Ada motor disenggol oleh mobil mewah. Pengendara motor itu perempuan berjilbab. Yang nabrak non muslim etnis keturunan. Reaksi pertama di lapangan adalah pasti amuk massa terhadap mobil itu. Namun pengendara cepat paham situasi. Dia langsung kabur. Peristiwa itu direkam seseorang. Kemudian dalam hitungan menit, diupload “ Suminah, korban arogansi China dan kebencian kepada muslim”. Sudah bisa ditebak. Berita itu jadi viral. Setelah viral, seleb sosmed memposting tentang korban penuh derita dalam kemiskinan. Tak lupa pesan” Mari bantu korban kekejaman orang China dan kafir.”.
Dalam hitungan hari, uang donasi masuk ke rekening dalam jumlah bisa miliaran. Begitulah hebatnya bisnis playing victim. Mengajak orang berempati engga mudah. Tapi kalau disertakan dengan persepsi kebencian yang sudah terbentuk terhadap seseorang atau etnis tertentu, itu cepat sekali mendatangkan simpati. Mudah sekali mendatangkan uang. Dalam islam, penggerak donasi dapat imbalan berupa amilin. Besarnya engga jelas. Di luar islam ada istilah sepersepuluh. Dalam dunia modern disebut dengan komisi EO. Jadi kesimpulannya, itu memang bisnis mudah.
Saya tidak paranoid terhadap mereka yang tergerak menggalang dana bagi korban kemanusiaan. Malah saya ikut mendoakan demi kebaikan. Yang saya tidak suka adalah penyampaian informasi yang bias terkesan absurd, HOAX, dengan tujuan agar orang bersimpati dan mau keluar uang. Mengapa? itu ada unsur fitnah dan sengaja merusak jiwa orang. Karena pasti ada unsur menanamkan kebencian kepada etnis atau seseorang. Dalam politik itu bisa mendatangkan suara Pemilu. Dalam kehidupan sosial itu bisa mendatangkan uang.
Dampak negatifnya dari kampanye donasi semacam itu adalah kebencian semakin meluas. Andaikan ada yang clarifikasi, tidak penting lagi. Ya orang yang sudah terbetuk persepsi benci, apapun alasan tetap saja benci. Karena bagi pembenci memang tidak perlu alasan banyak. Benci ya benci. Contoh dalam analogi cerita diatas, pengendara itu kabur bukan tidak bertanggung jawab tetapi cari selamat dari amuk massa dan dia lapor ke polisi. Walau Polisi sudah clarifikasi, tetap saja orang tidak percaya.
Dalam hal kasus Palestina. Narasi yang dibangun agar simpati mendatangkan donasi adalah menanamkan persepsi kebencian terhadap Etnis Yahudi. Kebencian terhadap israel adalah kebencian terhadap Yahudi. Kekerasan tentara israel adalan kekerasan Yahudi kepada orang islam. Tak lupa, dalam narasi itu dikaitkan dengan emosi agama. Dalil pun dibuat sehebat mungkin bahwa memerangi Yahudi itu adalah perintah agama. Singkatnya, benar benar informasi dan narasi itu tendesius dan cenderung bias.
Padahal konflik antara Palestina dan Israel itu tidak ada kaitannya dengan agama. Yordania menguasai Yarusalem Timur dan Tepi Barat dari tahun 1948 sampai 1967 tidak dianggap penjajahan. Turki Ottoman menguasai Palestina selama 400 tahun, tidak dianggap penjajah (Kecuali Arab Saudi dalam buku sesjarah anak sekolah menyebut Turki Ottoman sebagai penjajah). Kekejaman ISIS selama berkuasa di Aleppo terhadap orang kristen dan pengusiran mereka ke kamp pengungsi Armenia, itu biasa saja. Pembunuhan rakyat Yaman oleh pasukan sekutu Arab yang berdampak kepada krisis kemanusiaan, itu biasa saja. Tetapi israel? nah itu masalah.
Makanya saya cenderung menyebut politik perebutan wilayah. Ya harus diselesaikan secara politik lewat PBB. Tetapi apa mau dikata. Bagi Sales MLM playing victim, politik satu hal tetapi bisnis donasi lain hal. Yang jelas kedua kubu yang saling berseberangan, sama sama ada sales MLM nya. Pasar mendukung. Terutama bagi masyarakat yang sudah terjangkit inferior complex. Narasi agama cepat sekali membangkitkan kecemburuan sosial; paranoid; prasangka buruk. Dan mereka jadi korban hoax tentunya.
***
Dalam suatu musim dingin saya duduk santai di cafe kawasan East Tshim Sha Tsui Kowloon bersama teman teman. Ada Mathew ( Yahudi ), Omar ( Mesir-Arab). Mathew tersenyum melihat orang ramai berkunjung di cafe namun lebih memilih tempat di luar. Smoking area. Diapun tidak bisa menolak ketika saya memilih duduk di smoking area. Karena Chang (China), Wada ( Jepang) dan saya merokok. Omar merokok Cigar.
“ Anda tidak merokok ? Tanya Chang kepada Mathew.
“ Tidak.”
“ Minum alkohol ?
“ Tidak.”
“ Buy sex ?
“ Tidak.”
“ Terus untuk apa anda hidup? Tanya Chang. Omar tersenyum dan akhirnya tertawa melihat Chang bengong. Mathew senyum saja melihat orang tertawakan dia. “ Masalah bagi kalian, tetapi tidak bagi kami..”
“ Poligamipun tidak dia.” Kata Omar memancing tawa kami. Semua tertawa.
“ Silahkan saja tertawakan saya “ Kata Mathew tersenyum. Saya tidak ikut tertawa. Saya hanya senyum saja.
“ Saya tidak habis pikir bagaimana orang seperti Mathew ini oleh teori konspirasi akan menguasai dunia. Untuk apa mereka Dunia. Kesenangan dunia yang hakiki saja dia tidak suka. “ Kata Wada.
“ Kalian percaya teori konspirasi itu ? Kata Mathew kepada kami.
“ Ya percayalah. Hampir semua sendi kehidupan kalian kuasai. Dari lembaga keuangan, media massa, IT , penerbangan, dan retail network, oil and gas, persenjataan, bahkan saham top 500 fortune didominasi oleh kalian. Apa bukan bukti itu? Kata Omar.
“ Kami tidak berkuasa. Kami dapatkan bisnis itu semua karena izin dari negara. Penguasa tetaplah Pemerintah. Kami menguasai oil dan gas. Itu karena negara malas kembangkan downstream migas. Ya kami kerjakan. Kami mengolah tambang mineral, itu karena negara tidak ada modal dan tekhnologi. Mereka beri kami izin untuk mengolah konsesi itu. Ya kami kerjakan. Kalau negara suruh kami hengkang ya kami keluar. Kalau akhirnya negara butuh utang untuk mengolah sendiri tambang itu ya kami beri pinjaman. Salahnya dimana?
Kami kuasai IT dan sosial media, karena negara negara menciptakan demokrasi sementara saluran demokrasi tertutup. Ya kami membantu negara menjalankan nilai nilai demokrasi itu lewat Sosial media dan media massa. Sehingga semua orang bisa menyampaikan pikiranya dengan cepat dan murah. Salahnya dimana?
Industri dirgantara itu mahal dan padat modal. Negara tidak mau investasi. Ya kami kerjakan. Kami ambil resiko dalam bidang riset dan pengembangan. Kalau akhirnya kami kuasai industri pesawat terbang, apa itu salah. ?
Semua negara berdaulat butuh perdamaian. Tetapi perdamiaan itu tidak didapat dengan tangan kosong. Harus diperjuangkan. Nah mereka butuh angkatan perang dan Alutsista untuk menjaga kedaultannya. Tapi mereka malas kembangkan tekhnologinya. Ya mereka butuh alutsista ya kami suplai. Salahnya dimana?
Dan semua bisnis itu mendatangkan pajak ini dan itu. Negara dapat uang untuk ongkosi APBN dan membiayai mesin politik. Dan itu semua tanpa kerja keras. Kami yang kerja dan ambil resiko. Kalau kami juga disalahkan. Entahlah. Udah nasip jadi orang salahan dan sumber keluhan. “ Kata Mathew tersenyum.
“ Tapi semua negara berhutang. Bayangin aja. Siapa sebenarnya yang berkuasa. Itu pasti kalian.” kata Omar.
“ Ah itu terlalu merendahkan negara Negara lain.. Negara China berhutang kepada rakyatnya. Jepang juga berhutang kepada rakyatnya. india, 85 % hutang kepada rakyatnya. AS sebagian besar berhutang kepada rakyatnya dan Sebagian kepada rakyat China dan Jepang. Eropa juga berhutang lebih besar kepada Rakyatnya.
Bahkan indonesia saja, 85% hutang ke rakyatnya. Hanya 15% utang ke asing. Itu fakta loh. Kita kan semua pemain keuangan. Tahu itu.” Kata Mathew. Saya tersenyum menatap cara Mathew menjelaskan. Chang dan Wada senyum saja.
“ Hampir semua bank central kalian kendalikan. Itu sama saja mata uang kalian kuasai. “ Omar mulai ngegas.
“ Ah itu terlalu merendahkan pemerintah sebagai penguasa. Kami deal melalui money market dan menjaga likuiditas pasar dengan susah payah. Tanpa itu mata uang akan hilang kendali. Dunia akan hancur. Kami hanya membantu rezim mata uang fiat. Kalau pemerintah engga mau mata uang fiat, ya pindah ke emas.”
“ Emas? Omar melotot.” lah tambang emas sahamnya kalian kuasai diseluruh dunia. Itu sama saja memberikan kekuasaan negara kepada kalian.” Kata Omar ketus.
“ Terus maunya apa ? Ini salah, itu salah. Bingung saya.” kata mathew dengan mimik lucu.
“ Maunya? Ya kalian lepaskan saja Palestina dan kalian keluar dari Arab” tegas Omar matanya melotot.
“ Wow wow… Stop. Tidak boleh bicara politik. “ Kata saya cepat. “Kita di sini mau santai. “ lanjut saya.
“ Biarin aja mereka ribut. Entar kalau duel, kita nonton saja. Siapa yang kalah kita mandiin bir.” Kata Wadah. Chang senyum saja.
“ Ah kamu, Wada. Sebaiknya kamu diam.” Kata saya tegas.
“ Engga apa apa, B. Saya akan jawab.” Kata Mathew. “ Jamin saya tidak akan marah.”
“ Its enough. End conversation. “Kata saya. Semua diam. Saya pesan tequila lagi. Seharusnya mereka berdua tidak datang. Orang mau santai malah ributin politik.
“ Menurut saya, “ Chang bersuara. “ Mathew benar. Semua itu business as usual. Tampa izin pemerintah, pengusaha etnis Yahudi engga mungkin mendirikan bisnis. Omar juga benar. Sebaiknya Israel keluar dari Palestina. Biarin orang Arab yang urus nasip orang Palestina. Kan menghemat anggaran bagi israel. Nah kita lihat nanti apa benar, orang arab dan islam solidaritasnya tinggi. “ Kata Chang.
“ Jangan sampai nasipnya sama seperti Afghanistan , Mesir, Pakistan. Akhirnya China juga yang bantu. Termasuk Arab pun yang bantu China. Nanti semua negara islam dikontrol China.“ kata Wada.
“ Wada jaga mulut kamu. Kami tidak berpolitik di negara islam. Kalau kami bantu itu hanya business as usual. Emangnya Jepang negara penjajah.” kata Chang keras.
“ Sudah saya bilang dari tadi Wada. Kamu diam! Kata saya. Chang udah jangan lagi bicara. “ Kata saya melotot kepada Chang. Tak berapa lama Steven datang membawa enam orang cewek columbia. Semua tertawa dan anehnya balik akur lagi.
***
Teman teman asyik di dalam cafe bersama 6 wanita Kolumbia yang dibawa Steven. Mathew tetap di luar cafe menemani saya merokok. “ B, saya tidak marah kalau Omar membeci kami kaum Yahudi. Kami terlalu kuat untuk hancur karena kaum pembenci. Sejarah hidup kami penuh derita akibat kebencian. Kami percaya Tuhan menyayangi atas kesabaran kami. Kami percaya Tuhan tidak pendendam dan tidak mengajarkan manusia mendendam. Kalau ada orang atas nama agama membolehkan dendam dan kebencian tidak berujung. Itu pasti agamanya salah.
Mungkin kamu tahu istilah Pogrom. Itu kata lain dari pemusnahan yang ditujukan kepada kami kaum Yahudi. Di abad pertengahan pogrom-pogrom besar sering terjadi di negara-negara Eropa tanpa terkecuali. Yahudi Eropa menjadi kambing hitam untuk semua persoalan. Ada pandemi, gagal panen, kalah perang, pengkhianatan itu pasti penyebabnya Yahudi. Yang menyedihkan Raja, tokoh agama kristen bersama sama melakukan propaganda agar pogrom terjadi meluas.
Mereka semua yang membenci Yahudi itu punya alasan sema. Tokoh gereja beralasan membenci karena perlakuan orang Yahudi yang menyerahkan Yesus Kristus ke penguasa Romawi untuk disiksa dan dihukum salib. Sang tokoh membeci, umatpun ikut membenci. Raja mau tidak mau harus ikut apa kata Gereja agar kekuasaan tetap diendorsed. Sehingga pogrom menjadi legitimit. Kalau rakyat non Yahudi sampai percaya membenci Yahudi, sebetulnya tidak ada hubungannya dengan agama mereka. Ini kaitannya dengan kecemburuan sosial; paranoid; prasangka buruk.
Dari kekacauan kebencian ini ada kelompok Yahudi yang murtad. Mereka berbisnis lewat politik. Tampa zeonis tidak akan ada pogrom. Tanpa zeonis tidak ada uang mengalir masuk ke kantong Yahudi murtad. Karena bisnis juga, pogrom terbesar dilakukan NAZI Jerman di bawah Hitler di Perang Dunia II. Sebuah tindak ethnic cleansing yang sistematis, terstruktur, masif, dan keji. Sebuah penyerangan massal, tindak kekerasan, rampok paksa, pembantaian tak berperikemanusiaan.
Sebelum tahun 1948 ada pogrom dari penguasa timur tengah terhadap 800.000 etnis Yahudi. Sejumlah itu tersebar di Afrika Utara, Irak ,Mesir, Suriah, Yaman, Iran dan Republik Turki. Pembunuhan dan penjarahan serta pengusiran terjadi meluas. Terjadilah eksodus dalam skala besar dari negera tersebut pada awal tahun 1940an, yang terus berlasung sampai tahun 1950an. Pengungsian Yahudi memenuhi tanah Palestina dan mereka dipaksa membayar. Setelah perang dunia kedua, PBB sudah minta agar negara asal Pengungsi Yahudi dari Eropa dan Timur Tengah menerima warganya kembali. Tapi mereka menolak.
Karena itulah PBB tidak bisa menolak berdirinya negara Israel yang diusulkan Inggris. Itu juga solusi bagi pengungsi Yahudi yang ada di Palestina. Benarlah. Tetapi karena jumlah pengungsi yang masuk semakin besar, akhirnya pemerintah Israel kewalahan juga. Ya terpaksa menerima dengan selektif. Yang diutamakan adalah yang well educated dan kaya. Yang miskin dan tidak berpendidikan, mereka tolak. Kini sebagian besar etnis Yahudi ada di Eropa dan AS.”
“ Jadi kalian sebetulnya tidak mengakui Israel itu sebagai negara Yahudi? Tanya saya.
“ Ya benar. “ Mathew menjawab tegas.
“ Setidaknya israel itu adalah negara yang paling banyak menampung pengungsi Yahudi akibat adanya pogrom di Eropa dan Timur Tengah. Sementara negara asal mereka tidak mau menerima kembali mereka pulang. “ Kata saya.
“ Benar. Kalaulah negara asal pengungsi mau menerima kembali mereka. Tentu cerita akan lain. Mungkin negara israel tidak akan pernah ada. Jadi sumber masalah dari dulu karena kebencian tak berdasar. Dan sampai kini masalah berputar putar berujung kepada kebencian juga“
“ Bagaimana demographi rakyat israel sekarang?Kata saya.
“ Memang 80% etnis Yahudi. 14% Islam Arab, sisanya 2% kristen dan lain lain. Tapi dari 80% etnis yahudi itu separuhnya atau 40% bukan lagi asli Yahudi. Mereka asimilasi dari Arab, Suriah, Maroko, Turki, Armenia. Mereka tidak menganut agama Yahudi. Mereka lebih sekular. Separuhnya lagi terdiri dari Yahudi Rusia yang lebih tradisional sebesar 22%. Yang asli Yahudi dalam arti menjalankan agama Yahudi secara radikal hanya 18%. Nah yang berkuasa sekarang di Israel adalah dari etnis Yahudi hasil asimilasi Timur Tengah dan Turki. Mereka itu pendukung Partai Likud. Itu yang menempuh cara militerasi.
Sementara dari etnis Yahudi tradisional, ortodok ( radikal) itu jelas anti perang. Mereka disiksa saja ikhlas. Di usir ikhlas. Mana mungkin mereka mau perang. Apa yang dirasakan oleh rakyat palestina sekarang, mereka dulu pernah rasakan akibat kerakusan penguasa Arab, Timur Tengah dan Eropa. " Kata Mathew.
" Seharusnya cukup kami sajalah yang jadi korban. Jangan ada lagi. Sudahi sajalah konflik. Politisi harus singkirkan nafsu berkuasanya. Solusi Dua Negara itu sangat tepat untuk hidup berdampingan secara damai. Tepi Barat dan Jalur Gaza untuk Negara Palestina seperti resolusi PBB 242 dan jarusalem timur diserahkan kepada Yordania. Masalah tanah sesuai piagam LBB tahun 1920, yaitu pergantian kekuasaan tidak boleh mengubah hak tanah yang sudah dibeli. " Lanjut Mathew yang terkesan dia skeptis dengan usulannya.
“ Ya sudah. Kamu sahabat saya. Tidak penting siapa kamu. Sabar saja. Itu semua masalah politik. Dan lagi kamu Yahudi yang tinggal di Swiss. Negara termakmur di dunia. Lupakan Politik. Focus ke diri sendirI saja. Pada akhirnya kita akan diadili Tuhan sendiri sediri. Tidak ditanya apa suku dan bangsa kita. Yang penting selagi kita hidup, berusahalah berbuat baik sebanyaknya bagi orang lain.” Kata saya tersenyum.