Minggu, 13 Januari 2019

Pemimpin visioner.


Dwight D. Eisenhower adalah jenderal fenomenal di AS. Ia dilahirkan di Denison, negara bagian Texas, pada 14 Oktober 1890. Ia pernah ikut dalam perang dunia pertama sebagai perwira lapangan. Dalam perang dunia kedua, dia menjadi staff perwira dibawah sang jenderal hebat Douglas McArthur. Kehebatannya juga teruji dibawah Jenderal George Marshall yang menempatkannya sebagai Kepala Bagian Perencanaan Perang, Staf Umum Departemen Perang Amerika. Pada November 1942 sebagai Letnan Jenderal, Dwight Eisenhower memimpin pendaratan tentara sekutu di Afrika Utara. Sukses. Pada 1944 ia diangkat menjadi Panglima Tertinggi Pasukan Sekutu melakukan pendaratan di Normandi, Perancis untuk menaklukan Jerman. Penyerbuan ini berhasil membuat Jerman menyerah pada 8 Mei 1945.

Selama perang dunia kedua, Eisenhower mempelajari kehebatan Jerman yang dia akui sebagai negara yang cepat bangkit dari keterpurukan dan akhirnya memimpin kemajuan di bidang ekonomi. Ambisi Hitler ingin menguasai Eropa tidak akan ada bila tidak di dukung oleh kekuatan ekonomi Jerman ketika itu. Eisenhower kagum dengan kecepatan mobilisasi pasukan Jerman dari satu tempat ke tempat lainya dengan sarana autobahn. Ya, kehebatan Hitler yang bukan Sarjana hebat dan bukan lulusan West Point adalah membangun infrastruktur darat yang terhubung dari satu kota ke kota lainnya. Ini menjadi inspirasi hebat bagi Eisenhower. Bahwa infrastruktur adalah kata kunci membuat kemajuan bangsa dan unggul dalam persaingan. Apa saja.

Usai perang dunia kedua, tahun 1954. Eisenhower terpilih sebagai Presiden AS. Yang petama kali di usulkannya kepada Kongres adalah membangun jalan darat untuk menghubungkan antar wilayah negara bagian. Pada tanggal 26 Juni 1956, Eisenhower menandatangani Undang-Undang Pembangunan Jalan Raya Antar Negara Bagian yang telah disetujui oleh kongres. Pembangunan ini sangat luas. Bahkan pembangunan terlama dalam sejarah AS. Membutuhkan waktu 37 tahun lamanya. Baru selesai tahun 1991. Panjang jalan 46.876 mil. Anggaran yang digelontorkan sebesar USD 129 triliun. Benarlah. Dampak dari pembangunan infrastruktur itu adalah terjadinya peluang bisnis yang meluas di segala sektor. Multiplier effect terjadi. Inovasi dan kreatifitas bisnis tanpa hambatan. Pembangunan industri terjadi merata di semua negara bagian.

Usai perang dunia kedua, semua negara menghadapi krisis termasuk AS. Eisenhower memanfaatkan krisis itu melakukan perubahan. Negara harus memberikan kesempatan agar semakin besar peran rakyat dalam menggerakkan mesin ekonomi. Negara hanya berperan sebagai administratur saja. Caranya adalah memberikan kebebasan kepada pelaku usaha untuk bersaing di pasar dan negara menyediakan infrastruktur ekonomi agar persaingan terjadi secara sehat bagi setiap wilayah dan individu. Benarlah, selama beberapa dekade, AS memimpin perubahan dunia di segala bidang.

***
Setelah terplih sebagai Presiden China, Deng Xiaoping terbang ke Amerika Serikat. Dia punggungi Unisoviet. Ketika itu ke pergian Deng ke Amerika sesuatu yang sangat tabu ditengah perang dingin. Deng tidak peduli. Deng inginkan perubahan. Tidak ada yang baru dari Unisoviet. Kalau Deng ke sana , China tidak akan berubah. China lama telah terkubur dalam revolusi kebudayaan. Tidak mungkin China lama bangkit lagi dari liang kubur. Di AS, Deng tidak banyak melakukan kunjungan resmi ke negaraan. Tidak ada agenda politik. Tidak ada agenda minta bantuan ke AS. Deng hanya ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri. Sebuah negara yang menang perang dunia kedua. Yang digdaya di bidang tekhnologi dan ekonomi. Dari pengamatannya secara langsung, dia mendapat inspirasi. Inilah yang harus di tiru oleh China.

Setelah pulang dari AS, Deng berkeliling China. Dia blusukan ke banyak kota kota kumuh. “ China harus membangun infrastruktur. Semua kota harus terhubung satu sama lain lewat jalan darat dan udara. Kita harus membuat pelabuhan , bandara. Kita harus membangun pembangkit listrik untuk industri. Kita juga harus mengubah sistem pendidikan kita. Kita harus melahirkan generasi kreatif. Bukan generasi hapalan dan dogmatis.” demikian kira kira yang disampaikan Deng dalam pidatonya disetiap kota yang dikunjunginya. Secara tidak langsung Deng menekankan adanya perubahan dalam metodelogi membangun. Dari komunis ke kapitalis. Terutama ketika dia menyebut “ Emansipasi “ dalam program ekonominya. Rakyat didepan, negara dibelakang.

Ketika Deng berkuasa, Kas negara kosong. Pertumbuhan ekonomi stuck. SDM sampai titik terendah. Karena yang pintar pintar lulusan perguruan tinggi banyak yang mati dalam kamp kerja paksa semasa revolusi kebudayaan. Tetapi Deng sangat paham bahwa modal China sesungguhnya adalah kemerdekaan individu. Kebebasan ekonomi bagia setiap orang. Reformasi Deng memberikan kebebasan itu. Secara tidak langsung Deng berdagang dengan rakyat. “ Negara beri anda kebebasan tetapi anda harus bayar kepada negara. Bayarnya bisa lewat kerja atau pajak.”. China membangun tidak dari utang ke negara lain. Deng meningkatkan pajak petani sampai dua kali lipat. Membayar upah buruh dengan murah. Pada waktu bersamaan dia menghapus semua subsidi sosial. Dari itulah dia punya uang untuk membangun infrastruktur.

Apakah perubahan itu mulus? tidak. Secara tidak langsung banyak teman teman politik Deng yang tidak setuju. Para mahasiswa setiap hari dalam diskusi diruang gelap, mencela kebijakan Deng yang mereka sebut tidak ada perikemanusiaan. Anti demokrasi. 25 juta PNS di berhentikan tanpa pesangon. Jutaan Tentara rakyat dipaksa untuk jadi pekerja kontruksi. Membangun jalan dan bendungan. Lembaga riset di swastakan. Semua produk pertanian di beli dengan harga murah oleh negara. Pada waktu bersaman di jual keluar negeri. Agar negara dapat devisa untuk membeli tekhnologi dari Eropa dan AS. China pun mengundang investor asing dengan insentif pajak murah. Upah murah. Sewa tanah yang murah. Hak kelola tanah sampai 100 tahun. Mereka bilang China telah dijual ke asing. Deng bisa membungkam para oposan dengan korban tak terbilang dalam peristiwa tiananmen square.

Perubahan dihentakan sangat keras oleh Deng. Rakyat China dipaksa berubah. Mereka tidak punya pilihan jalan lain. Jalan perubahan telah disediakan pemerintah. Mereka harus lewat jalan itu. Jalan yang memaksa semua orang harus berkompetisi. Jalan yang membuat orang harus kerja keras untuk kemakmuran dan kehormatan keluarganya. Setelah sekian dekade, China memang berhasil melewati perubahan itu. Kini China menjadi negara dengan kekuatan ekonomi nomor dua dunia. Mungkin beberapa tahun lagi akan menjadi nomor 1. Seiring kemajuan China, pajak petani telah di hapus. Pajak perusahaan china diturunkan dan pajak PMA di naikan. Sejak tahun 2006 atau dalam 10 tahun China menaikan upah buruh 400 %. Negara mentunaikan janji Deng 32 tahun lalu. “ Pengorbanan kalian sekarang akan dibayar oleh generasi anak anak kalian. Percayalah”

“ Deng memang keras. Tapi Deng smart. Dia menyediakan infrastruktur secara luas yang sehingga peluang ekonomi terbuka bagi semua wilayah, bagi semua orang. Jalan keadilan ekonomi terjadi secara natural. Dari situlah semua orang melintasi masa depan dengan penuh percaya diri. Andaikan Deng meniru cara Unisoviet membangun dengan memperkuat militer dan intel, memberikan jaminan sosial ala komunis, mungkin nasip China akan sama dengan Unisoviet yang akhirnya bubar.

“China setelah itu memang membangun puluhah ribu kilo meter jalan. Orang kaya baru terus meningkat. Jumla kelas menengah betambah. Pembangunan terjadi diseluruh china. Membangun jutaan rumah. Ya rakyat China telah bermetamorfosis menjadi masyarakat kapitalis tetapi Deng tetaplah seorang sosialis. Deng sendiri tidak punya rumah pribadi. Deng meninggal tanpa harta.“ Kata teman di China.

***

Suatu waktu saya bersama teman berkunjung ke Hobei di provinsi Wuhan, China dan saat itulah teman yang juga professor disalah satu universitas di Eropa sempat berkata kepada saya bahwa kemajuan China dibidang Ekonomi bukanlah sesuatu yang hebat. Saya bingung. Karena seharusnya teman ini terpesona dengan infrastruktur dan kapasitas industry yang dilihatnya selama kunjungan ke Hobei. Menurutnya apa yang dicapai oleh China kini bisa juga dicapai oleh Negara manapun. Jadi bukan sesuatu yang sulit dipelajari. Apa itu? China mampu memastikan kelancaran distribusi barang dan jasa secara efisien. Kelancaran ini didukung oleh infrastruktur logistic ( darat ,laut dan udara ) yang luas dan merata diseluruh china. Sehingga setiap wilayah mampu mengembangkan potensinya dan mendapatkan manfaat dari itu lewat kemampuannya mensuplay kebutuhan pasar dalam negeri maupun international.

Anda bisa bayangkan pedagang bunga di Pasar Pagi dan Sawah Besar Jakarta merasa lebih nyaman dan menguntungkan membeli (import) bunga dari Yunnan ( China) daripada beli bunga dari Lembang ( Bandung). Pedagang buah buahan Jakarta merasa lebih nyaman dan menguntungkan membeli (import) Jeruk dari exporter Shanghai dibandingkan membeli Jeruk dari pedagang besar di Kalimantan. Itulah kehebatan dukungan system logistic yang dimiliki oleh china.

Sang professor berkata kepada saya bahwa negara-negara yang berhasil dalam pencapaian tujuan pembangunan adalah negara-negara yang memiliki sistem logistic yang efisien. Untuk itu harus didukung akan sarana transforitasi dan sistem administrasi layanan yang cepat. China memiliki jalan tol terpanjang di dunia, memiliki panjang jalur kereta sekitar 100.000 kilometer yang menghubungkan seluruh provinsi yang ada di China, dan akan ditingkatkan menjadi 170.000 pada 2030. Negeri Panda itu kini juga telah memiliki jalur kereta cepat ( express trains) sepanjang 8.358 kilometer yang merupakan terpanjang di dunia, serta akan dibangun pula jalur yang menghubungkan hingga Tibet, Rusia serta beberapa negara ASEAN. Dan China mampu mengelola system transportasi nasional yang meliputi darat, laut dan udara dengan efisien dan efektif untuk mendukung lalu lintas logistic.

Yang menyedihkan era SBY berkuasa, kinerja Logistik sangat buruk, bahkan di bawah negara tetangga di Asia. Bank Dunia (2012) mempublikasikan Logistic Performance Index yang menempatkan kinerja sektor logistik Indonesia pada urutan 59 dari 155 negara. Posisi yang jauh di bawah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, maupun Filipina yang memiliki kondisi geografis relatif sama dengan wialayah nusantara. Dari segi layanan logistik yang ada di Indonesia masih terlalu panjang dan tidak efisien atau tepatnya amburadul, yang berdampak harga barang menjadi mahal. Contoh biaya logistik untuk produk pertanian masih di atas 40 persen. Akibatnya jangan kaget bila harga panen yang awalnya sangat rendah menjadi begitu tinggi di pasaran karena biaya transportasi dan logistik cukup besar. Bahkan, tak jarang harga sayuran dalam negeri justru lebih mahal ketimbang produk hortikultura impor, seperti wortel , bawang dari China atau Thailand, Malaysia.

Padahal bahan makanan pokok, termasuk hortikultura, menyumbang sekitar 35 persen sumber inflasi. Tanyalah harga bahan bangunan kepada orang Papua, sangat mahal. Sektor logistik secara makro menentukan daya saing suatu negara. Bila daya saing diartikan sebagai perbandingan produktivitas dan biaya, maka daya saing dapat diukur melalui persentasi ongkos logistik terhadap pendapatan nasional bruto suatu negara. Semakin rendah ongkos logistik maka semakin baik daya saing negara tersebut. Ongkos logistik Indonesia diperkirakan sekitar 20-25% dari PDB. Jika dihitung dengan PDB tahun 2010 sebesar Rp 2.310,7 triliun atas dasar harga konstan, maka ongkos logistik Indonesia sekitar Rp 500 triliun, itu sama dengan setengah dari APBN habis untuk ongkos logistic yang tidak efisien. Hal ini salah satu penyebab mengapa tingginya angka pertumbuhan ekonomi di era SBY tidak berdampak luas terhadap perluasan produksi dan kesempatan kerja.

Apa dampaknya ? ternjadinya deindustrialisasi di Indonesia karena masih kurang memadainya insfrastruktur dibandingkan dengan permintaan pelayanan jasa transportasi. Kondisi infrastruktur pelabuhan, bandara, jalan darat, dan jalur kereta api tidak memadai untuk mendukung kelancaran lalu lintas logistik. Sistem transportasi intermodal ataupun multimoda belum dapat berjalan dengan baik. Akibatnya transportasi dari sentra-sentra produksi ke pelabuhan dan bandara belum dapat berjalan lancar. Sehingga menyebabkan kualitas pelayanan menjadi rendah dan tarif jasa menjadi mahal, belum lagi prilaku aparat yang korup. Mengapa SBY tidak melakukan secara all out untuk mencari jalan keluar terpenuhinya system losgistik yang efisien? Jawabannya hanya satu bahwa sistem yang amburadul memang membuat nyaman para birokrat yang bermental korup.

***
Banyak pihak menuduh JOKOWI jor-joran membangun insfrastruktur tanpa memperhatikan kepentingan rakyat banyak. Harap dicatat bahwa alokasi anggaran untuk APBN tetap menjaga keseimbangan kebutuhan anggara lainnya khususnya bidang pendidikan dan sosial. Bahkan anggara pendidik dan sosial meningkat lebih besar daripada anggaran Infrastruktur. Menurut proyeksi PWC Indonesia, presentase anggaran infrastruktur pada APBN 2017 berikisar pada 19% dibawah target pemerintah dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan/Compound Annual Growth Rate (CAGR) investasi sektor infrastruktur periode 2014-2019 diprediksi mencapai 9,5%. Artinya tetap mengutamakan anggaran sektor lain.

Karenanya walau pembangunan terus dilakukan sejak Jokow berkuasa namun negara tetangga yang sadar akan kompetisi era MEA juga memacu pembangunan insfrastrukturnya. Berdasarkan penilaian Logistic Performance Index (LPI) Indonesia berada di peringkat 63 dengan skor 2.98 berada dibawah Thailand peringkat 45 dengan skor 3.26, Malaysia peringkat 32 dengan skor 3.43, dan Singapura peringkat 5 dengan skor 4,14. Sedangkan berdasarkan penilaian Global Competitiveness Index, peringkat Indonesia cenderung menurun dari posisi 34 pada tahun 2014-2015 menjadi posisi 37 pada tahun 2015-2016 dengan skor 4.52. Rendahnya indeks infrastruktur berdampak pada tingginya biaya logistik yang bermuara pada ekonomi biaya tinggi dan mahalnya biaya barang dan jasa serta berdampak pula pada menurunnya tingkat persaingan di masyarakat dalam kegiatan perekonomian.

Artinya begitu hebatnya Jokowi memacu pembangunan insfrastruktur masih kalah hebat negara tetangga. Bahkan masih kalah jauh jika dibandingkan negara anggota G20. Sebagai contoh, India sejak tahun 2009 investasi infrastruktur sudah diatas 7% PDB, dan Tiongkok sejak tahun 2005 sudah mencapai 9-11% PDB. Sedangkan Indonesia sampai sekarang total investasi infrastruktur dari APBN, APBD, BUMN, BUMD, dan swasta hanya mencapai sekitar 4,5% – 5% dari PDB. Mengapa ? Karena negara tetangga didukung penuh oleh elite politiknya dan rakyatnya antusias mendukung pemerintah membangun insfrastruktur dan mereka siap mengorbankan semua subsidi demi terbangunnya sistem logistik yang efisien. Semakin efisien logistik semakin competitive negara tersebut. Bayangkan apa yang terjadi pada negara kita pada 5 tahun mendatang bila pembangunan insfrastruktur tidak dikebut dibangun? Yang pasti negara kita akan dikuasai oleh negara ASEAN, dan China. Maklum era MEA ( Masyarakat Ekonomi ASEAN ) berlaku desember 2015, ACFTA ( ASEAN CHINA FREE TRADE AREA telah berlaku 2010. Kita akan digilas oleh kekuatan regional kalah bersaing.

Di awal orde baru, para ekonom yang menjadi arsitek pembangunan ekonomi di Indonesia tidak melihat hal substansi penyebab kemajuan ekonomi di AS terjadi meluas. Berbeda dengan Dengxioping yang jeli meliat aspek yang membuat AS maju. Deng terinspirasi dengan gencarnya pembangunan infrastruktur di AS. Dan itulah yang dia tiru untuk membawa gerbong ekonomi China menuju masa depan. China sekarang telah menjelma menjadi kekuatan ekonomi dunia. Kini di Indonesia, Jokowi menjadikan itu sebagai grand strategi membangun indonesia hebat. Di era Jokowi anggaran infrastruktur terbesar sepanjang sejarah republik ini. Walau Indonesia dinilai terlambat tetapi setidak nya Jokowi telah melakukan yang selama ini dilupakan oleh para presiden sebelumnya. Kitapun punya hope. AS besar dan kuat karena pernah melahirkan seorang Dwight D. Eisenhower . China bisa melakukan lompatan jauh kedepan karena seorang Deng Xiaoping. Indonesia menjadi hebat karena seorang Jokowi. Mereka semua pemimpin visioner. Karena tanpa visi yang kuat dan jauh kedepan, tidak mungkin pekerjaan besar dapat di lakukan. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...