Dalam rapat bisnis di kantor. Saya tidak begitu peduli dengan paparan soal prospek ekonomi dan bisnis ke depan. Engga akan saya terprovokasi. Saya tahu apa yang disampaikan itu adalah fakta berdasarkan teori Apapun yang disimpulkan, itu tetap saja subjectif. Setiap orang punya pendapat berbeda terhadap realitas. Sedangkan kebenaran, adalah keadaan sebenarnya atau aktual dari suatu hal. Dimasa depan itu yang pasti adalah kematian, itulah kebenaran. Kenapa saya harus terprovokasi soal analisa masa depan yang suram.
Fakta adalah pernyataan tentang beberapa peristiwa atau keadaan yang ada atau yang telah terjadi. Fakta dapat diamati (dapat diukur), dapat diverifikasi, dan tidak dapat disangkal, apa pun ukuran nalar dan logika yang diterapkan atau ditolak. Realitas dibangun, objektif, subjektif, empiris, instrumental, dan realitas lainnya, tidak lain adalah opini kolektif - sebuah ide di mana beberapa kepercayaan ditempatkan atau, representasi kolektif yang masuk akal dari "sesuatu". Realitas tidak hanya diakui, tetapi harus ditemukan atau dinalar dan dapat dipalsukan.
Misalnya, kita tahu bahwa siang akan datang setelah malam. Fakta bahwa bumi berputar pada porosnya menghasilkan siang dan malam. Itu dapat diverifikasi atau diamati dari luar angkasa. Juga dapat diverifikasi bahwa Bumi berputar mengelilingi Matahari. Atas dasar dua fakta ini kita memperhitungkan waktu. Tapi, apa realitas waktu? Bagi sebagian orang itu linier, bagi sebagian pendapat itu siklik dan bagi sebagian orang itu fraktal. Untuk meyakinkan salah satu dari tiga realitas waktu ini, itu harus dipikirkan berdasarkan beberapa fakta. David G.Myers, berkata “ Ada realitas objektif di luar sana, tetapi kita melihatnya melalui kaca mata keyakinan, sikap, dan nilai kita.
Dalam politik juga begitu. Kita tidak bisa menganalisa capres dari kata katanya. Itu tetap saja bukan fakta. Kita harus focus kepada realitas, berdasarkan rekam jejaknya namun perlu ilmu untuk menganalisanya. Karena realitas bisa pula dipalsukan lewat pencitraan. Orang China punya prinsip bahwa jangan memuja bunga plastik. Walau faktanya Indah. Tetapi ia bukan kebenaran. Pujalah bunga asli. Walau cepat layu, ia adalah kebenaran dan juga realitas. Sehebat apapun negara China, ia bukan kebenaran bagi saya. Karena bukan negara saya. Tetapi Indonesia, negara saya adalah sebuah kebenaran. Walau brengsek dimakan koruptor, itu adalah takdir saya, dan sebuah kebenaran untuk saya berdamai dengan realitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.