Senin, 22 Juni 2020

Sejarah takdir...



Kadang sejarah mengecoh karena ia ditulis berdasarkan persepsi yang lebih dulu terbentuk, Bukti dan naskah dicari agar penulisan sejarah bisa sama dengan persepsi. Begitulah kehidupan ini. Kebenaran sejarah akan selalu subjektif.  Revolusi Bolshevik itu tidak pernah dipersiapkan dengan matang. Mengapa ? Lenin bukanlah orang terpelajar. Sejak kecil sampai dewasa dia tidak pernah sukses dalam hal apapun. Ketika awal kerusuhan besar melanda Rusia, Lenin sedang berada di Siberia. Sementara Stalin sedang berada di Swiss.  Semua elite Bolshevik pada cari selamat masing masing. Karena mereka memang sedang diburu oleh Raja Tsar Nicholas II. Aksi massa jutru dipicu oleh emak emak dalam jumlah besar turun ke jalan. Mereka menuntut ketersediaan gandum, yang semakin langka. Tidak ada yang mengorganisir. 

Aksi damai emak emak itu terjadi spontan. Tentara, atas perintah Raja Tsar mengeluarkan tembakan guna membubarkan massa. Tentu korban berjatuhan. Keadaan ini memancing amarah kaum buruh. Sejak itu kerusuhan terus terjadi bergelombang. Dan ketika sudah meluas, barulah para tokoh oposisi keluar dari sarangnya. Mengambil kesempatan di tikungan. Kalau akhirnya terjadi apa yang disebut dengan Revolusi Bolshevik, itupun tidak jelas. Karena manifesto komunis, bukan buah karya Lenin dkk. Tetapi copy paste dari tulisan Karl Mark. Sementara Karl Marx sendiri semasa hidup, pemikirannya tidak laku. Kebetulan hanya dibaca oleh orang semacam Lenin, yang secara pribadi hidup dalam depresi. Selanjutnya rezim komunis mempertahankan kekuasaanya dengan kekuatan intelijen dan membunuh siapa saja yang menentang.

Samahalnya dengan lahirnya Komunisme di China, itu karena Mao Zedong gagal masuk universitas Wuhan. Ia bekerja di perpustakaan. Saat itulah dia membaca buku Karl Mark. Secara diam diam Mao terlibat dalam diskusi dengan mahasiswa. Idiologi apa yagn pantas untuk China paska Dinasti Mancu tumbang? Diantara mereka setuju dengan pemikiran Mao tentang komunisme dan ada juga yang tidak setuju. Tumbangnya dinasti Manchu pada akhir 1912 merupakan tonggak awal perubahan pola pikir rakyat Cina yang menjadi lebih modern dengan paham demokratis dan nasionalis yang berdampak pada pergerakan nasional rakyat Cina menghapus kebiasaan feudal yang berlangsung berabad-abad. Revolusi ini dipimpin oleh seorang revolusioner bernama Yuan Shin-Kai yang diangkat menjadi Presiden di pemerintahan baru. Namun, pemerintahan yang dijalankannya bersifat diktator bahkan membubarkan sistem parlemen di Cina. Chaos terjadi. Pemeritahan tumbang, apalagi ditambah dengan imperialism Eropa dan Jepang. 

Hingga munculah gerakan nasionalis di bawah Sun Yat-sen. Kalau akhirnya Partai Komunis bergabung dalam front nasional, itu tanpa bargain apapun. Karena memang tidak ada peran rakyat kecil terlibat dalam revolusi. Namun pemerintahan Kuomintang tidak bekerja sesuai kehendak rakyat. Korupsi terjadi meluas. Terjadi perpecahan ditubuh militer yang tidak bisa menerima sistem yang korup. Militer yang menentang Pemerintah menjadikan Mao sebagai kendaraan. Populeritas Mao terjadi berkat dukungan militer. Perang saudara meletus di China, itu antara militer yang pro dan kotra pemerintah.  Pemerintah Kuomintang kalah. Sebelum Beijing jatuh, para elite Kuomintang sudah lebih dulu menjarah harta negara dan melarikannya ke Taiwan.  Setelah itu China tidak punya apa apa kecuai rakyat. Saat itulah militer minta Mao tampil. Coba, andaikan Kuomintang tidak melarikan diri dan China tidak kehabisan kas, mungkin yang berkuasan adalah militer, bukan partai komunis.

Pada 16 Agustus  1945, malam hari, Soekarno dan Hatta, diundang ke kediaman Laksamana Maeda, Jalan Imam Bonjol Nomor 1. Rumah ini dipakai Soekarno untuk rapat menyusun naskah proklamasi. Maklum ketika itu keamanan Jakarta sangat mencekam. Tentara Jepang walau sudah kalah terhadap sekutu namun punya kewajiban menjaga wilayah Indonesia sampai terjadi handover ke sekutu. Perwira Jepang itu mengizinkan lantai dua rumahnya digunakan tempat meeting. Yang hadir dalam rapat itu adalah anggota PPKI. Para pemuda pejuang dan tokoh terpelajar. Memilih rumah perwira Jepang untuk rapat adalah cara aman, apalagi rapat menyusun naskah kemerdekaan. 

Namu setelah naskah Proklamasi selesai dibuat, Hatta minta agar semua yang hadir ikut menanda tangani naskah itu. Suasana hening. Tidak ada satupun yang bersedia teken. Karena saat itu situasi sangat mencekam, dan resiko dibedil Jepang juga besar, dan situasi serba tidak pasti,  para perserta rapat PPKI itu meminta Soekarno dan Hatta saja yang teken. Padahal kalaulah semua anggota PPKI itu tanda tangan naskah proklamasi, belum tentu yang jadi presiden adalah Soekarno. Andaikan Jepang sebagai pemenang perang terhadap sekutu dan Jepang melaksanakan janjinya memerdekakan Indonesia, mungkin para anggota PPKI itu berebut ingin teken.

Setelah itu revolusi bau amis darah pun pecah. Aksi massa merebut senjata Jepang berlangsung disetiap kota. itu bukanlah karena peran anggota PPKI tetapi memang terjadi begitu saja akibat kemarahan rakyat yang lapar. Sifat represif tentara Jepang  terhadap gelombang aksi, itu justru semakin memperbesar api revolusi sehingga tidak bisa lagi dipadamkan. Paska krisis jatuhnya Lehman tahun 2008 dan kemudian terjadi gelombang krisis keuangan global, yang puncaknya tahun 2013. Tahun 2014 Pemilu digelar. Saat itu  Kas negara negatif. Tidak banyak elite yang berani tampil. Maka munculah Jokowi yang bukan elite politik ke panggung politik.  Orang memilih Jokowi bukan karena ia PDIP tetapi orang muak dengan elite politik Orba yang masih eksis di era reformasi. Andaikan tidak ada krisis, dan ekonomi baik baik saja, saya yakin Jokowi tidak akan tampil. 

Setiap pemimpin lahir pada massanya bukan karena dia hebat, tetapi karena tangan Tuhan.   Dan jatuhnya pemimpin juga karena Tuhan. Hubungan sebab akibat terjadi secara spontan juga. Dan mereka menjadi hikmah bagi semua orang. Dalam bukunya, Tan Malaka menuliskan bahwa revolusi lahir secara alami dan tidak bisa diciptakan oleh tokoh politik, sedang motor utamanya adalah rakyat yang tertindas atau yang disebut massa aksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...