Kamis, 05 Maret 2020

Sore itu di Istanbul

Akan selalu ada wanita yang menangis kala menikmati senja dan malam. Dan Azra tak butuh alasan untuk melakukannya, menitikkan air mata ketika cahaya merah terlihat dari hamparan penuh rerumputan, pohon-pohon, dan sebuah taman Ritz Carlton, di Istanbul. Waktu-waktu berjalan lambat di instanbul, malam itu. Aku ingat, tadi sore  ia datang dengan kemeja putih itu, ditambah syal merah muda melingkar di leher, dan rok panjang ala gadis Eropa pada umumnya. Dia datang menemuiku di hotel itu. 

Aku masih ingat ketika kali pertama bertemu dengan dia  di Hilton, London. Aku tak pernah lupakan bagaimana perkenalan kami, pertemuan di satu titik dia sedang rapuh. Ketika itu dia adalah banker yang bekerja sebagai analis ekonomi. Dari pertemuan itu aku jadi mengenal dia dan menjadi sahabat.Kami punya banyak kesamaan minat. Setidaknya aku dapatkan banyak wawasan tentang geostrategis yang sangat aku perlukan dalam berbagai aksi korporat holding yang aku pimpin.

“ Antara Peter dan aku, kata Azra, “ sama seperti Turki dan Eropa. Bagaimanapun aku wanita Turki tidak akan pernah jadi orang Eropa. Sama halnya Turki tidak akan pernah jadi Eropa, walau berusaha ingin menggapainya namun itu tidak akan pernah mencapainya.  Walau setelah perang Dunia ke 2, Turki modern bagian dari NATO, ingin menjadi bagian dari masyarakat modern dan sedikit bangga karena itu, namun setelah usai perang dingin,  dengan runtuhnya Uni Soviet, Eropa dan AS tidak lagi menganggap Turki penting. Katanya dengan suara miris.

“ Kamu tahu, pada awalnya Turki melihatnya krisis Suriah melalui prisma revolusi sebelumnya di Tunisia, Mesir, dan Libya. Krisis Suriah dengan cepat meningkat dari murni konflik domestik menjadi krisis internasional.  Bagi Turki,  Krisis Suriah dianggap  kompetisi regional antara Iran dan negara-negara Teluk di Timur Tengah, upaya Rusia untuk mendapatkan pengaruh di Timur Tengah, dan kekhawatiran keamanan Israel. Turki sebagai sekutu AS, merasa GeEr bahwa Turki sangat dibutuhkan AS menyelesaikan krisis Suriah. Tetapi lagi lagi Turki salah.” Kata Azra.

“ Mungkin soal krisis Suriah, persepsi antara Turki dan AS berbeda.  Kataku. Turki focus kepada bagaimana menjatuhkan rezim Bashar Assad, sementara AS focus kepada masalah kurdi karena AS punya kepentingan menciptakan wilayah Kurdi di Timur Tengah, khususnya di Irak. Harapan, kalau Kurdi bisa mendapatkan daerah otonom di Suriah, itu bisa jadi jalan untuk memecah Irak menjadi bagian dari negara kurdi. Sementara bagi Turki, keberadaan Kurdi di Suriah merupakan ancaman bagi dalam negeri Turki.  Kawatir,  kalau Etnis kurdi dapat wilayah otonomi di Suriah, etnis kurdi yang ada di Turki juga minta yang sama kepada Turki.” Kataku.

“ Ya, benar kamu. Katanya. “ Itu sebabnya serangan AS kepada ISIS merugikan Turki yang mendukung oposisi di Suriah. Padahal oposisi di Suriah diuntungkan dengan adanya ISIS untuk menjatuhkan rezim Assad. Sementara bagi AS bukan lagi bagaimana caranya menjatuhkan Assad, bahkan bagi AS rezim Assad layak dipertahakan, asalkan kepentingan AS terhadap etnis Kurdi bisa tercapai. Justru sikap AS terhadap Suriah, menguntungkan Assad dan Iran yang ingin menghabisi ISIS dan mengusir extrimis Suni di Suriah.  Secara naif , berkali kali Turki meminta AS dan Barat untuk langsung melakukan intervensi militer terhadap Assad namun AS menolak. Tentu membuat Turki kecewa.” 

“ Mungkin bisa jadi, kataku, “ walau Turki bertetangga dengan Suriah, namun Turki tidak pernah bisa memahami Suriah, dan tidak ada ahli Suriah di Kemenlu Turki yang paham soal Suriah. Makanya kebijakan Turki terhadap krisis Suriah selalu salah. Bahwa Turki menganggap Suriah itu ancaman bagi ekpansi Iran yang ingin mendapatkan hegemoni politik di Timur Tengah, ancaman bagi keamanan Israel, ancaman bagi sekutu AS seperti negara negara Arab, tetapi AS tidak kawatirkan itu. Karena soal ekonomi, rezim Assad terbuka secara bisnis dengan siapapun. AS paham betul itu.”

“ AS tidak menganggap rezim Assad menjadi ancaman serius dibandingkan keberadaan ISIS, yang mengancam kepentingan agenda AS terhadap etnis Kurdi di Irak dan Suriah. Dan ditambah lagi sikap GR Turki yang berlebihan seakan mereka bagian dari Eropa dan AS. Padahal itu hanya ilusi. AS hanya berfocus soal Irak dalam krisis di Suriah, termasuk menghabisis ISIS. Dan Turki menolak atau enggan untuk menjalankan agenda AS itu. Makanya semakin membuat AS merasa Turki engga penting lagi. Ya sama dengan sikap Peter terhadapku” Katanya dengan wajah mendung.

“ Seharusnya Turki tidak memanfaatkan momentum kerusuhan di Suriah untuk ikut menjatuhkan Assad. Berteman jauh lebih baik, apalagi kami bertetangga.” Kata Aszar.

“ Bukankah hubungan antara Turki dan Suriah telah lama tegang karena beberapa sengketa wilayah historis, yang meliputi aneksasi Turki atas provinsi Hatay pada tahun 1939, konflik atas kendali atas Tigris dan Cekungan air, termasuk kedekatan hubungan Turki dengan Barat pada umumnya dan Israel pada khususnya, dan dukungan Suriah untuk PKK pada 1980-an dan 1990-an. Juga, kedua negara berada pada sisi yang berlawanan dalam perang dingin. Turki adalah anggota NATO dan Suriah adalah sekutu Uni Soviet. “ Kataku.

“ Ya. Dalam kebijakan Turki 1990 terhadap Suriah didefinisikan oleh ancaman keamanan dukungan Suriah untuk PKK. Namun, pengusiran Abdullah Ocalan pada tahun 1998 dari Suriah adalah titik turing dalam hubungan bilateral. Sejak itu, hubungan bilateral telah menunjukkan beberapa perbaikan. Sebagai hasilnya selama dekade terakhir, Turki mengembangkan hubungan luas dengan Suriah. Hubungan baru ini didasarkan pada kerangka kerja kebijakan tanpa masalah dengan tetangga.” Kata Aszar.

“ Oh itu sebabnya pada Maret 2011, ketika rezim Assad memulai tindakan keras terhadap para pengunjuk rasa, Turki tidak memutuskan hubungannya dengan Suriah. “ Kataku.

“ Ya, setelah pendekatan keras rezim Assad terhadap oposisi, Turki mulai mendukung oposisi Suriah dengan menampung anggotanya di Turki. Setelah itu, hubungan Turki dengan Suriah memburuk. Turki memiliki andil besar dalam konflik karena dua alasan: Pertama, ada gelombang besar pengungsi, dan kedua, ada dimensi krisis Kurdi. Kurdi mungkin menggunakan perang saudara sebagai kesempatan untuk menuntut wilayah Kurdi yang otonom atau bahkan berdaulat di Suriah. Krisis telah membuka kembali 'masalah Kurdi.  Apalagi era Erdogan. Turki punya agenda sendiri, terutama dukungannya kepada oposisi Suriah yang sebagian besar terpengaruh denga Ikhwanul Muslimin. Turki hanya ingin membantu oposisi menjatuhkan rezim Assad, dan sekaligus menghabisi pengaruh Kurdi di Suriah. Dan inilah kesalahan fatal Turki , tentu membuka topeng AS dan Eropa di hadapan Turki. Mereka bukan teman. “ Kata Aszar. 

“ Emang gimana masalah Kurdi? tanyaku.  

“ Suku Kurdi, sebuah kelompok etnis yang tersebar di Irak, Turki, Iran, Suriah, telah lama bercita-cita untuk memiliki negara mereka sendiri. Turki terus dibuat repot karena masalah Kurdi, dan mindset keamanan Turki mencerminkan ketakutan yang mendalam terhadap seperatis Turki. Pemerintah Turki mengawasi konflik dengan cermat. Turki prihatin dengan efek limpahan lintas batas.  Konflik Suriah telah berdampak langsung pada eksistensi Kurdi di Turki. Konflik di Suriah telah menarik perhatian pada minoritas Kurdi di sini. Kurdi Suriah sekarang lebih vokal dari sebelumnya, dan dikhawatirkan bahwa dalam waktu dekat mereka akan mengumumkan otonomi atau bahkan kemerdekaan. Masalah Kurdi semakin mengancam dalam negeri Turki dengan implikasi regional. Apalagi, krisis Suriah mempengaruhi penduduk sipil di wilayah tersebut, terutama perempuan dan anak-anak. Semakin banyak pengungsi yang melintasi perbatasan Suriah setiap hari. Jumlah total orang Suriah yang terdaftar di Turki berjumlah 1.757.500, dengan 255.562 di kamp pengungsi. Ini benar benar bencana serius bagi keamanan Turki."Katanya.

" Ya. Sementara itu sejak  tahun 2018  Turki masuk dalam krisis Ekonomi. Semua indikator ekonomi, termasuk mata uang lira jatuh. Angka pengangguran terus meningkat. Hutang terus menggunung. CDS terus jatuh. Yield obligasi sudah dua digit. Tahun ini Turki terlibat langsung dalam perang dengan Suriah, dengan alasan melindungi oposisi yang ada di Idlib. Padahal itu urusan dalam negeri Suriah, tetapi Turki ingin jadi polisi dan hakim terhadap oposisi Suriah yang ada di Idlib. Apapun alasanya, perang adalah kebijakan buruk dan tidak rasional apalagi dalam keadaan ekonomi sedang terpuruk.

Sebetulnya sejak dua tahun lalu Rusia, China, Iran ingin membantu mereformasi Ekonomi Turki, dan memberikan bantuan uang agar Turki keluar dari krisis. Tetapi dijawab Erdogan dengan memecat Gubernur Bank Centralnya dan mengangkat menantunya jadi Menteri Ekonomi. Pasar semakin hopeless Turki akan keluar dari krisis. Sikap KKN Erdogan sudah ada sejak dia berkuasa, dan kroninya menikmati kemakmuran dari pertumbuhan ekonomi Turki yang pernah melesat tinggi.

Sikap keras Erdogan terhadap oposisi di Turki  dan penghormatan terhadap nilai nilai demokrasi semakin buruk. Arogansi nya seakan bebas menyalahkan siapapun termasuk kepada AS dan Barat yang tidak mau bantunya. Padahal dia tahun AS dan Barat juga sedang krisis. Sementara Rusia yang merupakan tetangga kaya yang sangat penting bagi ekonominya malah diajaknya tarung. Langkahnya mengirimkan militer sehingga berhadapan langsung dengan Rusia dan rezim Bashar al-Assad memicu semakin banyak investor asing kabur dari Turki.

Partai oposisi yang menentang perang dengan Suriah dicapnya pengkhianat. Itu hanya karena Erdogan tidak bisa bersikap rasional atas kebijakan perangnya dengan Suriah. Padahal kalau ekonomi semakin terpuruk, rakyat yang akan ramai ramai jatuhkan Erdogan. Kalau sudah masalah perut, chaos tak bisa dihindari." kataku.

Dia terdiam seakan membayangkan hal yang mengkawatirkan akan nasip negerinya. Atau dia sedang memikirkan Peter.

“ Lantas gimana pendapat kamu soal intervensi Turki di Idlib dan solusinya? kataku.

“ Turki tidak memiliki kemampuan diplomatik atau militer untuk memainkan peran 'pembuat peraturan' di wilayah tersebut. Yang terbaik bagi Turki adalah mendekati Rusia, dan AS, untuk mendapatkan jaminan atas nasip pengungsi dan mengamankan posisi Turki terhadap Kurdi. Apapun yang terjadi, kalau Rusia dan AS terlibat dalam perundingan, posisi Turki tetap akan aman. Rusia pasti tidak ingin ada otonomi khusus, apalagi pembagian wilayah untuk etnis kurdi sesuai design AS. Kalaupun harus ada otonomi khusus untuk Kurdi, itu atas dasar kebijakan datang dari Suriah,  di bawah hukum Suriah.  AS pasti realistis, karena bagi AS yang penting eksistensi Kurdi tidak diabaikan. Ini akan ada titik temunya. Masalah pengungsi dan Etnis kurdi dapat diselesaikan. Semua happy.”

Suasana sepanjang malam yang sempurna, tetapi segala sesuatu yang terasa indah saat itu ternyata tidak berulang. Keesokan harinya Azra mengatakan kepadaku bahwa dia sudah berdamai dengan Peter, dan menerima perkawinan itu sebagai cobaan sepanjang usia. Aku meninggalkan Instanbul dengan doa, semoga Azra baik baik saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...