekasila ditolak oleh peserta rapat khususnya dari golongan Islam dan akhirnya cukup Pancasila saja.  PKS juga menolak konsideran RUU HIP itu tidak mencantumkan  TAP MPRS No XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran PKI. PKS memang partai kecil di DPR namun dalam konteks RUU HIP ini semua ormas islam ada di belakang PKS. Nah Pemerintah dalam hal ini terpaksa bersikap sama dengan PKS. Engga mau ribut. Nanti kita lihat ending dari RUU ini. Yang jelas, kalau tidak ada UU soal Haluan Idiologi, entah apa yang akan terjadi 10 tahun lagi. Sekarang aja keadaan semakin berisik dan polarisasi di masyarakat semakin luas. 

Minggu, 14 Juni 2020

Islam dan Komunisme


Di saat Karl Marx masih hidup , orang tidak pernah tertarik dengan pemikirannya. Bukunya baru terkenal sejak Revolusi Bolshevik , yang dikenal dengan Manifesto Komunis. Apa yang menarik adalah tujuan dari komunis dan Islam itu sama. Namun mereka berbeda dalam metodologi mencapai tujuan. Mengapa ? Marx memang terinspirasi dari kehidupan Nabi Muhammad. Hampir sebagian besar tulisan Marx berkaitan dengan komunisme itu inline dengan Islam. Marx tidak melihat Nabi sebagai orang suci. Nabi pernah kalah  dan terluka dalam perang. Berniaga sebagaimana orang pada umumnya. Mengutamakan diplomasi menghadapi mereka yang berbeda. Kadang mengalah untuk menang. Pada akhirnya berliau bisa meruntuhkan statuo quo kaum berjuis. Nabi berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan masyarakat tanpa kelas dan yang membedakan hanyalah ketakwaan.

Ya Marx melihat Nabi dalam konteks dialektika historis yang berhasil membentuk beliau sebagai sosok Nabi yang tunduk dengan sunnatullah.  Uraian tersebut dapat kita nikmati dalam buku Syed Ameer Ali dalam The Spirit of Islam. Sementara kaum islam melihat Nabi dari sisi berbeda. Dogma agama Islam memang dominan dalam menggiring pandangan kaum Muslim menuju satu persepsi bahwa Muhammad adalah manusia yang sudah dari asalnya suci. Umat islam tidak melihat hikmah mengapa Nabi harus berniaga, dan harus berhutang. Mengapa Nabi harus berperang, dan kalah. Sementara Marx melihat itu, dan menjadi insprasi bahwa perjuangan sosialisme adalah memerangi kaum mustakbirin ( berjuis)  atau kapitalisme. Yang diperangi  itu bukan orangnya tetapi pemikirannya, mentalnya.!

Komunis yang muncul sebagai idiologi tidak sepenuhnya mengikuti kerangka berpikir Marx. Uni Soviet sebagai pemrakarsa Idiologi komunisme menjadikan komunisme berorientasi internationalisasi. Sama dengan konsep Hizbur Tahrir, yang ingin mendirikan khilafah bagi seluruh bangsa di dunia ini.  Negara negara Arab yang berlandaskan Islam menolak konsep khilafah seperti Turki ustmani dan HT. Sementara China harus melakukan revolusi kebudayaan untuk merestrore komunisme Soviet. China menggunakan kerangka berpikir Karl Marx namun tidak menjadikannya sebagai metodologi mencapai tujuan. Metodeloginya harus sesuai dengan budaya China. itu sejalan dengan pemikiran Tan Malaka dalam bukunya , “Madilog” 

Dalam kenyataannya ada yang tida bisa berbeda, baik komunisme maupun Islam. Apa ? konsep utopia. Sesuatu yang begitu mudah terjadi. Bahwa kemakmuran itu sangat mudah dicapai asalkan menggunkan konsep Islam atau komunisme dengan “benar”. Pertanyanya “benar” itu seperti apa ? Ketika kekuasaan di tangan Islam atau Komunisme, utopia itu terus hidup dalam mimpi sosialisme. Tapi kenyataanya yang terjadi adalah lahirnya kelas bangsawan dan kelas miskin. Hebatnya hubungan antar kelas ini walau berjarak sangat jauh namun terjadi ikatan primodial yang otomatis memasung orang miskin seperti budak tanpa hak demokratis sama sekali. Inilah yang disebut dengan penjajahan pemikiran alias taglik buta. Kemenangan Inggris dan Prancis melawan dinasti Ustamani bukan karena kehebatan senjata tapi karena didukung oleh wilayah yang muak dengan keluarga dinasti yang hidup bermewah mewah. Jatuhnya Abbasiah oleh serangan Jangis Khan juga karena dukungan dari wilayah taklukan yang ingin bebas dari keluarga Abbasiah.

Ketika Mao Zedong tutup usia dan digantikan oleh Deng Xiaoping, yang pertama kali Deng berantas adalah pemikiran bahwa Komunisme adalah jalan kemenangan mencapai kemakmuran. Deng katakan kepada rakyatnya bahwa “ Bukan karena komunisme kalian makmur. Bukan karena Agama kalian makmur. BUkan karena kapitalisme kalian makmur. Bukan. Itu semua bukan tujuan tapi hanya metodelogi mencapai tujuan. Tujuan itu ada di dalam diri kalian sendiri. Kalian adalah kapten atas nasip kalian sendiri. Nasip keluarga , sahabat dan negara tergantung kepada kalian sendiri. Kuncinya adalah lepaskan semua stigma tentang komunis , agama atau apalah yang akan menjamin kemakmuran. Mulai sekarang, gunakan apa saja metodelogi untuk bergerak, melalui kerja keras memanfaatkan semua sumberdaya yang ada. Mau kucing hitam atau merah, saya tidak peduli , yang penting kalian bisa memacu produksi.” 
Deng bisa mengangkat China dari kesalahan masa lalu karena Deng mampu memerdekakan pikiran rakyat. Selagi rakyat terpasung dalam satu pemikiran yang dipaksakan oleh konsep pemikiran orang lain ; entah itu agama atau komunisme , maka selama itu rakyat hanya akan jadi budak para bangsawan atau agamawan. Jadi upaya menjadikan gerakan Islam menjadi gerakan politik itu sah saja namun bisakah pengusung gerakan itu memerdekakan pikiran pengikutnya. Ini yang sulit. Karena stigma melawan ulama itu akan di cap kafir atau musrik atau munafik yang hadiahnya neraka di akhirat, memang efektif membuat orang dungu jadi budak. Dan kekuasan yang diraih dari kaum budak memang menyenangkan. Karena demokrasi mati dan kebenaran ada pada penguasa atau ulama. Kata penguasa adalah kata Tuhan. Bukan kata rakyat, kata Tuhan. Menghina Ulama sama saja menghina Agama dan Nabi. Tak ubahnya dengan komunisme radikal. menghina presiden, di bazoka.

Di era reformasi khususnya di era Jokowi, Pancasila di tempatkan secara konsisten sesuai dengan pembukaan UUD 45. Pancasila sebagai Philosofi negara. Soal metodelogi, apakah Islam, sosialis, kapitalis , semua partai dipersilahkan memilih sebagai cara melaksanakan falsafah Pancasila. Tapi bila orientasinya berbeda dengan Pancasila, seperti PKI, dan terakhir  HTI, itu harus dilarang.  Mengapa ? karena mereka meng claim paling benar dan lainya salah. Itu tidak sesuai dengan Pancasila. Dengan itulah kemerdekaan berpikir terjadi, maka kekuatan rakyat secara sunnatullah bisa menjadi mesin pertumbuhan membangun peradaban yang lebih baik.

Minggu, 07 Juni 2020

Ketika mereka meninggalkan Tuhan.


Temujin atau lebih dikenal dengan Genghis Khan adalah bangsa Tartar yang yang hidup di pelosok gurun Gobi, berbatasan dengan China.  Bangsa Tartar ini terdiri dari etnis Mongolia, Turki, Saljuk dan lain lain. Umumnya mereka bangsa nomanden yang berdiam di padang pasir, hidup dari menggembala ternak, membangun tatanan kehidupannya berdasarkan kesukuan, tinggal di kemah besar. Agama kuno mereka adalah Samanisme yang sangat mensucikan roh-roh nenek moyang. Genghis Khan sebelum membangun imperium dia berhasil mempersatukan semua suku menjadi kekaisaran Mongol.

Holocaust Mongolia bukan pandemic. Tetapi berita hebat dari mulut ke mulut tentang kekejaman pasukannya terhadap kota atau kerajaan yang ditaklukan memang menyerupai pandemic. Menurut cerita, mereka mengumpulkan kepala munusia yang dipenggal digerbang kota. Sangking banyaknya, tumpukan kepala itu lebih tinggi dari menara benteng. Tidak ada pengecualian.Laki laki atau wanita. Orang dewasa atau anak anak. Sama saja. Berita menakutkan itu tentu tidak seperti yang sebenarnya. Princeton Bernard Lewis ahli sejarah  Islam dan Timur Tengah mengatakan bahwa kekejaman Genghis Khan hanya sepele kalau dibandingkan dengan kekejaman perang salib. 

Namun kehebatan dan kecerdasan Genghis Khan memang luar biasa. Dia sengaja menebarkan berita kekejamannya, yang era sekarang bisa disebut HOAX.  Terutama dari para pedagang. Tentu para pedagang yang melintasi kota dan kerajaan menambah nambahkan cerita itu semakin bombamdis. Sehingga memang menakutkan. Kelak ketika pasukan Mongol ingin menaklukan satu kerajaan. Mereka cukup berkemah di batas kota dan mengirim surat kepada raja yang akan ditaklukannya. “ Surrender or die”. Umumnya penaklukan berdarah terbesar hanya ketika 1258M Mongolia menyerbu dan menghancurkan Kekhalifahan Islam Bani Abbasiyah di Baghdad. Tetapi setelah itu , penaklukan terjadi secara damai. Lawannya sudah takut sebelum bertempur.  Genghis Khan berhasil membangun imperium besar dan luas yang membentang dimulai dari timur di Cina, Persia dan Eropa Timur di barat,  Rusia di utara dan juga India di selatan.

Tetapi ada yang menjadi pertanyaan dalam sejarah. Sebelumnya ada premis bahwa meluasnya kesultanan Islam itu   membutkikan Islam agama yang benar. Meluasnya kerajaan Hindu di India karena hindu agama yang benar. Meluasnya pengaruh agama Budha di China, karena budha agama yang benar. Meluasnya  kerajaan kristen dan katolik di Eropa Timur karena agama itu paling benar. Genghis Khan bukan beragama Hindu atau islam, kristen, bukan pula Budha. Agama mereka adalah Samanisme. Oleh Genghis khan premis itu dibuang kelubang pembantaian. Mereka yang merasa berkuasa diatas tradisi agama, dipermalukan di hadapan rakyat. Sejak saat itu berangsur angsur agama bukan lagi sebagai simbol kebenaran publik dan alat politik. Ia menjadi kebenaran privat. Setelah bangsa Mongol berhasil menguasai kesultanan Islam, sekian lama kemudian para elite nya masuk islam,itu karena alasan pribadi, bukan karena mereka ditaklukan. Artinya kalau ingin menebarkan syiar agama, bukan kekuasaan yang harus dibangun, tetapi akhlak yang diperbaiki. Dengan akhlak yang baik, apapun jenis kekuasaan, agama akan selalu jadi sumber pencerahan. 

Pertanyaan awam, mengapa Tuhan tidak mendengarkan doa hambaNya yang menyembah siang dan malam.  Mengapa Tuhan membiarkan umatNya dizolimi dan dibantai oleh kaum yang tidak menyembah Tuhan mereka. Sama seperti sekumpulan doa dalam tangisan berharap kemenangan Prabowo atas Jokowi dalam Pilpres 2019. Tangisan dalam doa  ketika gugatakan dilayangkan ke MK oleh Prabowo atas kemenangan Jokowi. Tetapi doa itu terbang dibawa angin lalu. Merekapun bertanya “ mengapa Tuhan membiarkan kekalahan mereka. Apakah Tuhan tidak mendengarkan doa mereka? Sebetulnya kekalahan bukan karena Tuhan meninggalkan mereka. Tetapi mereka meninggalkan Tuhan. Ya Istilah Imam Al-Ghazali, beragama yang ghurur (tertipu). Tertipu, karena dikira sudah beragama, ternyata belum.  Dan mereka tidak menyadari itu. Sampai sekarang!

Jumat, 05 Juni 2020

Kerusuhan Rasis di Amerika


Kerusuhan yang terjadi di AS sekarang bukanlah sakali ini saja. Khususnya yang berkaitan dengan kulita hitam atau rasis.  Tahun 1863, terjadi kurusuhan karena orang kulit hitam diwajibkan ikut wajib militer dalam perang saudara. Sementara orang kulit putih bebas dengan cara membayar USD 300. Dalam kerusuhan ini banyak orang kulit hitam digantung di jalanan. 1965, polisi berlaku kasar kepada pengemudi kulit hitam yang kedapatan mabuk. Sikap kasar polisi menimbulkan kerusuhan terburuk di Los Angeles, khususnya di lingkungan Watts, lingkungan kulit hitam yang kumuh. Juga kerusuhan terbesar terjadi pada 1967 di New Jersey yang dipicu oleh kematian tahanan kulit hitam di penjara. Ketika pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King, Jr dibunuh pada 4 April 1968, terjadi kerusuhan di lebih dari 100 kota besar di Amerika. Salah satu kota yang terkena dampak, Chicago. Penjarahan dan pembakaran terjadi di mana mana..

Pada 1991, empat petugas kepolisian Los Angeles secara brutal memukuli Rodney King, seorang pengendara Afrika-Amerika. Insiden itu direkam dalam rekaman video, dan rekaman itu ditayangkan berulang kali di berita televisi selama satu tahun penuh. Penggunaan kekuatan tampak begitu berlebihan sehingga banyak orang percaya bahwa para perwira tidak akan pernah bisa meninggalkan pengadilan sebagai orang bebas. Namun, pada 29 April 1992, keempat perwira itu dibebaskan. Ribuan orang menanggapi vonis dengan melakukan pembakaran yang luas, penyerangan dan penjarahan, menewaskan 53 orang dan melukai ribuan lainnya. Kerusuhan berlangsung selama enam hari dan tidak mereda sampai National Guard  dikerahkan. Ketika semuanya berakhir, lebih dari 1000 bangunan telah dihancurkan oleh api, dan sebagian besar penilaian kerusakan menelan biaya hampir $ 1 miliar, menjadikannya episode paling mahal sejauh kerusuhan sipil dalam sejarah Amerika Serikat.

AS adalah negara yang pluralis dan berdiri diatas pluralisme. Namun Amerika tidak pernah menghargai penduduk asli atau pribumi. Suku Indian yang merupakan pribumi di AS menjadi second class di bumi AS. Sementara etnis AS- Afrika atau negro adalah juga minoritas. Namun keberadaan mereka tidak bisa dilepaskan dari sejarah perdagangan budak. Karenanya sangat sulit bagi orang kulit putih untuk bisa sejajar dengan mereka. Tentu tidak semua orang AS yang rasis. Namun faktanya ekonomi AS berpihak kepada kulit putih dan orang kulit hitam terpinggirkan. Berulang kerusuhan sosial terjadi, penyebabnya selalu karena ketidak adilan ekonomi dan sikap petugas yang tidak egaliter. Kita tidak tahu, mengapa negara pengusung HAM seperti AS justru mereka gagal menegakkan HAM kepada rakyatnya sendiri?. Padahal  AS punya daftar pelajaran kelam dari kerusuhan yang memakan korban dan harta. Mengapa pemimpin AS tidak bisa berlajar dari itu?

Kamis, 04 Juni 2020

Saudi tunda haji, perang jalan terus.



Sesuai protokol kesehatan dalam rangka menekan penularan COVID-19, Arab Saudi tidak mengeluarkan VISA haji sampai dengan akhir juli. Artinya dapat dipastikan, tahun ini tidak ada ritual haji bagi umat islam. Padahal di tengah krisis ekonomi akibat jatuhnya harga minyan dan Gas, sumbangan wisata ziarah ( haji & umroh ) sangat significant bagi perekonomian Saudi. Setiap tahun Sekitar 7 juta wisatawan mengunjungi kerajaan Arab. Banyak dari mereka yang berziarah ke kota suci Mekah dan Madinah. Kementerian Haji dan Umrah Saudi mengatakan bahwa wisata Ziarah menyumbang sekitar 20% dari produk domestik bruto non-minyak, dan 7% secara keseluruhan. 

Artinya kalau tidak ada COVID-19, walau harga minyak jatuh, Saudi tetap bisa survive.  Bayangkan saja, 30% dari pendapatan sektor swasta di Mekah dan Madinah berasal dari ziarah.  Apa yang terjadi bila kegiatan Umroh dihentikan sejak bulan februari, dan Haji ditiadakan. Tidak sedikit terjadi penurunan ekonomi. Lantas apa yang membuat begitu kawatir Saudi terhadap penularan COVID-19? Ritual Umroh dan haji itu adalah ritual berjamaah yang membuat orang berada pada pusat kerumunan. Karena jadwal setiap jamaah sama. Seperti ritual Tawaf, Sai, jumroh lempar batu, Arafah. Di samping itu Arab dekat dengan Iran sebagai pusat penyebaran virus COVID-19 di tmur tengah. Terlalu beresiko bila dua kota Suci dibuka untuk umum. Bukan hanya kegiatan Haji dan Umroh yang ditunda. Saudi juga penolak penerbangan dari 16 negara di ASIA, termasuk Korea, Jepang dan China.

Tapi anehnya, di tengah pandemi COVID-19, pertengahan Maret , koalisi Saudi menerima usulan dari PBB agar melakukan gencatan senjata terhadap perang di Yaman. Koalisi Saudi mengusulkan dua minggu gencatan sejata. Namun gencatan senjata ini tidak disikapi oleh koalisi Arab dan Houthi dengan serius. Houthi melancarkan serangan di beberapa distrik di provinsi Marib dan Al-Jawf di timur laut. Mereka juga menembakkan dua rudal balistik di kota-kota Saudi, Riyadh dan Jizan. Ini kali pertama Rudal sampai ke wilayah Saudi sejak perang dengan Yaman terjadi. Tentu Saudi membalas dan perangpun tak bisa dihentikan walau pandemi melanda. Gencatan senjata hanya pada retorika politik saling,  membunuh terus aja. 

Bagaimana dengan Yaman? Perang selama lima tahun hampir menghancurkan sistem kesehatan masyarakat Yaman, menambah penderitaan di antara populasi yang sangat miskin dan kelaparan. Organisasi Kesehatan Dunia telah memberikan beberapa dukungan ke pusat-pusat medis di Aden, Sanaa, dan Mukala untuk merespons jika suatu kasus COVID-19 terkonfirmasi. Hingga kini, hanya ada satu kasus yang dilaporkan mengenai COVID-19. Tetapi aktifis kesehatan dan WHO tidak percaya. Apa urusanya bagi Yaman. Anda mau percaya atau tidak, toh kematian sangat akrab bagi rakyat Yaman. Kalau memang anda peduli kepada COVID-19 atas dasar kemanusiaan. Cobalah suruh koalisi Arab  tidak ikut campur dengan urusan dalam negeri Yaman.  

Di Saudi, di tengah pandemi COVID-19, penundaan haji, penutupan bandara bagi 16 negara asia, namun perang dengan Yaman tetap jalan terus. Saling lempar rudal dan saling membunuh. Pandemi COVID -19 Saudi tercatat 93.000 confirmed dan angka kematian mencapai 611. Tetapi kematian karena perang di Yaman sejak tahun 2015 mencapai 91.000 orang dan lebih 90.000 orang mati kelaparan, terutam anak anak. Entah berapa orang mati di Yaman karena COVID-19. Karena semua infrastruktur kesehatan hancur! Kalaupun ada banyak kasus COVID-19, mau dirawat di mana ? 

Senin, 01 Juni 2020

Menjawab pendapat Din.



Din mengatakan, penguasa dapat dimakzulkan apabila terpenuhi syarat yaitu pertama yakni ketidakadilan. Jika seorang pemimpin menciptakan ketidakadilan atau menciptakan kesenjangan sosial di masyarakat maka sangat mungkin untuk dimakzulkan. Kedua adalah tidak memiliki ilmu pengetahuan. Ilmu ini merujuk kerendahan visi, terutama tentang cita-cita hidup bangsa. Ketiga, ketiadaan kemampuan atau kewibawaan pemimpin dalam situasi kritis. Kerap terjadi saat seorang pemimpin tertekan kekuatan dari luar. Ia mengibaratkan kondisi seperti suatu negara kehilangan kedaulatan akibat kekuatan asing. Keempat, apabila terjadi kepemimpinan yang represif dan cenderung diktator. Ia melihat, pemerintah Indonesia belakangan ini tak berbeda jauh dengan kondisi tersebut. Menurutnya, pemerintah sekarang ini tengah membangun kediktatoran konstitusional. Hal tersebut terlihat dari berbagai kebijakan yang diterbitkan pemerintah.

Empat syarat yang disampaikan oleh Din itu dalam konteks pemahaman agama. Dasar referensi dari Din adalah Mohammad Abduh, Al Mawardi, Rasyid Ridho. Menurut saya tidak salah. Tetapi kalau dikaitkan dengan pemerintah Indonesia jelas tidak tepat. Mengapa ? karena pendapat dalam pemikiran islam itu sistem negara adalah khilafah. Di mana pemimpin negara adalah juga pencipta hukum, dan berkuasa penuh atas nama Al Quran dan hadith. Sementara dalam sistem yang ada sekarang, kita menganut trias politika. Dimana, presiden bukanlah khalifah yang bebas membuat kebijakan. Apapun kebijakan presiden harus mengacu kepada UUD 45 dan UU serta aturan hukum. Bahwa ruler bukan ada pada Presiden tetapi DPR yang merupakan perwakilan dari Rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 7A, pemakzulan presiden terdiri atas enam syarat, yaitu korupsi, penyuapan, perbuatan tercela, tindak pidana berat lainnya, dan terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden. Sampai sekarang Jokowi tidak melanggar enam syarat itu. Jokowi secara pribadi tidak korupsi dan keluarganya tidak terkait dengan bisnis kolusi.  Semua kebijakan luar negeri dan investasi dilakukan sesuai dengan amanah UUD 45 dan UU Investasi. Sampai hari ini justru terbukti Jokowi lah presiden yang sukses mengembalikan hak UU terhadap Freeport. Selama ini kemana saja Din dan para pakar sehingga membiarkan KK Freeport mengangkangi Papua sejak tahun 1969?

Soal kebebasan Mimbar akademis?  Sampai hari ini pemerintah tidak pernah melarang kegiatan mimbar akademis sepanjang itu dilaksanakan sesuai UU dan aturan. Kalau memang ada yang merasa diteror atau diancam karena akan adakan seminar akademis, ya laporkan kepada Polisi. Percayakan kepada aparat polisi untuk mengusut pelaku teror itu. Engga usah dipolitisir. Keberanian membela kebenaran itu adalah  keberanian menyerahkan masalah hukum kepada aparat dan gunakan hak demokrasi untuk mengawasi proses pengusutan itu.

Jadi kalau anda ingin memakzulkan Jokowi dengan dasar aturan islam seperti kata ahli pengusung teori khilafah, hanya satu caranya. Yaitu ubah UUD 45 dan sistem negara kita. Lakukan itu lewat PEMILU. Kalau gagal, itu artinya anda hanya menjual ilusi atas nama mimbar akademis. Tentu yang termakan ilusi itu hanya orang yang terbiasa delusi.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...