“ Ah, lue terlalu mendramatisir keadaan” Kata Herman.” Noh lihat bandara masih rame. Whoos terus meningkat jumlah penumpangnya. Kalau liburan jalanan macet ke puncak. Apa itu bukan fakta bahwa ekonomi kita baik baik saja. Jangan jadi buzzer anti pemerintah dah” Lanjut Herman.
Saya senyum aja. Karena saya hanya mengatakan bahwa ekonomi Indonesia tidak baik baik saja. Itu bukan provokasi. Tetapi berusaha mengingatkan agar kita sebagai rakyat siap siap menghadapi keadaan terburuk. Pengalaman saya tahun 98. Orang yang sukses melewati prahara adalah orang yang sebelumnya sudah tahu akan terjadinya krismon. Jadi mereka bersiap. Ketika krismon terjadi, mereka cepat recovery.
Kembali kepada Herman. Argumen quantitive saya. Engga usah terlalu canggih. Mari kita lihat data PayLater. Apa itu paylater? sistem pembayaran yang ditunda, dimana pembeli diperbolehkan membeli barang namun membayarnya belakangan, tentu saja beserta tanggungan bunganya. Data Ojk selama 5 tahun belakangan ini jumlahnya meningkat 17 kali.
Tahu artinya? Kalau liburan masih ramai, retail modern masih rame pembeli, itu sebagian besar karena utang. Selama 5 tahun daya beli domestic bukan didukung oleh kelebihan pendapatan tetapi karena utang. Berdasarkan data pengguna paylater itu ada 80 juta atau 1/3 penduduk Indonesia. Itu cermin kelas menengah Indonesia. Orang miskin jangan tanya dah. Makanya jangan kaget kalau daya beli masyarakat drop. Akhirnya kita masuk deplasi. Ya mana bisa utang terus. Kan kapasitas atau limit terus berkurang. Sampai akhirnya nol atau topup jaminan cash.
Masih belum paham. Mari kita lihat data tabungan dibawah Rp. 100 juta. Data BI, jumlahnya dari tahun ke tahun terus turun. Artinya kelas menengah itu MANTAB alias makan dari tabungan. Sementara data Pinjol dan pegadaian terus meningkat jumlahnya. Google aja kalau engga percaya. Jumlah PHK meningkat. Lihat aja data claim JHT-BPJS tenaga kerja. April aja udah diatas 800.000. Padahal yang bisa claim JHT, itu sebagian kecil aja. Itu artinya PHK meluas.
“ Ah lagi lagi lue medramatisir berdasarkan data “ Kata Herman.
“ Na..” teriak saya kepada kasir restoran. Dia menoleh ke saya. “ Gimana omzet restoran lue? tanya saya.
“ Susah koh. “ Yana menggeleng geleng lesu. “ Udah seminggu ini yang pakai room, coman kokoh aja sama teman teman. Biasanya antri yang mau makan pakai room. Tadinya ada SPG minuman untuk promosi. Lumayan pemasukan tambahan dari sponsor. Eh sekarang udah engga ada. Sepi. Jauh banget dibandingkan tahun lalu “ Kata Yana kasir merangkap pemilik restoran. Herman terdiam. Engga mau lagi ngotot.
“ Man, lue kan pengusaha. Gimana bisa kaya, ngga usaha munafiklah. Kita kita ini semua anjing. Sama dengan pejabat. Kalau engga bisa bantu rakyat , jangan tutupi kenyataan dengan retorika pencitraan. Data tetaplah data. Fakta tetaplah fakta. Mending lue diam aja. Ngapain bela pemerintah segala. Kan dicemes Ale lue.” Kata akhiat tersenyum. "Lue tahu, " lanjut Akhiat. " Kalau pemerintah Prabowo engga hati hati, kita akan jatuh krisis, lebih buruk dari tahun 98. Ngeri membayangkannya. Kasihan aja sama Prabowo jadi tukang cebok Jokowi. Jokowi happy aja dia. Pensiun pulang ke Solo. "
“ Yang lebih kasihan rakyat yang berusaha cebokin Jokowi dengan bela mati matian. Kalau kaya karena rente, baguslah. Tetapi kalau blangsat, kan kasihan banget. Onani terus..” Kata Doni. Saya senyum aja,
" Ah itu karena Judi online yang buat rakyat terpuruk dan terjebak hutang" Sanggah Herman. Kami semua senyum aja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.