Minggu, 29 Desember 2024

Siapa pemilik uang sebenarnya ?

 




“ itu buku ditulis oleh Mouhammed.” Kata saya kepada penumpang wanita yang duduk disebelah saya dalam penerbangan Jakarta Beijing. Usia sekitar 40 an. Dia membuka kacamata dan tersenyum kepada saya. “ Gimana ? anda sudah baca buku ini.” Kata wanita itu. Artinya dia tidak keberatan saya sapa.


“ Pernah baca. Itu Analisa ekonomi dan business dengan pendekatan matematika. Hanya saja jadi rumit bagi orang awam. Karena dia menggunakan matematika advanve. Aljabar matrix dan Kalkulus. Ya model quantitative. “ 


“ Makanya saya sulit pahami. Tapi karena dalam buku ini banyak contoh aplikasinya, jadi tertarik. Ya sekedar tertarik doang. “


“ Yang harus kamu pahami dulu adalah metodelogi perhitungan matrix dan kalkulus dalam konteks ekonomi dan bisnis. Kalau kamu sudah pahami metodelogi nya, akan mudah kamu pahami Analisa quantitative. Sama dengan belajar ilmu fisika dan Kimia. Kan kita harus pahami rumus dasar.” Kata saya.


“ Boleh tanya pak ?


“ Silahkan.” 


“ Kemarin ada pertemuan antara Gubernur BI dan Menkeu. Dari berita, katanya pemerintah akan keluarkan SBN lewat pasar sekunder dimana BI sebagai investor. Bisa jelaskan apa maksud SBN pasar sekunder  “ tanyanya.


Pasar sekunder ? ya semacam limited offer atau penawaran terbatas. Kalau dalam dunia private Equity, limited offer itu dibatasi kepada 12 investor maksimum. Karena sifatnya limited offer, ya transaksi dilakukan secara OTC ( over the counter ). Aturan bersifat B2B. Paham ya.


Nah dalam konteks SBN, penawaran hanya kepada BI saja. Jadi BI sebagai pembeli SBN. Mengapa ? karena mudah dan tidak berdampak kepada suku bunga dan yield yang tervolatilitas di market. Maklum kan sifatnya tertutup ( bukan public offering). Darimana BI dapat duit? Ya lewat pelonggaran kuantitas atau Bahasa kampung, cetak uang. Selesaikan. Mudah kan.


Kok begitu? Kan engga boleh cetak uang? Benar. Kalau cetak secara langsung. Tetapi ini kan cetak uang lewat financial engineering atau structure fund. Gimana caranya? SBN yang BI beli itu akan berubah jadi asset financial. Asset itu dijadikan underlying dalam penerbitan SRBI ( sertifikat rupiah BI). Market akan percaya. Apalagi rate SRBI sesuai dengan lelang terbuka. Transparance.


Tapi apakah itu akan berdampak inflasi ? tidak. Karena uang dari pembelian SBN oleh BI itu tidak dipakai pemerintah untuk belanja. Tapi untuk dipompa ke perbankan, agar likuiditas jadi longgar. Sehingga bank bisa ekspansi kredit dan sector real bangkit lagi. Tuh lihat aja. Baru rencana, Kemarin beberapa emiten besar sudah dapat kredit dari perbankan.


“ Segitunya pemerintah bela perbankan dan konglomerat.” Katanya meyimpulkan.


Ya, begitu system bekerja. Karena mesin ekonomi itu kan konglomerat yang menyumbang devisa, penyerapan Angkatan kerja, sumber 80% penerimaan pajak. Dan driver nya perbankan. Apakah cara itu wajar? Tentu wajar kalau dilakukan dalam keadaan darurat. Dan kita memang secara financial sedang krisis. Dianggap darurat karena system likuiditas tidak jalan.


Jadi sebenarnya dalam system kapitalis selalu ada solusi financial, bahkan dalam kondisi terburuk. Benar. Tapi tentu dengan syarat. Apa syarat itu? Pemerintah yang kredibel. Dan itu ditandai dengan indek demokrasi yang sehat. Tapi kalau indek demokrasi buruk. Kebijakan SBN structure itu bisa membuat rupiah jatuh. Market anggap pemerintah culas dan hanya ingin mempertahankan kekuasaan.  Sorry to say, fuckout !


“ Semua negara berhutang. Semua konglo berhutang. Semua bank perlu hutang  (DPK). Rakyat kejebak Pinjol. Proses ini terus terjadi sampai sekarang. Artinya kan engga mungkin proses itu terus terjadi tanpa ada yang menggerakan likuiditas. Jadi siapa yang punya uang berlebih sebenarnya ? tanya nya.


“ Sejak adanya pengetahuan tentang financialisasi asset. Uang tidak lagi berupa lembaran kertas, coin atau rekening bank. Tetapi sudah berkembang menjadi beragam jenis asset yang tidak bedanya dengan uang. Mengapa ? kan uang itu sejatinya alat tukar. Nah kalau ada asset sekuritas yang likuid dan dapat diperturkarkan di pasar, kan sama aja dengan uang. Apalagi negara menyediakan rekening Trustee pada system non bank. Rekening itu mudah dimobie sama seperti uang tunai.


Nah dengan adanya system seperti itu, uang bukan lagi nominal nya tetapi value nya. Kamu simpan uang di bank. Itu bego. Karena value nya jatuh akibat depresiasi kurs dan inflasi. Tetapi kalau uang itu berupa asset sekuritas yang likuid, tanpa kerja nilai uang terus naik dan kamu dapat passive income. Artinya money working for you. Engga you working for money.


Jadi mengapa uang selalu ada? Ya, karena permintaan selalu ada, dan system memungkinkan uang di create lewat sekuritisasi asset. Contoh value saham naik 100 kali lipat. Kan nominal uang nya engga berubah. Tetapi asset tertulis 100 kali lipat. Nah saat ada permintaan uang, asset itu di leverage lewat mekanisme pasar, seperti Repo, credit link note, asset back securities dan lain lain. Sehingga bisa memenuhi permitaan akan uang tunai. Secara tidak langsung terjadi peningkatan quantitative uang tanpa lewat cetak uang secara tradisional.


Dari system seperti ini, kita bisa tahu. Siapa yang mampu mendelivery setiap permintaan uang dari negara, perbankan dan private ? ya mereka yang punya financial knowledge, yang punya akses ke pasar uang dan modal. Dan itu tidak banyak. Mungkin jumlahnya tidak lebih 1000 orang di dunia ini. Merekalah sebenarnya penguasa ekonomi dalam arti sesungguhnya. Sampai sampai setiap kebijakan pemerintah harus mendengar saran mereka. Seperti privatisasi BUMN, penentuan suku bunga SBN, BI-rate dan peningkatan tarif pajak dan pengurangan ekspansi sosial dan lain lain. The fund  menentukan segala galanya. 


Dia mengangguk dan terdiam. “ Saya tidak bisa komentar apa apa lagi. Itu menguatkan saya belajar dan tuntaskan buku ini. Saya ingin jadi elite financial global” katanya tersenyum.


“Bapak ke Beijing  urusan bisnis ? tanyanya.


“ Ah engga. Hanya ketemu teman aja. Besok saya pulang. Hanya semalam di Beijing.” Kata saya.


“ Kerja bapak apa ?


“ Juru doa.” Kata saya.


“ Pendeta ? 


Saya senyum aja.



Kamis, 05 Desember 2024

Pertumbuhan berkeadilan.

 


Di satu wilayah banyak terdapat tanaman herbal dan singkong. Banyak pedagang dari kota datang membeli panen singkong dan tanaman herbal. Pedagang semakin kaya. Industri berkembang. Pemodal semakin Makmur. Pemda dapat PAD. Mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi. Namun petani tetap miskin.  Begitu cerita dari waktu ke waktu. Pemuda dari kota datang ke desa. Dia ingin mengubah keadaan. Orang desa mendengar rencananya, dan termotivasi ingin berubah walau dalam batas putus asa. Mereka membentuk koperasi.


Koperasi itu membuat industry kecil dengan sarana apa adanya. Petani gotong royong membangunnya. Walau dengan sederhana, namun bisa mengolah singkong jadi gula cair atau molases. Ampasnya dia olah jadi  kemasan pengganti plastic atau disebut dengan plastic biodegradable. Daun herbal diolah dengan mesin pengering ( cold drier )  menjadi powder. Sehingga tahan disimpan tanpa kehilangan kualitas saat masuk proses industry pharmasi. 


Produksi molases mereka jual ke pabrik minuman ringan low calorie. Umumnya produk untuk konsumsi kelas menengah atas. Yang memang sedang trendy. Product kemasan dijual ke super market kelas menengah atas yang peduli kepada eco-green. Begitu juga daun herbal yang sudah jadi powder atau ekstrak. Mudah dijulal kepabrik pharmasi. Karena pasokan terjamin. Mereka bisa dapat kontrak jangka Panjang. Nilai tambah berlipat. 


Awalnya jalan itu berat dan tentu tidak mudah. Namun mereka telah sepakat untuk berubah. Apa yang terjadi kemudian? Mereka mendapatkan kepastian pasar dengan harga yang mereka sepakati sendiri dan mendapatkan laba dari pengolahan hasil pertanian. Mereka bisa memotong rente tataniaga dan menghasilkan produk yang kompetitif sehingga diterima oleh pabrik pengolahan akhir. Dalam tiga tahun desa miskin berubah jadi desa Makmur.


Cerita diatas bukan karangan. Tetapi itu terjadi di salah satu desa di China, di Hunnan. Apa yang terjadi pada desa itu, disebut dengan pertumbuhan iklusif. Apa itu pertumbuhan inklusif ? memberi akses kepada siapapun untuk menikmati pertumbuhan ekonomi. Dari kegiatan beproduksi, membeli, menjual dan meraih laba. Soal besar kecil tentu bergantung kepada kontribusinya. Namun semua dapat akses yang sama pada sumber daya yang sama. Ada keadilan terhadap sumber daya. Beda dengan tambang batubara atau nikel yang hanya diakses oleh pemodal besar. Masyarakat setempat hanya jadi buruh dan penonton.


Kalau Pemerintah ingin mencapai pertumbuhan 8% dengan mengandalkan mesin pertumbuhan, seperti industry ekstraksi mineral tambang  atau Industri IT  atau sumber daya alam lainnya, dan dengan metode seperti sebelumnya yaitu lewat spending APBN,  belanja pembangunan infrastruktur dan membagikan Bansos, yakinlah 8% itu terlalu tinggi ngayalnya. Era Jokowi saja dengan utang naik berlipat  atau 3,5 kali dari stok utang taun 2013 hanya bisa mencapai pertumbuhan tidak lebih 5%. Itupun bukan pertumbuhan eklusif.


Saran saya, kita jangan lagi focus kepada tingginya angka pertumbuhan berdasarkan angka pasar atau financialisasi PDB, tetapi focus kepada pertumbuhan inklusif. Tidak perlu terlalu tinggi ceritanya dengan bergaya seperti negara maju lewat industry canggih-yang kita sendiri belum kuasai-. Hanya memberi peluang asing menjarah SDA kita. Cukup dengan menerapkan kebijakan berbasis kepada kearifan local, semangat gotong royong dari semua sektor. Memberikan akses kepada siapapun untuk menjadi makmur dengan sumber daya yang ada. Itu down earth. Pasti sukses dan mensejahterakan. 


Caranya? Sederhana. Mulailah dengan tebang semua bisnis rente. China pada tahun 2008, menggunakan 3000 batalion tantara rakyat ( kader partai,  pasukan cadangan) untuk mengawal kebijakan reviltalisasi ekonomi desa.  Tahun 2018 China berhasil mengangkat 800 juta rakyat dari kubangan kemiskinan. Tidak sedikit para elite partai, kepala desa, aparat hukum mati di tebas pedang hukum anti korupsi. Kini walau pertumbuhan ekonomi Cina tidak lagi tinggi, namun pertumbuhan inklusif terjadi. 


Cara Prabowo menghadapi hegemoni USD

  90%   asset di dunia ini dikuasai oleh private dan corporate ( TNC/MNC). Negara hanya kuasai 1/3 saja. Asset APPLE dalam bentuk   M arcap ...