Medio akhir tahun 90, Saya pernah ikut program healing di Ponpes di suatu desa di Banten. Saya harus melalui ritual puasa selama 40 hari. Saya hanya berbuka puasa dengan air putih dan nasi putih tanpa sayur. Setiap hari seusai sholat melakukan wiritan. Setiap tengah malam bangun untuk sholat tahajud tanpa tidur lagi sampai subuh. Setelah beberapa hari disana ada pengalaman yang menarik. Tengah malam seusai sholat tahajud saya melihat ustadz sedang duduk seperti orang bersemedi di masjid.
“ Saya perhatikan setiap malam kamu bangun dan melaksanakan ritual sholat. Sangat khusu. “ Terdengar suara. Tapi saya tidak tahu dari mana sumber suara itu. Ustadz nampak tersenyum ketika melihat saya kebingungan mencari sumber suara. “ Itu saya yang bicara. Saya menggunakan telepati bicara dengan kamu. Dengan bahasa ibumu“ Nampak wajahnya tersenyum. Langsung saya duduk menghadap dia.
“ Bagaimana anda bisa bicara dengan saya menggunakan bahasa ibu saya “
“ Persepsi saya tentang kamu bukanlah kamu seperti ujud mu.”
“ Persepsi saya tentang kamu bukanlah kamu seperti ujud mu.”
“ Jadi apa ?
“ Gelombang pikiran, dan itu adalah energi. Makanya tidak sulit bagi saya masuk kedalam pikiran kamu, melalui gelombang itu.”
“ Bukankan energi manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi bagaimana mungkin anda bisa masuk kedalam pikiran saya.”
“ Energi memang dibatasi ruang waktu tapi pikiran membebaskan itu.”
“ Pikiran apa ?
“ Bukankan energi manusia dibatasi oleh ruang dan waktu. Jadi bagaimana mungkin anda bisa masuk kedalam pikiran saya.”
“ Energi memang dibatasi ruang waktu tapi pikiran membebaskan itu.”
“ Pikiran apa ?
“ Tentang persepsi. Bahwa semua materi itu tidak ada. Yang ada hanya Tuhan.”
“ Lantas kita dan alam ini apa ?
“ Lantas kita dan alam ini apa ?
“ Itu hanya visualisasi dari pikiran kita saja. “
“ Bagaimana dengan perasaan lapar, lelah, kecewa, dan senang, sakit, itu nyata ada dalam diri setiap manusia “
“ Itu manifestasi dari pikiran kita.
“ Apa artinya itu semua? Bingung saya”
“ Semua yang ada disemesta ini tidak ada. Semua yang kita rasakan juga tidak ada..
‘ Tida ada ? Yang ada apa ?
“ Yang ada hanyalah Tuhan. Tuhan memvisualkan semesta kepada kita agar kita mengagungkan Dia. Tuhan memanifestasikan pikiran lewat perasaan untuk kita mengagungkan Dia. Semua karena Dia. “
“ Oh…bagaimana dengan agama ?
“ Agama adalah metodelogi kamu memasuki gerbang keagungan itu dan menemukan rahasia tentang Tuhan.”
“ Caranya ?
“ Tiap agama punya cara yang diajarkan langsung oleh Tuhan melaui utusanNya.”
“ Untuk apa rahasia Tuhan ditemukan kalau toh pada akhir kita tidak ada.”
“ Untuk menunjukan Dia Maha Agung, tak terdefinisikan oleh apapun. Yang lain lenyap, bahkan kampung akhiratpun tidak kekal. Yang kekal hanya Tuhan, karena memang existensi Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, bukan yang lain.
“ Untuk apa rahasia Tuhan ditemukan kalau toh pada akhir kita tidak ada.”
“ Untuk menunjukan Dia Maha Agung, tak terdefinisikan oleh apapun. Yang lain lenyap, bahkan kampung akhiratpun tidak kekal. Yang kekal hanya Tuhan, karena memang existensi Tuhan adalah Tuhan itu sendiri, bukan yang lain.
****
Setelah pembicaraan itu , sehabis sholat subuh saya lebih banyak tafakur tentang Tuhan. Lambat laun persepsi saya tentang Tuhan terbentuk. Bahwa tiada ada apapun di semesta ini selain Tuhan. Hanya Tuhan semata. Makanya tanpa disadari saya terus bertafakur tetang itu saja. Tanpa disadari saya tidak lagi merasa lapar bila makan sekali sehari. Yang lebih mencengangkan adalah saya bisa bangun tidur tepat waktu sesuai kehendak saya tanpa di bangunkan oleh alarm. Cukup saya berkata kepada diri saya “ Tuhan bangunkan saya jam 3 pagi.” Maka terjadilah.
Setelah pembicaraan itu , sehabis sholat subuh saya lebih banyak tafakur tentang Tuhan. Lambat laun persepsi saya tentang Tuhan terbentuk. Bahwa tiada ada apapun di semesta ini selain Tuhan. Hanya Tuhan semata. Makanya tanpa disadari saya terus bertafakur tetang itu saja. Tanpa disadari saya tidak lagi merasa lapar bila makan sekali sehari. Yang lebih mencengangkan adalah saya bisa bangun tidur tepat waktu sesuai kehendak saya tanpa di bangunkan oleh alarm. Cukup saya berkata kepada diri saya “ Tuhan bangunkan saya jam 3 pagi.” Maka terjadilah.
Hari ke 40 usai sudah ritual healing saya di Ponpes. Malamnya saya bermimpi.
“ Dimana saya sekarang ? Kata saya dengan kebingungan dikecam rasa takut.
Lampu mati dan cahaya dari belakang menampilkan visual kehidupan seseorang yang saya kenal. Tapi saya diam saja tanpa komentar apapun. Di film itu nampak sang tokoh tampil begitu dihormati oleh banyak orang. Ilmu agamanya luas dan fasih kitab suci. Karenanya setiap kata dan ajakannya diikuti oleh orang banyak. Siapapun yang berbeda dianggap nya sesat dan kafir. Dia mampu menjadikan syiar agama untuk orang membenci dan membunuh. Kemana dia pergi orang menatap kagum terhadap dirinya sebagai orang sholeh penyeru syiar agama. Semua kegiatannya itu selalu dilengkapi dengan astribut kemewahan hidupnya. Film berakhir dan lampu menyala.
“ Saya kenal tokoh di film itu “ Kata saya
“ Bagaimana pendapatmu tentang tokoh itu ?
“ Jelas dia ahli ibadah dan ahli sorga.”
“ Baiklah kita lihat kehidupannya kelak diakhirat.” Kara orang itu. Lampu kembali padam.
Film dimulai dengan kehidupan akhirat. Nampak kehidupan yang menakutkan. Karena tepatnya ladang penyiksaan. Di salah satu sudut nampak sang tokoh tadi dikenal sebagai orang sholeh dan terhormat. Wajahnya mengenaskan dan menakutkan. Sikasaan demi siksaan menghujamnya.
“ Mengapa dia sampai disiksa begitu di akhirat. Bukankah dia orang sholeh ? Kata saya tanpa peduli film sedang berlangsung. AKhirnya orang yang duduk disebelahnya tersenyum. Film berhenti. Lampu kembali terang.
“ Itu yang kamu tahu. Dia nampak hebat dihadapan orang lain karana Allah menutup aibnya. Sesungguhnya sang tokoh yang dikenal orang sholeh itu adalah Iblis yang telah menguasai jiwa manusia. Lihatlah kenyataannya. ia sombong dan terlalu cinta pada dirinya. Dia gila hormat tapi pengecut. Ilmu agamanya luas tapi dia mudah menyalahkan orang lain. Padahal yang namanya manusia, semakin banyak ilmunya semakin sedikit dia menyalahkan orang lain. Apalagi menghakimi orang lain. Semakin dekat orang kepada Tuhan semakin menjauh dia dari kesenangan dunia. Semakin pemaaf, dan penyayang kepada siapapun. Lebih suka memberi daripada meminta.”
Saya tahu arti mencintai dan siapa yang patut di cintai. DIA lah yang Maha Pengasih Penyayang dan tak ada satupun manusia berhak melebihiNya yang sehingga patut berbangga diri dan sombong atas kelebihannya.
Film kembali tayang. Pada episode ini nampak tokoh lain. Amir tidak kenal orang itu. Tapi dari cerita film itu dia saksikan sang tokoh bukan ahli ibadah tapi ahli maksiat. Kerjaannya melacur, miniuman keras dan membuat orang lain terganggu. Di hujat oleh orang yang ahli ibadah. Film berakhir. Lampu kembali menyala.
“ Itu ahli neraka. “ Kata saya sekonyong konyong.
Seseorang yang ada disebelahnya tersenyum seraya berkata “ sekarang kita saksikan fim kehidupan tokoh itu diakhirat.”
Film kembali diputar. Nampak kehidupan sorga yang begitu indah tak terbilang. Saya sampai takjut melihat sorga itu. Disebuah taman yang indah ada parigi di isi oleh beberapa orang bidadari cantik yang sedang mandi bugil ria. Sang tokoh ada ditengah tengah keindahan dan kecerian surgawi itu. Lampu kembali terang. Film berakhir.
‘ Mengapa sang tokoh masuk sorga ? Bukankah kehidupannya didunia penuh maksiat” Kata saya bingung.
“ Sang tokoh memang ahli maksiat. Tapi tahukah kamu bahwa sesungguhnya dia sangat takut kepada Tuhan. Mau bukti ? Ketika menjelang ajal , saya saksikan sendiri dia sangat ketakutan. Bukan takut mati tapi takut bertemu Tuhan karena dosanya. Karenanya sepanjang usianya dia ingin bertobat tapi selalu gagal. Dan Tuhan suka dengan orang yang tahu bahwa DIA maha kuasa diatas segala galanya dan Maha pengampun. Suka kepada manusia yang tidak pernah berhenti berharap taubat dan ampunan dari ALlah.
Saya paham makna fitrah, taqwa dan keimanan.
Film kembali di putar. Di episod ini dia saksikan seorang tokoh yang tak pernah melakukan ritual menyembah Tuhan, Orang lain ketempat ibadah, dia sibuk dengan Usaha bisnisnya. Tak ada waktu selain mencari harta dunia. Tak ada waktu membaca kitab mulia berisi firman Tuhan. Benar benar penyembahan kepada Tuhan di belakanginya.
“ Itu orang beragama tapi tidak bersyariat. Itu sama saja pohon tanpa ranting. Gersang. Prakter beragama yang ngawur.” Kata saya yakin.
“ Itu pendapat kamu ? tanya seseorang yang tetap duduk disebelahnya “ Baik, kita lihat film kehidupan akhirat.
Film kembali diputar. Dia menyaksikan dalam cerita berikutnya dimana sang tokoh berada dalam cahaya yang menentramkan. Kehidupan yang begitu mempesona.
“ Aneh lagi. Mengapa orang tak bersyariat dalam beragama justru masuk sorga yang langsung mendapat cahaya Tuhan. “ Kata saya berkerut kening.
“ Orang itu benar tidak melakukan syariat dalam beragama. Tapi walau tanpa syariat dia ringan menolong orang miskin yang butuh hutang dan mudah pula memaafkan bila hutang tak terbayar. Dia juga ramah kepada pelanggannya tanpa ada sedikitpun niat menipu karena itu. Pelanggan yang kaya namun sedang dalam kesulitan, dia izinkan menunda bayar hutang atau mencicil hutang sesuai kemampuan orang kaya itu. Itulah kelebihanya. Dia meringankan urusan orang lain dan karenanya Tuhan ringankan urusannya diakhirat. Tahu mengapa ? tanpa keimanan kepada Tuhan tidak mungkin orang bisa berhati lapang terhadap orang yang tidak bisa membayar hutangnya.
Saya paham arti ikhlas.
Film kembali di putar pada epiod berikutnya. Dalam Fim ini menampilkan tokoh lain dari seseorang yang gemar beribadah sholat di Masjid. Tap anehnya dalam film itu, sang tokoh tidak suka berzikir dan berdoa berlama lama sehabis sholat. Sang tokoh datang selalu pas sholat berjamaan akan dilakukan dan pulang setelah usai sholat. Film berakhir.
“ Sang tokoh sombong kepada Tuhan, Tak ingin memuji Tuhan, dan tak ingin berdoa kepada Tuhan. Hanya sekedar melaksanakan ritual sholat tanpa terkesan khusu dan rindu kepada Tuhan. “ Kata saya.
Orang yang duduk disebelahnya berkata “ Baiklah tanpa perlu penjelasan, mari kita saksikan film sang tokoh di kehidupan akhirat ?
Film kembali memutar kehidupan akhirat. Nampak sang tokoh hidup tentram di sorga. Bahkan sorganya berada di level sama dengan para Nabi, Ulama , pemimpin yang amanah, Istri yang sholeha. Film berakhir.
“ Mengapa begitu hebatnya orang itu sehingga satu level dengan orang sholeh di sorga. Padahal beragamanya dengan sangat sederhana” Tanya saya.
“ Orang itu setiap mau tidur dia akan berkata kepada Tuhan bahwa dia telah memaafkan semua orang yang menzoliminya dan mendoakan agar orang tersebut mendapatkan hidayah. Orang itu memang tidak hebat dalam berzikir dan berdoa untuk dirinya tapi hidupnya bergantung kepada Tuhan, dan atas dasar keimanan dia beranggapan bahwa apapun yang terjadi terhadap dirinya itu bukanlah antara dirinya dengan orang lain tapi antara dirinya dengan Tuhan. Karena itu dia selalu lebih dulu memaafkan orang lain dan mendoakan yang terbaik untuk orang lain “
Kembali lampu terang benderang di teater itu. Orang duduk disebelah saya masih tetap tersenyum seraya melirik kearah saya.
“ Apa hikmahnya kamu perlihatkan rahasia kampung akhirat ? Tanya saya.
“ Agama diturunkan agar manusia menemukan cara mendekati Tuhan. Syariat tetaplah syariat, Hukum tetaplah hukum. Tapi kamu tidak akan bisa mendekati Tuhan dengan syariat , dengan hukum. Tidak bisa, Mendekati Tuhan haruslah dengan hakikat dan kuncinya adalah ikhlas, dan Itu ada didalam hatimu. Tidak ada keluh kesah dan prasangka buruk. Tidak ada benci dan amarah kecuali cinta. Tidak ada aku kecuali Tuhan. Paham."
“ Sangat paham”
Entah darimana suara datang namun saya melihat cahaya dibalik suara itu “ Kehidupan dunia ini hanyalah main-main dan senda gurau belaka. Dan sesungguhnya disisi Tuhan kekal, disisi makhluk lenyap. Maka tidakkah kamu memahaminya ? jangan kuasai perasaan kamu karena kebencian, amarah, cinta, pujian, kepada manusia. Jangan kuasai pikiranmu karena sakit dan sehat. Jangan kuasai pikiranmu karena harta, jabatan dan kepintaran. Apapun yang terjadi dialam ini adalah cara Tuhan menampakan diriNya dan menyebut diriNya Maha Agung, penuh pengasih lagi Penyayang. Maka ikhlaslah selalu.
***
Namun tidak banyak manusia merasakan kehadiran Tuhan karena agama dipelajarinya untuk memuaskan egonya dan fantasinya, bukan mengenal Tuhan.
Namun tidak banyak manusia merasakan kehadiran Tuhan karena agama dipelajarinya untuk memuaskan egonya dan fantasinya, bukan mengenal Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.