Minggu, 09 Juli 2017

Menggapai BIntang di langit...



PENGANTAR
Wanita itu datang dari kabut di satu sore yang mendung. Di antara detik suara gerimis dan leleh keringat yang bercampur dengan sengau napas yang mengeluarkan asap seperti naga yang kelelahan mendaki menuju pesanggrahan di kawasan perbukitan.. Wanita itu menyimpan mata yang aneh. Mata yang selalu murung meski urat-urat di sekitar mulutnya tertarik ke atas untuk mengukir sepenggal tawa. Mata itu membutuhkan kemampuan ekstra jenius untuk mengurai satu per satu sel-sel makna di dalamnya. Aku melihat Jesica sedang tidak menari di mata itu. Mata yang marah. Mata yang diam. Mata itu membutuhkan istirahat dari pertanyaan.
”Ini kali pertama aku datang ketempat ini. Inikah tempat persembuyianmu.”
”Aku juga. Ini tempat sengaja aku pilih agar kita bisa bicara tanpa ada kenangan masa lalu.?”
“ Hmmm..Masa lalu ? Belum juga setahun. “
“ Tapi setahun juga kan waktu..”
“ Terserah kamu ajalah.”
“ Kamu merindukan ku ?
“ Kenapa tanya ? Apakah kamu sedang mentertawakan aku dengan keadaan ku sekarang ? 
“ Tidak. AKu hanya sekedar bertanya. Engga boleh ?
“ Terserah kamu ajalah, Dono.”
“ Ketus amat sih. Lihat aku sekarang ada di hadapanmu. Tidak kah kau merindukan ku..ayo peluk aku,” Kataku sambil merentangkan kedua tanganku. Dia mejatuhkan kepalanya di dadaku. Matanya terpejam “ Lama sekali…” Katanya pelan seakan bicara kepada dirinya sendiri. Betapa dia sangat merindukan ku. Namun karena sifat egoisnya dia bertahan untuk tidak ingin bertemu denganku. Kecuali kalau ada masalah, dia akan menghubungiku. Dan aku selalu menantinya. Seperti sekarang ini.

Percakapan biasa dari sebuah pertemuan tampak biasa. Kami sudah saling kenal satu sama lain. Tak ada rahasia diantara kami. Aku merasa wanita itu telah ada dalam tubuhku beratus-ratus tahun yang lalu. Aku tahu sekali pertemuan ini harus terjadi dan entah kenapa aku percaya sejak awal bahwa dia tidak akan secure hidupnya tanpa aku.. Mata itu bicara. Mata itu merindukan kedatanganku. Mata itu dahaga  memandangku.
”Kamu seperti orang patah hati deh…” kataku.
” Memang. Kamu juga seperti orang stress.?”
”Memang. Jadi kita sama- sama orang cacat neh?”
”Cacat?”
” Iya, cacat emosi.”
Hujan sering turun dalam di gelap atau di pagi dengan kabut menghebat. Kami bicara banyak dalam kata, tapi juga kami bicara banyak antara mata. Dulu kami sering menikmati malam di cafe berkelas. Kami melihat orang datang dengan tawa dan senyum palsu. Wine berbotol dan wiski berloki loki di iringi musik jazz membuat suasana penuh kepalsuan terasanya nyata. Aku sangat suka caranya dia mentertawakan semua hal , termasuk derita. Baginya tidak ada orang baik yang ada orang cerdas. Orang pergi ke tempat ibadah bukan karena dia ingin mencari  Tuhan tapi karena stress memikirkan hidup yang tidak ramah. Mereka butuh pengalihan waktu barang sejenak agar bisa bertahan dalam kekalahan dan rasa kawatir. Juga orang yang datang ketempat hiburan. Bukan mencari kesenangan dan kebahagian dari uang berlebih. Tapi hanya sekedar lari dari kegalauan hutang yang belum dibayar, keluarga yang tak menentramkan, kompetisi hidup yang menyesakan. Semua orang berusaha recharge bateray kehidupannya, dan soal apakah itu tempat hiburan atau tempat ibadah sebagai pelarian hanyalah situasi dan kondisi kantong aja.

” Pelangi  itu indah.” Katanya memandang dari teras kearah ujung langit.
” Kupu-kupu juga indah, kamu tahu kan aku suka kupu-kupu?” Kataku cepat.
” Pelangi itu ajaib.” katanya sekenanya
” Cinta juga ajaib.” Aku menjawab cepat.
” Pelangi itu philosopi semesta. Penuh warna.” Dia mulai dengan keahliannya dalam hal analogi.
” Kamu hadiah semesta.”
” Aku mencintaimu…”.
” Kamu tidak mencintaiku tapi hanya terpesona saja?”
” Mengapa kamu bilang itu ? Kita telah bersama sama lebih dari 10 tahun.Apakah itu tidak cukup bagimu untuk mengetahui seoranga wanita mencintai atau tidak ”
” Kamu mencintaiku?” tanyaku kembali dengan senyum sinis.
” ya sudahlah. Engga usah bahas soal cinta. “
”Baiklah. Deal “ 
“ Jadi, untuk apa pertemuan ini ?
“ Kembali bekerja denganku.”
“ Kantor yang lama ?
“ Ya. Tapi tugas kamu sebenarnya bukan itu. Karena kantor itu sudah jalan sistemnya. Aku inginkan kamu terlibat dalam business process pendirian pabrik. “
“ Ah itu bukan masalah serius.Mengapa harus aku ? Katanya penuh selidik.
“ KIta butuh tekhnologi”
“ Dan kamu tidak bisa membeli teknologi itu dengan mudah kan ?
“ Tepat.”
“ Dan kamu butuh aku?”
“ Sinergi tepatnya. Saling membutuhkan.”
“ Yang pasti kalau kamu butuh orang, kamu akan bujuk orang, Termasuk aku yang sudah dibuang di pungut lagi.”
‘ Jangan begitulah. Aku percaya kamu.”
“ Ya karena aku tergila gila dengan kamu dan mau melakukan apa saja demi kamu, ya kan ?
“ Duh..bisa engga jangan ketus terus. Pening kepalaku, sayang”
“ Aku marah dan kesal dengan kamu tapi tidak punya alasan untuk menghilang darimu.”
“ Ya karena kamu mencintaiku.”
“ Naip ya.”
“ Engga juga. Itu berkah dari Tuhan. Sabar aja. Lihat sisi lain dari hubungan kita.”
“ Entahlah…”
“ Jadi gimana ? mau kerja lagi dengan aku.?
“ Mengapa kamu harus tanya lagi. Kamu kan tahu aku wanita yang terjebak dari kerakusan pria yang kucintai namun tidak pernah bisa kumiliki. Aku tidak bisa menolak. Paham !
“Paham ”
“ Puas !”
“ Biasa sajalah..” 
“ Kapan mulai kerjanya ?
“ Kapan kamu siap “
“ Ok.”

***

Jessica namaku. Sesuai permintaan dari Dono aku harus kembali ke pangkuannya. Atau tepatnya di pekerjakannya. Dalam diam aku duduk di korsi kerja  ini. Korsi yang pernah sekian tahun aku duduki dan akhirnya aku tinggalkan. Di kursi yang sama tempat kali pertama aku membuktikan siapa aku. Bahwa aku bukan wanita murahan. Hanya bisa tangan di bawah dan tidur di bawah. Saat ini aku memakai rok berwarna biru, dan blesser berlengan panjang warna biru. Dono mampir kekantorku mengenakan celana jins hitam dengan kaus berlengan pendek warna hitam. Dono duduk disofa seakan mengharapkan aku ikut duduk disebelahnya atau di hadapannya. Apa pentingnya bagi dia. Depan atau di sisinya, itu biasa saja.,Aku memilih duduk di sisinya.  Perlahan, kusandarkan kepalaku di bahu kirinya. Pandangan kami sama, mengarah ke TV yang sedang menyiarkan berita. Perlahan dia  menundukkan kepalanya dan mengecup kuat keningku. Dan mengalirlah perintah yang harus aku dengar dan patuhi.

“ Aku minta kamu hubungi mereka yang berpotensi untuk jadi mitra kita. Ini informasi tentang mereka. “ Katanya sambil menyerahkan setumpuk dokumen. “ Pelajari itu semua. “ Lanjutnya dengan tegas.
Aku meihat sekilas dokumen itu dan membacanya dengan cepat. “ Ini artinya aku harus terbang ke Shanghai. Mungkin harus buka kantor di sana”
“ Buatlah rencana. Nanti kasih tahu aku ya. “ 
“ Baik ! Aku akan pelajari dan buat rencananya.”
“ Good.”  Dia langsung berdiri melangkah keluar kamar kerjaku.

Aku termenung sambil memandang kepergiannya. Padahal aku ingin lebih banyak berbicara tentang hal lain yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaanku.  Aku tahu betul tentang dia. Karena aku pendengar yang baik. Dia bercerita tentang ibunya. Kedekatannya dengan ibu yang melebihi kedekatan dengan ayah. Bahkan hanya dia satu-satunya yang dibuat pening oleh ibunya.. Hanya kepada dialah ibunya suka menuntut banyak hal. Bahkan membuat dia selalu jadi kanak kanak di hadapan ibunya. Beda dengan saudaranya yang lain. Namun, dia menemukan kebahagiaan dari sikap ibunya itu. Dia terbiasa hidup seperti itu. Terbiasa dimanjakan ibunya dan juga terbiasa di omelin ibunya. Manusia memang seperti itu, katanya. Kita hidup karena terbiasa. Kita membenci kemacetan jalan raya tapi tetap menerimanya. Karena itu bagian hidup kita. Aku hanya terdiam seolah mengiyakan.

Pernah satu kali aku di bawanya dalam business trip ke Changsa. Bagiku itu kali pertama berkunjung. Sementara dia, sudah puluhan kalinya. Karena dia punya pabrik filter knalfot kendaraan untuk mobil rendah emisi. Itu business proteksi. Tekhnologi dia dapat dari German dan ditingkatkan kecanggihannya di Wuhan. Berkat koneksinya dengan petinggi militer di China dia dapat konsesi business monopoli di kota itu. Aku terlihat takjub dengan kunjungan itu. Sepertinya dia ingin menunjukan kepadaku bahwa dimana saja kekuasaan bisa dimanfaatkan asalkan tahu bagaimana membeli jiwa orang. Hormati orang dan pastikan orang merasa nyaman untuk bersama kita. Setelah itu banyak hal bisa di lakukan. Itu nasehatnya kepadaku. 

Pada kunjungan ke Changsa itu, memang tak ingin dia buat istimewa. Hanya sekedar kunjugan business. Dan kalaupun ada selingan, maka itu hanya jalan jalan ke mal, makan, ke spa  , nonton theater, dan jika masih ada sisa waktu,  nongkrong di kedai kopi. “ Tidak. Aku ingin membuatmu terkesan. Ingin membuatmu merasa aku berbeda dari orang-orang yang selama ini pernah kau kenal dalam hidupmu. Aku tahu kamu sangat sulit mempercayai orang lain, sampai kau lebih merasa nyaman dengannya. Tapi, aku yakin, kau dengan perasaanmu padaku, akan mau mencoba mengikuti hubungan kita secara akal sehat. Mitra bisnis yang lahir dari persahabatan. Engga ada masalah kan“ 
.
Di kedai kopi yang menghadap ketaman. Kami bersediam. Melihat warna langit yang berubah perlahan. Menyaksikan terang beranjak gelap. Minum segelas air kopi seharga 15 Yuan. Mendengarkan suara pengamen yang bernyanyi. Saling bercerita tentang kehidupan masing-masing. Dia dengan keluarganya, dan aku dengan impian-impianku. Sejak kunjungan itu aku lebih mengenal dirinya. Selanjutnya aku berharap bisa pergi bersamanya ke Eropa, Melihat keindahan Eropa seperti ceritanya. Menjelajah kota kota eropa timur. Tapi harapan itu tak kunjung datang. Dia  selalu sibuk dengan bisnisnya dan aku juga sibuk dengan tugas sebagai eksekutif dari salah satu perusahaannya.

Aku menyadari bahwa baginya pada akhirnya terlihat lebih nyaman bila aku tidak banyak menuntut untuk bertemu.  Namun, ada hal yang menyentuh hatiku yang dia lakukan untukku. Dia  sangat peduli dengan putriku satu satunya dari perkawinanku yang gagal. Aku merasa dia sangat sempurna sebagai ayah, dan selalu ada untuk putriku. Padahal itu bukanlah anak kandungnya. Tapi sikapnya membuat aku terperangkap dalam jiwa bahwa aku memang tak berdaya. Dia memberiku kesempatan menjadi wanita pebisnis dan memberiku kehormatan di hadapan putriku. Yang lebih penting lagi dia selalu ada untuk ku…

“ Mengapa kau tertarik denganku ? Kataku suatu waktu. 
“ Ingat engga.” Katanya sambil tersenyum”  Ketika kamu menuju mal tempat kita akan bertemu, aku kaget sewaktu kamu meneleponku bahwa kamu naik bus karena sulit menemukan taksi yang tidak berpenumpang. Aku lihat dari lounge hotel, kamu turun di seberang mal dan menaiki jembatan penyeberangan. Kamu bertemu denganku ekspresi khawatir. Tak kamu pedulikan keringat yang membasahi wajah dan rambutmu. Rupanya kamu setengah berlari dari pintu mal untuk bertemu denganku. Kamu segera menjabatku dan berbisik bahwa kamu khawatir pertemuan ini gagal. Karena maklum udah berkali kali kamu ingin betemu denganku.. Saat itu kamu begitu polos atau tepatnya wajah keibuan meski wajahmu basah oleh keringatmu. “
“ Dan dari pertemuan itu, aku gagal menaklukanmu sebagia konsumen. “
“ Ya. Tapi kamu berhasil menaklukan ego ku. Dan akhirnya kamu mendapat lebih dari yang kamu harapkan.”

Kini di sinilah aku berada, di kursi seorang Direktur Utama yang sama seperti tahun lalu. Kadang aku tersenyun sendiri. Bagaimana kedekatan sebagai sahabat tidak menghasil sex yang hebat. Seakan ada dinding tebal yang sengaja dia ciptakan untuk ku agar aku tidak bisa melompat ke ruang hatinya. Aku ingat saat ada kesempatan  bercinta untuk pertama kali denganya. Saat itu aku bersedekat dengannya dan bergerak seolah magma yang menyusup celah-celah kerak bumi mencari kepundan yang siap meletuskannya.  Dia sekuat tenaga mencoba menahan larva itu untuk tetap berada di dasar bumi. Entah untuk berapa lama. Namun aku mulai menyadari matanya mulai terpejam seakan menahan letupan magma itu. Itu tak pernah tuntas dan selanjutnya selalu gagal. 

Saat aku menyadari kenapa aku mencintainya. Jawaban itu ada di matanya. Mata yang selalu terbuka saat dia  mengarahkanku. Mata yang lebih berbicara banyak hal dari yang terkatakan oleh bibirnya yang penuh dan lembap. Mata yang membuatku menyerah untuk menemukan semua penjelasan nalar. Melihat dan terlihat oleh matanya, membuatku selalu telanjang. Seharusnya aku ngeri. Karena aku tak lagi memiliki selubung apa pun. Seolah kota tanpa benteng. Rumah tanpa pagar. Mata itu tak menyampaikan kata permisi. Langsung masuk melewati pintu utama, melintasi ruang tamu, tak memedulikan isi dapur, dan langsung masuk ke ruang tidur tempatku menunggu dengan kepasrahan bulat Ishak yang akan dikorbankan Abraham kepada Tuhannya.

Dia, lewat matanya, membuatku tak pernah bisa menolak. Banyak hal yang dia tawarkan lewat mata itu. Tentang kebersamaan, tentang hidup tanpa beban, kebebasan yang bermoral, perjalanan ke ujung pelangi. Hanya ada dia  dan aku. Berdua menyusuri setiap tepi impian. 

“ Ya, kaulah dunia fantasiku. Aku terbebaskan di duniamu.” kataku ketika berpisah denganya tahun lalu.

“ Sesekali kamu harus pulang ke dunia nyata. Saat itulah kamu harus sadar bahwa aku atau kamu tidak akan pernah saling memiliki. Karena pemilik sejati adalah Tuhan. Kita hanya menjalani lakon dari Tuhan saja. Tidak ada yang serius selain Tuhan. Jujur, sering kusengaja memejamkan mata untuk membayangkan saat-saat bercumbu denganmu. Kamu membiarkanku memasuki gerbang sorga itu, yang akan membuatku merasakan ketiadaan gravitasi. Ruang angkasa yang tak berbatas. Namun, kenyataan memang selalu mengempaskan kita kembali ke tanah. Terbanting keras hingga kadang membuat remuk. Tak peduli seberapa lamanya kita ingin bersama, kita harus berpisah. Kuharap untuk sementara, “ Katanya. Aku terdiam, bibirku mengerut kecut. Semudah itukah dia bersikap. Dan Diapun terpejam, membiarkan aku pergi.

Aku tak pernah pergi. Bahkan meski itu hanya untuk beberapa hari. Bagaimanapun demi persahabatan , aku tak ingin membuat dia bertanya tanya jika aku benar benar menghilang darinya. Aku yakin suatu saat dia akan memanggilku kembali. Tentu akan Ada peran berbeda yang harus kujalankan. Seperti seorang aktris panggung yang tak bisa menolak peran yang disodorkan sutradara. Demi kepuasannya , aku harus menjalankan peran itu hingga selesai. Inilah takdirku.

***
MENGGAPAI MATAHARI...

“ Pak, Apakah bisa bertemu ? kata Jessica via telp selularnya.
“ Bisa.”
“ DImana dan jam berapa ?
“ Kamu terbang aja ke Singapore. Aku lagi meeting disini. Kalau udah sampai hubungi aku ya.”
“ Apa perlu nginap ?
‘ Tak perlu. Aku akan kembali ke jakarta dengan penerbangan terakhir”
“ Baik, pak. Sekarang saya langsung ke Airport. Terimakasih” Telp ditutup. Jessica segera keluar dari kantor menuju Bandara, yang berjarak hanya 20 menit dari kantornya.  Dia maklumi bahwa Dono sang Bos, memang tidak mudah ditemui sejak dia memegang jabatan sebagai Dirut perusahaan. Namun komunikasi via telp selalu direspon. Dan setiap kirim email pasti dibalas. Dono sangat efisien membalas email namun cepat di pahami apa yang dia mau. Kalau menerima telp juga langsung kepokok persoalan. Seakan tidak ada kesan sama sekali unsur perasaan. Tapi Jessica dapat memaklumi. Bagaimanapun dia bekerja dan dia di bayar mahal. 

Sesampai di Singapore, di sebuah care , nampak oleh Jessica , Dono sedang bersama relasinya. Dono berdiri sambil tersenyum menyambut kedatanganya. “ Kamu tunggu di meja sana dulu ya. “ Kata Dono sambil menuntun Jessica ke meja agak jauh dari tempat dia duduk.”10 menit lagi aku selesai dengan mereka “ Lanjutnya seraya meninggalkan Jessica.

Dari kejauhan dia melihat Dono yang tampak lelah bertemu dengan banyak relasinya. Semua dia lakukan untuk menjaga momentum bisnis yang sedang di gelutinya. Tentu dia harus tampil sebagai solution provider terhadap setiap masalah yang di hadapi direksinya. Bisa karena masalah keuangan, bisa juga masalah hubungan dengan pemerintah. Soal inilah Dono harus tanpa lelah menjaga hubungan dengan banker dan pejabat pemerintah. Menurutnya kalau ingin selamat sebagai pengusaha maka hormati tiga hal, yaitu hormati orang yang lebih tua. Karena dari orang yang lebih tua kita akan mendapatkan pengalaman tanpa harus melewatinya. Hormati pemerintah. Karena dari kekuasaan kita bisa dapatkan legitimasi mengembangkan usaha dan mendapatkan akses untuk terjadinya mystery of capital. Hormati orang kaya yang rendah hati. Karena dari mereka kita bisa dapatkan cermin bersih bagaimana melewati hidup sebagai pengusaha. Dari mereka kita bisa dapatkan akses financial tanpa batas. 

Dono kembali ke table Jessica. “ Ada masalah apa Jess “ Kata Dono.
“ Saya sudah selesai pelajari rencana bapak. Tapi….” Jessica terhenti meneruskan pembicaraanya.
“ Ada apa ?
“ Saya engga ngerti pak. Terlalu rumit bagi saya.”
“ Oh gitu. “ Dono terdiam sejenak sambil tersenyum menantap jessica. “ Kalau begitu kamu urus buka kantor perwakilan di Vietnam, H Chí Minh. Kemungkinan pabrik Sepatu kita yang di china akan pindah ke Vietnam. “
“ Tapi ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan saya sebagai dirut di perusahaan sekarang”
“ Kamu bisa tunjuk wakil Dirut untuk sementara. Dan lagi kamu bisa setiap waktu ke Jakarta. Atur aja waktunya. “
“ Mengapa harus saya? 
Dono hanya tersenyum sambil berdiri seakan ingin menyudahi pertemuan itu. “ Aku masih bisa pakai kamar kamu di Mandarin ? Kata Jessica sambil berbisik dalam bahasa persahabatan. Tanpa menyebut Dono dengan panggilan bapak.
“ Kamu engga pulang hari ini ke jakarta. Bareng aku ? Kata Dono mengerutkan kening
“ Mau istirahat malam ini di singapore aja. Dan lagi udah jam 8 malam. Besok pagi pulang dengan pesawat pertama. Boleh kan ?“
“ Ada kencan ya dengan seseorang ?
“ Ya tapi yang mau di ajak kencan engga ngerti juga dia. Susah sekali. Dia terlalu sibuk.” Kata jessica mencubit tangan Dono.
“ OK, kebetulan ada Gubernur datang ke singapore. Tadi dia telp minta ketemu tapi aku bilang engga bisa nginap karena harus segera ke Jakarta. Dia mau main judi disni. Kita ke Sentosa dulu ya, sebelum ko Hotel. “
“ Siaap boss.” Jessica tersenyum. “ Boleh rangkul lengan kamu “ Kata jessica ketika melangkah keluar dari cafe. Dono hanya tersenyum.

Di Sentosa kawasan judi di singapore, Jessica agak menjauh ketika Dono bertemu dengan seorang Dono hanya berbicara sebentar. Kemudian kembali ke Jessica. 

' Kamu tahu siapa yang saya temui tadi ?

" Sepertinya pernah lihat tapi lupa. Siapa ?

" Itu Gubernur dari salah satu provinsi di Sumatera. Dia enga peduli habiskan uang di tempat judi. Dari mana uangnya ? Padahal gubernur sebelum dia udah kena KPK. " Kata Dono dengan wajah geram.

“ Itu ketua DPRD salah satu kabupaten di Sulawesi” Kata Dono mengarahkan wajah ke salah satu table judi. Jessica hanya terbengong bengong. 

Dan “ Itu salah satu anggota DPD.” Kata Dono lagi memberi tahu Jessica ketika melintasi table lain. 

“Banyak pejabat dan anggota Dewan menghabiskan uang di meja judi di sini ya " Kata Jessca.

" Ya. Singapore memang smart. Kalau dulu bank sebagai tempat pejabat nyimpan uang haram di sini tapi sekarang pejabat membuang uang di tempat judi. Sumbernya sama. Sama sama dari korup.”

“ Jadi dulu singapore menyediakan tempat untuk orang menyembunyikan uang haram namun kini melalui wahana judi, mereka merampok uang korup itu ya” Kata jessica menegaskan. 

“ Ya begitulah. Uang setan di makan jin”

“ Jahat amat”

“ Engga jahat. Mereka hanya cerdas. Tapi engga usah kawatir. Dengan kekuatan KPK di bawah komando Jokowi, hanya masalah waktu para koruptor itu akan kena jerat KPK. Bagaimanapun butuh proses untuk jadi negara bersih. Yang penting ada tekad untuk membrantas korupsi.”.

***
Akhirnya setelah mencicipi sihir James Bond Martini di cafe hotel yang disaput dingin dan asin angin, Jessica nampak setengah mabuk. Pada saat mendesiskan kata-kata aneh di bawah kucuran air dari gagang shower, Jessica kadang-kadang meloncat-loncat seperti kanguru, kadang-kadang melenggak-lenggok bagai Medusa menari di ujung jalan, dan tak jarang berdiri tegak seperti patung gladiator sesaat sebelum berkelahi dengan singa kelaparan. Dono sebenarnya keberatan melihat tingkah Jessica, tetapi cinta telah menyihir perempuan tangguh ini  jadi kucing penurut. Dono bahkan tak bisa mencegah Jessica membuktikan betapa pada suatu waktu dia bisa menaklukan Dono.

”Dan akulah penari teater yang akan menceritakan semua hal tentang arti dibalik tari itu. Aku bakal menyelam ke laut dalam” Kata jessica merebahkan dirnya di tempat tidur.
”Kau tak takut disambar ikan ?” Dono mendengus tak mampu menyembunyikan kepanikan hasratnya.
”Tak akan ada binatang buas dari samudra paling ganas yang berani memangsaku, Sayang. Hanya binatang rakus sepertimu yang boleh melahapku. Bukan gurita sialan. Bukan hiu urakan.” Kata jessica memeluk Dono dan mendengus-dengus tak keruan. ”Kecuali istrimu, tidak seorang pun boleh menyusup di balik selimut ini, Sayang. mari temani aku keatas bukit untuk merasakan sensasi keajaiban semesta yang ditumpahkan dari langit sebagaimana Tuhan mencurahkan cahaya aneh pada kercik hujan.” Dan malam itu dalam amuk harum Martini, Dono dengan bijak menolak ketika Jessica menyeretnya ke atas Bukit. Tidak! Tidak! Mungkin dengan setengah terpejam, Jessica sadar dia tidak akan pernah ada kesempatan mengajak Dono keatas bukit. Hanya sebatas pinggir bukit dan setelah itu saling diam untuk melupakan imajinasi pelangi diatas bukit itu

Jessica, sebagaimana Dono, hanyalah sketsa persahabatan yang terpaksa untuk saling mengerti. Sekedar untuk bertahan dari ketidak mungkinan. Setidaknya mereka bisa melanjutkan persahabatan yang telah terjalin lebih dari 10 tahun tanpa harus ada yang terluka dan kecewa. Tetapi sekali lagi cinta telah menumpulkan otak sehingga Jessica terpaksa mendukung apa pun yang diminta oleh Dono.
***
Setelah mengadakan rapat singkat di kantor dan menunjuk salah satu stafnya di kantor sebagai wakil dirut, Jessica langsung ke Bandara. Dia ada niat untuk menelphon Dono namun akhirnya niat itu di hentikannya. Dia merasa bukan hal yang penting bagi Dono kepergiannya. Ini hanya masalah rutinitas kerja. Dia harus terbang ke Hanoi terlebih dahulu untuk bertemu dengan Staf  Dono yang di tugaskan untuk membantu persiapan membuka pabrik di Ho CHin Min. Rencana paling lambat seminggu dia harus sudah menempati rumah yang disediakan oleh team Dono di Ho Chi Min. Tentu berikutnya adalah proses kerja yang tidak mudah. Dia harus mendapat mitra lokal untuk mendukung pendirian pabrik, mengurus izin, mempelajari semua aspek legal berbisnis di Vietnam. Rekrut SDM dan mendapatkan suplly chain dan jasa pendukung dari pengusaha lokal. Masih panjang lagi proses yang harus dia lalui. Waktu yang disediakan Dono hanya 4 bulan. 

***
Malam merangkak begitu lamban di antara deru terbang burung layang-layang. Langit merah jambu menyelubung Hanoi. Hening mengepung diri jessica yang terkurung di sebuah kamar hotel berbintang. Hampir sepekan dia  berada di negeri yang kini berbenah. Dia jadi teringat akan Dono. Terakhir bersama dengan Dono di Singapore membekas rindu tak bertepi. Apakah Dono bisa memahami betapa dia selalu merindukan kehangatan itu. Entahlah. Jessia sadar, itu lebih baik daripada dia bersenggama dengan orang yang tidak dia cintai.  Tapi kini entah mengapa dia juga merindukan pria lain. Robert , pria yang belum seminggu di kenalnya. Pria berkwarga negaraan Canada yang ramah dan tahu menghormatinya sebagai orang kepercayaan Dono. Setiap Robert bicara dia terpesona. Kelembutan pancaran matanya mengesankan ketulusan. Tidak ada amarah dan curiga di mata itu. Entah kanapa ini kali pertama dia jatuh cinta, setelah dengan Dono yang tak berbalas. Tapi kali ini dia tak akan bertempuk sebelah tangan. Dia yakin Robert menyimpan perasaan yang sama. Hanya saja belum berani menyampaikannya. Maklum terlalu cepat untuk menyimpulkan cinta bagi seorang pria. Dia maklum dan menanti. 

Jessica tahu, Robert sudah beristri dan punya anak satu dari perkawinannya yang kandas.  Dia janda dan Robert duda. Dua sosok bertemu dalam situasi yang tepat. Tidak ada yang salah bila takdir bersua untuk mereka. Kebersamaan selama ini hanya terkesan formal dengan posisi Robert sebagai penghubung Holding Company Dono dan dia sebagai orang yang mendapat tugas mempersiapkan pendirian pabrik di Ho Ci Minh. Itu sebabnya, setiap sore, Robert langsung pulang dan dia sendiri di kamar dalam sepi. Terdengar getar dari telp selularnya.Tertera disitu nama Robert. Dia segera menerima.
 " Yes Robert "
“ Hei..jessi, gimana kalau kita nongkrong di cafe. Bukankah besok kamu akan terbang ke Ho Chi Minh.” 
“ Senang sekali. Kamu dimana ?
“ Aku ada di loby hotel.”
“ Segera aku turun  “
“ OK”

Hati Jessica terasa melambung. Kesepian di kamar akhirnya di ceriakan dengan kehadiran Robert di hotel. Apalagi ini hari terakhir di Hanoi.

“ Vietnam sekarang sedang berbenah. Ekonomi menggeliat dan pertumbuhan ekonomi pesat. Arus investasi asing semakin kencang masuk ke Vietnam. Ini karena stabilitas politik dan keamanan yang terjamin. Sehingga hampir tidak pernah ada demo buruh atau apalah. Pemerintah vietnam sangat kuat mengontrol segala galanya.” Kata Robert mengawali pembicaraan. Tetap terkesan formal namun santai.

“ Apakah di sini ada juga Organisasi Buruh ?

“ Saat ini satu satunya serikat yang diakui adalah Vietnam General Confederation of Labour. Setiap perusahaan dengan modal asing wajib mengakui organisasi yang mewakili pegawai mereka.
“ Bagaimana dengan upah buruh ?

“ Upah di Vietnam diatur sesuai distrik. Namun secara keseluruhan jauh lebih murah di bandingkan upah di Indonesia. Sebagai pembanding, upah tertinggi di Vietnam adalah Rp. 1,4 juta per bulan’
“ Wah rendah sekali. “

“ Ya bukan hanya rendah dari segi uang tapi dari segi nilai juga sangat rendah karena output nya lebih tinggi dari buruh yang ada di Indonesia. Soal output, hanya china yang bisa mengalahkan Vietnam.”
“ Sekarang saya paham, mengapa Dono pindahkan pabriknya di China ke Vietnam, bukan ke Indonesia. “
" Ya, bahkan banyak pabrik sepatu yang hengkang dari Indonesia ke Vietnam. " Kata Robert.

" Ya saya tahu itu. Makanya kalau buruh Indonesia tidak meningkatkan etos kerjanya maka akan di gilas oleh persaingan ASEAN. Apalagi sekarang sudah ada ASEANTA"

Jessica terdiam sambil sekilas memperhatikan wajah Robert. Ah, pria ini begitu santunya  terhadap dia. Mungkin karena Dono memerintahkan dia agar menjaga dan membantunya dengan hormat. 

“ Ceritakan kepadaku tentang vietnam. Bagaimana negara ini bisa bangkit dari puing puing perang saudara. ? Kata Jessica sekedar menghilangkan kebisuan. 

“ Hmm…” Robert nampak bingung dari mana harus mulai bicara. “ Baiklah, lanjut Robert. “ Kamu tahu, Pada 30 April 1975, tank-tank Vietnam Utara mendobrak gerbang istana kepresidenan di Saigon, menumbangkan rezim bagian selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Kemenangan itu mengakhiri sebuah perang yang telah menewaskan jutaan warga Vietnam, sekitar 58.000 tentara AS dikirim untuk menghentikan serangan komunis tersebut. Empat puluh tahun kemudian, masyarakat menyaksikan pawai militer dan mendeklarasi kembali  kemenangan komunis di bekas istana kepresidenan. Para tentara melambaikan bendera palu dan sabit dan kaum perempuan menari bertema Star Wars dengan tulisan, “Hidup Partai Komunis Vietnam”. Dalam sebuah pidato yang disiarkan secara nasional, Nguyen Quoc Khanh, seorang letnan jenderal tentara, menjelaskan kemenangan pada 30 April tersebut sebagai “titik balik bagi rakyat Vietnam”. Tapi beberapa blok dari acara tersebut, sentimen serupa diungkapkan Vo Xuan Son, seorang wanita berusia 60 tahun yang menjual kue ala Vietnam dengan keranjang. “Ini adalah hari negara kita,” katanya, sambil menaburkan pate pada roti yang dipanggang. “Hari ini sangat penting bagi semua orang karena tidak ada perang, tidak ada orang tewas. Anak-anak kita tidak perlu ikut berjuang bersama tentara.”

Jessica terpesona menyimak setiap kata dan cara Robert bercerita, Sangat menarik dan terasa hidup.

“ Saigon telah berkembang jauh dalam 40 tahun. Lanjut Robert’ Tahun 1986, setelah bertahun-tahun sosialis gagal, Partai Komunis mengumumkan doi moi, serangkaian reformasi yang melonggarkan cengkeraman negara terhadap perekonomian dan menciptakan sistem “sosialisme yang berorientasi pasar.” Ketika Vietnam dibuka kembali kepada dunia, masuklah investasi asing, kehidupan ekonomi meningkat dan banyak orang terangkat dari kemiskinan. Saat ini kota ini dengan delapan juta orang telah berubah selama beberapa dekade terakhir. Ada gedung-gedung tinggi, jalan-jalan diperlebar, dan banyak hal yang berubah dalam cara yang positif.” 

“ Jadi sejak reformasi sosialis , ekonomi vietnam tumbuh pesat. Sama dengan China?  Kata jessica.
“ Tepat sekali. Tapi itu hanya nampak di bagian selatan atau yang sekarang di kenal namanya Ho Chi Minh , yang dulu di sebut kota Saigon. Sementara Hanoi tetap dengan sosialisnya.”

“ Bagaimana dengan politiknya ?

“ Para pendukung pemerintah berpendapat bahwa reformasi ekonomi telah mengangkat rakyat dari kubangan kemiskinan, tetapi para silent oposisi lebih skeptis. Dalam praktek, reformasi telah menjadi peluang bisnis bagi orang-orang memiliki koneksi dengan elite politik.”

“Ya, perekonomian telah terbuka tentu kompetisi terbuka juga. Orang akan melakukan segala cara untuk unggul. Wajar saja. “ kata Jessica. 

“ Benar. “ kata Robert “tapi mereka berusaha membuka diri terhadap mekanisme pasar dan tidak  setimpal dengan  keterbukaan politik.”

“ Maksudnya ? Tanya jessica berkerut kening.

“ Partai Komunis sudah lama mengabaikan cita-cita sosialis Ho Chi Minh. Korupsi luar biasa di Vietnam akibat dari hanya satu partai. Jika vietnam ingin mengubah ini maka elite nya harus mau juga mereformasi politik nya. Sudah saatnya multi-partai, demokrasi, dan hak asasi manusia,” katanya Robert dengan sikap humanisnya.

“ jadi korupsi adalah topik sensitif akibat satu partai Vietnam, dimana media tetap di bawah kontrol negara yang ketat.Benar ?

“ Benar sekali.” 

“ Lantas apakah ada gerakan dari rakyat yang berani secara langsung menentang ini ?

“ Tidak ada. Namun perlawanan datang dari pemuka agama. Dia Pastor Anthony Le Ngoc Thanh, seorang imam Katolik yang mengelola situs Redemptoris News, salah satu media independen di Vietnam, telah ditahan tiga kali akibat menerbitkan berita tentang HAM dan penganiayaan agama oleh negara. Dia berusaha membuka mata publik tentang apa yang telah di lakukan pemerintah, termasuk soal kebohongan. Tapi, meskipun banyak keluhan dari rakyat , rakyat tidak menentang kapitalisme. Rakyat tidak suka KKN. Itu saja. “

“ Jadi orang vietnam tidak anti investasi asing” Tanya jessica untuk menegaskan pemahamannya tentang penerimaan publik terhadap asing. 

“Bahkan, hasil survei terbaru , 95 persen dari warga Vietnam mendukung kebijakan kapitalis. Itu index tertinggi dari  45 negara yang disurvei” 

“ Jadi sama juga dengan rakyat CHina yang tidak menial kapitalisme tapi tidak suka dengan budaya KKN. “

“ Tepat sekali. Tapi sekarang sudah mulai ada kemauan politik dari pemerintah untuk berubah. Banyak putra elite partai yang duduk di BUMN di berhentikan dan di gantikan dengan professional. Ini suatu tanda bagus. Yang pasti rakyat vietnam tidak suka keributan. Budaya malu masih ada di kalangan elite dan walaupun rakyat tidak protes secara terbuka namun cara rakyat bersikap sudah cukup membuat mereka malu dan harus berubah.”

“ Paham sekali, Robert. “ 

“ Besok pagi kamu harus terbang ke Ho Chin Minh. Sebaiknya kamu istirahat ya. “Kata Robert dengan santun. 

Jessica terdiam barang sejenak, Karena sebetulnya dia masih ingin terus bersama Robert. Namun akhirnya dia segera berdiri juga “ Baiklah, Selamat malam” Kata Jessica melangkah. 
“ Besok saya jemput di hotel untuk ke bandara”
“ Terimakasih..” 

***
Sebelum berangkat tidur, Jessica tertegun karena telp bergetar. Dia berharap telp itu dari Robert tapi tidak ada nama tertera. Itu dia yakin dari Dono. Hanya Dono yang tahu telpnya di Vietnam. Ini jam 1 dini hari. 
" Jess " terdengar suara telp di seberang dengan suara serak serak basah.
" Ya Pak "
" Gimana pelayanan Robert ? Di bantu kamu dengan baik ?
" Baik sekali dia Pak. Saya senang dia bantu saya."
" OK. Keliatanya kamu ceria banget ?
" Ini barusan selesai makan malam dengan Robert"
" Dating ?
" Enggalah..hanya ngobrol aja. Mau tahu banyak soal Vietnam."
" OK. Dia tadinya dosen di universitas di Hanoi dan bergabung dengan saya sejak tiga tahun lalu. "
" Oh i see."
" Besok kamu ke Ho Chi Minh ?
" Ya pak.."
" Kamu ingin Robert dampingi kamu di Ho Chi MInh?
" hmmm " 
" Jawab aja ?
" eh ya ya pak..boleh"
" Ok. Besok saya minta Robert dampingi kamu ke Ho Chi Minh. "
" Pak..."
" Ya..
" Boleh request engga ?
" Apa?
" Apa bisa Robert jadi staff saya selama saya bertugas di Ho Chi Minh?
" Engga tahulah. Nanti saya tanya dengan HRD holding di Hong kong. "
" Baik saya paham."
" udah ya.."
" Kamu dimana sekarang ? Kata Jessica seakan tidak bicara lagi sebagai bawahan dengan atasan. Tapi dengan sahabat.
" Di Jakarta. Ini lagi jalan pulang ke rumah."
" Engga minum kan "?
" Enggalah.." Terdengar Dono menahan tawa.
" Minum kan.?"
" Engga "
" Bohong.."
" Engga sayang... "
" jaga kesehatan kamu ya sayang.."
" Kamu juga..Udah  ya.."
" OK. Bye now.”

***

Sesampai di Bandara Udara Internasional Tan Son Nhat, Jessica langsung menuju Sherwood residence Hotel dimana dia akan tinggal selama berada di Ho Chin MInh. Semua sudah diatur oleh Robert. Perjalanan dari Bandara ke apartement hanya 20 menit.  Jadi pilihan yang tepat untuk tempat tinggal. Disamping tenang, Sherwood berada setengah kilometer dari pusat kota. Sesampai di Hotel, hanya istirahat 1 jam, Jessica minta diantar Robert ke pusat kota, distrik 1. Ketika itu hari menunjukan jam 9 malam.

Di distrik 1 , Jessica  mendapat kesan bahwa Ho Chi Minh City, dikenal sebagian orang sebagai Saigon, berdenyut dengan energi yang berbeda dari kota lain di Vietnam. Kota ini digerakkan oleh bisnis dan berkembang pesat. Namun sesibuk apa pun kota ini, penduduknya tahu persis cara bersantai, biasanya sambil menikmati es kopi atau koktail. Di District 1, pencakar langit menjulang bersedekat dengan museum-museum Prancis tua. Di jalanan rombongan motor berderu menyusuri ruas jalan. Tak ubahnya dengan Jakarta.

“  Begitu matahari terbenam dan lampu neon menyala, Ho Chi Minh City menjawab seluruh kebutuhan kita untuk menikmati malam, mulai dari tempat minum bir sederhana hingga bar koktail mewah dan kelab malam yang mengentak. Begitu banyaknya pilihan, mungkin kita baru akan tertidur saat matahari terbit. Ini tidak terjadi di tempat lain di Vietnam. Dari restoran mewah hingga outlet siap saji tersedia di sini. “ Kata Robert menjelaskan kepada Jessica sambil berjalan di Ben Thanh Market. Kawasan kaki lima untuk kuliner.

Robert mengajak Jessica makan malam di L’usine restoran. Jessica menyukai restoran ini. Harga makanannya hanya setengah dari harga restoran serupa Jakarta. Sementara, hidangan yang disajikan, tidak jauh berbeda dengan cafe eksklusif di hotel bintang lima. Robert memastikan menu tanpa babi.

“ Boleh tahu ? Apa agama mu ?

“ Islam “

“ Oh i see. “

“ Sejak kapan masuk islam ?

“ Waktu kuliah dulu di Toronto.”

“ Mengapa kamu masuk Islam ? Tanya jessica penasaran.

“ Islam itu agama yang mudah. Tidak sesulit agama lain. Di Islam tidak ada pemujaan terhadap tokoh, Tidak ada pemimpin sprituall seperti agama Khatolik atau agama lainnya. Islam hanya ada satu yang ditinggikan yaitu Allah. Selain Allah adalah fana dan pasti tidak sempurna. Semua umat islam memimpin dirinya sendiri dan bertanggung jawab sendiri sendiri di hadapan Tuhan atas perbuatannya “

“ Pemahaman yang sederhana namun jelas.”

“ Agamamu apa ? Tanya Robert halus.

“ Islam”

“ Jadi kita bersaudara. Bukankah sesama muslim bersaudara.”

“ Ya tapi pemahaman agama saya tidak sehebat kamu. Agama saya masih cetek. Makanya saya sendiri tidak yakin apakah amalan saya sudah benar di hadapan Tuhan. “ Kata jessica dengan wajah mendung.

“ Ilmu agama saya juga tidak luas. Bahkan saya tidak bisa membaca AL Quran. Namun literatur terjemahan Al Quran banyak dijual dari buku sampai CD , bahkan ada digiital system melalui perangkat lunak pintar yang bisa menjawab semua pertanyaan kita sekitar hukum dan syariat. Islam itu agama yang sederhana, moderat dan adil. Jadi bukan hal yang sulit di pahami oleh siapapun."

“  Mengapa ? 

“ Karena hanya ada lima rukun islam, Ingat ! hanya lima. yaitu bersahadat, sholat, saum, zakat dan haji.Tidak banyak kan namun tentu didasarkan oleh keyakinan sesuai rukun Iman. Sedari kecil kita sudah diajarkan oleh orang tua kita tentang rukun islam itu. Bahkan di ajarkan sambil bersenandung indah mengantar kita tidur. Tidak sulitkan menghafalnya. Itulah islam.

“ Lantas apa yang sulit ? 

“ Menghayati makna dibalik rukun islam itu. Itulah yang sulit. Karena bila kamu sertakan nafsumu maka kamu tidak akan pernah bisa memahami makna di balik rukun islam itu. Bersahadat bukan hanya melafalkannya tapi memahami bahwa Tidak ada satupun yang kita sembah kecuali Allah. Engga ada tuhan harta, tuhan jabatan, tuhan pangkat, tuhan cinta dunia, tidak ada tuhan manusia. Semua hanya senda gurau, fana. Yang ada dan kekal hanyalah Tuhan. "

“ Bagaimana kita sebagai umat islam memahami itu ? 

“ Belajarlah dari pribadi Rasul yang di tugaskan menyampaikan wahyu dari Allah. Rasul adalah teladan terbaik dan terlengkap untuk semua aspek kehidupan. Beliau adalah manusia biasa dan melaksanakan misi kerasulannya dengan prinsip sunatullah. Pernah menang ,pernah kalah. Pernah untung , penah juga rugi. Dicerca dan di asingkan, dan kemudian di puja dan di hormati. Akhlak beliaulah yang menjadi teladan kita. Bahwa islam itu rahmat bagi alam semesta, yang tentu menentramkan bagi semua.”

“ I see. Bagaimana dengan kewaiiban sholat ?

“ Sholat adalah cara kita memahami tentang dimensi gaip khususnya tentang eksistensi Tuhan. Sholat adalah koneksi keruang tanpa batas dalam makna tak terdefinisikan, kecuali meninggikan Tuhan dan merendahkan diri kita bahwa kita bukanlah siapa siapa tanpa pertolongan Tuhan. Bahwa semua berawal dari Tuhan dan berakhir kepada Tuhan. Apapun itu. Selagi kita terus terkoneksi dengan Tuhan sepanjang usia lewat sholat maka secara sunatullah karakter kita akan terus berkembang menjadi lebih baik. “

“ Mengapa sampai begitu ?

“ Karena kita merasa selalu menyatu dengan Tuhan yang maha pengasih lagi penyayang. Hidup kita penuh cinta. Tanpa “ada prasangka buruk, tanpa berpikir negatif dan selalu ikhlas.”

“ Bagaimana dengan puasa ?

“ Apabila sholat dalam dimensi tanpa batas, maka puasa adalah dimensi yang terbatas. Puasa sebagai latihan jiwa untuk sabar dan rendah hati dengan menahan hawa nafsu dalam kurun waktu tertentu. Tidak ada yang tahu kita puasa kecuali Allah. Di sinilah di uji keimanan kita. Apakah kita benar berpuasa karena Allah ataukah karena rasa hormat dari manusia. Bila ikhas karena Allah, maka puasa itu menyehatkan raga dan jiwa. Badan kita sehat, dan jiwa terlatih stablil menghadapi segala kemungkinan dimasa depan. Bukankah kita tidak sabar dan tidak ikhlas karena nafsu, dan nafsu itu ada diperut dan alat kelamin. Kendalikan itu maka kita kendalikan nafsu kita.

“ Sederhana itu ya. “ Kata jessica tersenyum.

“ Benar”

“ Bagaimana dengan Zakat. “

“ Zakat adalah nutrisi jiwa.  Kamu memberi tanpa berharap apapun dari manusia kecuali mengharapkan ridho Tuhan. Apabila kamu lakukan ini maka rasa bahagia akan membuncah dalam jiwamu. Empati terbangun dan cinta menghiasi hatimu untuk senang memberi , dan bukan meminta. Dengan memberi jiwamu akan kokoh, tentu ragamu akan jauh dari penyakit. Perasaan bahagia yang dari sikap memberi itu mampu meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit. “

“ Wow luar biasa. ?

“ Dan bila rukun islam dari satu sampai empat dapat kamu lakukan dengan istiqamah maka puncak agama tauhid adalah ibadah Haji. Itu melodrama perjalanan spirtiual untuk tiada tuhan selain Allah ,Itulah puncak agama Tauhid. “

“ Hanya lima rukun islam itu tapi maknanya luas dan menyeluruh untuk kesehatan jiwa dan raga kita. Benarlah , apapun yang kita lakukan dalam beragama kembali kepada diri kita sendiri. Allah tidak mendapatkan manfaat apapun namun Allah bangga bila kita bisa memenuhi ketentuanNYA.”

“ Ya benar. Hanya lima. Namun kita tidak bisa mengatakan yang penting sahadat tapi sholat tidak di lakukan, Itu salah, Atau yang penting sholat dan zikir tapi etos kerja lemah sehingga rezeki tidak cukup untuk membayar zakat. Itu juga salah. Tidak juga yang penting memberi tapi puasa tidak, sholat tidak. Itu sikap yang salah. Lima rukun itu harus di lakukan secara penuh tanpa bisa kurang satupun. Engga sulit kan?

“ ya engga sulit kalau mau konsisten.”

 Pesanan makan datang terhidang di meja. Jessica memperhatikan Robert membaca doa sebelum makan.  

“ Besok kita akan menunjuk agent untuk mengurus segala izin untuk pendirian perusahaan. Setelah izin di dapat , kita akan sewa kantor di kawasan distrik 1. Setelah itu tugas saya selesai dan kembali ke Hanoi. Kamu bisa lanjutkan untuk proses pendirian pabrik. “ kata Robert.

Jessica berharap Dono bisa membantu menempatkan Robert sebagai staf nya di Ho Chi Minh. Walau hanya sebentar berteman dengan Robert, Jessica merasakan ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, Dia juga merasakan sikap Dono selama ini tidak ada yang salah terhadap dirinya. Hanya saja karena dia terlalu menempatkan cinta manusia sebagai tuhan sehingga membuat dia terpasung dalam kekalahan dan derita yang tidak perlu. 

***
Ketika sampai di hotel jam sudah menunjukan pukul 2 pagi. Jessica baru sadar ada 4 missecall dari luar negeri. Nomor tidak di kenal. Di yakin itu yang telp pasti Dono.  Benarlah, hanya berselang beberapa menit sebelum dia tidur telp bergetar 
" Jess " terdengar suara Dono di seberang.
" Ya pak."
" Sudah di hotel kan."
" Ya sudah."
" Pastikan dalam seminggu urusan pendirian perusahaan selesai dan kamu harus sewa kantor agar management bisa bekerja. Setelah itu kamu harus terbang ke Dongwan China untuk persiapan relokasi pabrik."
" Ya pak. Saya paham"
" Ya udah. "
" Bapak dimana sekarang ?
" Di Medan. Besok ke KL. Mungkin week end kita bisa ketemu di Ho Chi Minh."
" Benar ya. Kamu kangen aku ya ?" Kata jessica dengan kembali gayanya sebagai sahabat Dono.
" GR kamu ah. Saya mau bicara dengan teman di sana yang mau jual property. "
" Hotel ?
" ya resort hotel."
" Tapi itu ekspansi bisnis di Hong kong. "
" Oh i see. Oh ya Robert bisa bekerja untuk kamu. Udahan ya. Nanti sambung lagi."
" Terimakasih Don, Kamu baik sekali. OK bye."

Jessica merasa bahagia karena mendengar kabar dari Dono bahwa Robert akan tetap di Ho Chi Minh ntk membantunya. Itu artinya kebersamaan dengan Robert akan terus berlangsung.

***

Jessica tidak merasa kecewa ketika dia tahu Dono datang ke Ho Chi Minh selama week end tapi tidak menghubunginya. Dia sadar tidak ada istilah kangen kepada wanita  bagi Dono. Hidup bagi Dono adalah bukan hanya bagaimana bertahan dari kesulitan tapi juga dari rasa bahagia. Apapun disikapi dengan biasa biasa saja. Tak pernah nampak rasa kawatir berlebihan dan juga senang berlebihan. Jessica tak ingin menelphone untuk mengingatkan Dono bahwa dia akan menanti sepanjang malam. Karena dia tahu pasti Dono bukan pria yang suka di ingatkan soal urusan yang tidak ada kaitannya dengan bisnis. Tapi dia sadar bahwa Dono tidak melupakannya dan akan selalu memahami sikap Dono.

Senin , hari kerja pertama Jessica di Ho Chi Minh, di ttapnya dari jendela hotel sambil berkata “ Aku harus melupakan emosiku kepada Dono. Aku harus berusaha professional saja. Dia dengan sikapnya dan aku dengan sikapku. “ Diapun tersenyum ketika dapat pesan singkat dari Robert bahwa sudah stand by di loby untuk mengaturnya bertemu dengan agent yang akan mengurus segala sesuatunya pendirian perusahaan di Ho Chi Minh.
“ Selamat pagi Bu? Kata Robert menyapa Jessica ketika keluar dari Lift
“ Pagi Robert. Kita langsung ke tempat agent itu kan?’
“ Ya bu. Ibu tunggu aja di depan loby, Saya akan ambil kendaraan“ Robert melangkah cepat kearah parker kendaraan 

Dalam perjalanan Robert mengatakan bahwa tidak mudah mendapatkan kepercayaan dari Dono. Dia sudah bekerja lebih dari 2 tahun namun belum pernah dapat kesempatan duduk satu meja dengan Dono. Tapi dia senang karena posisinya mendapatkan penghargaan luar biasa untuk mendampingi Jessica selama proses pengurusan pemindahan pabrik di Cina ke Vietnam. 
“Apa cita cita kamu sebenarnya ? tanya Jessica.
“ Aku ingin mendirikan sendiri perusahaan. Berharap suatu saat bisa jadi mitra venture Pak Dono”
“ Kamu yakin dengan harapan kamu itu ?
“ Yakin, Bu. “
“ Mengapa ?
“ Saya di terima bekerja di Hong Kong karena rekomendasi teman saya yang sudah sukses sebagai mitra venture Pak Dono. Dan saya senang sekali di tunjuk sebagai kepala perwakilan Perusahaan di Hanoi. “
“ Berapa orang staf kamu di Hanoi ?
“ Hanya tiga orang “
“ Selama 2 tahun lebih apa yang sudah di lakukan di Hanoi?
“ Hanya kumpulkan informasi apa saja yang bagus untuk dijadikan peluang. Membangun network dengan pengusaha dan pejabat Vietnam. Mencari mitra sebagai agent dan distributor yang qualified. Masih banyak lagi. “
“ Tentu ada SOP nya ya”
“ Ya. Holding Dono di Hong kong mengawasi dengan ketat setiap pekerjaan yang ditugaskan.”
“ Ya paham saya.  “ Kata Jessica mengangguk.

Kendaraan berhenti di Iwa Square di kawasan Distrik 1. Agent yang ditemui ternyata seorang wanita Vietnam yang nampak cerdas. Proses administrasi berlangsung cepat. Jessica menyerahkan document yang berkaitan dengan statusnya sebagai authorize penuh dari perusahaan Dono di China yang berencana melakukan relokasi pabrik ke Ho Chi Minh. 
“ Setelah akta pendirian perusahaan dan pembukaan rekening bank settle,  Holding di Hong Kong akan mengirim uang sebagai setoran modal.” Kata Robert.
“ Ya. Kamu pastikan  proses itu selesai dengan cepat.”
“ Ya bu.”
“ Bagaimana dengan kantor ?
“ Hari ini kita ke Saigon Center tower untuk lihat kantor  yang akan disewa. Engga jauh dari sini. “ Kata Robert sambil melangkah kearah tempat parker. 

****
Jessica sudah memutuskan untuk menyewa kantor di Saigon Center Tower dengan luas 100 meter persegi. Jam makan siang, semua urusan sudah selesai. Robert mengajak Jessica makan di Quan An Ngon Restaurant.

“ Robert, boleh saya minta pendapat soal pribadi ? kata Jessica.
“ Kalau kamu percaya saya..”
“ Tentu saya percaya kamu “
“ Silahkan” 
“ Usia saya sudah 43 tahun. Punya seorang putri. Saya merasa sudah mati sebelum waktunya. “
“ Maksud kamu ?
“ Entahlah. Semoga kamu bisa paham apa maksud saya “ Jessica nampak berwajah murung. Bayangannya kepada Dono. Kebersamaan dengan Dono bagaikan dilangit tak bergantung dibumi tak berbijak. Tertawa hanya menumpang tawa. Tapi selalu menangis di tempat sepi. 

“ Dari awal ketika kita bertemu saya merasakan ada sesuatu pada dirimu. Tapi kamu terlalu hebat bisa menyembunyikannya. Namun kadang tanpa kamu sadari, mendung itu datang tiba tiba di wajahmu. Aku merasakan itu.”

“ Oh gitu. “

“ Tapi baiklah aku ingin sampaikan pandangan yang mungkin kamu bisa pahami.  Ketahuilah bahwa setiap waktu, peristiwa begitu saja terjadi, lantas tidak meninggalkan apa pun selain kesan kehilangan; sebuah perayaan kekalahan yang terus tertunda. Kita  selalu berpikir bahwa kegagalan adalah cara baik untuk kuat. Dan, kegagalan dapat terjadi pada siapa saja. Hidup penuh resiko dan resiko tertinggi adalah kematian. Kematian bisa kapan saja bekunjung, maka kita tidak dapat menyiapkan segala hiporia kepiluan tersebut. Begitu juga dengan sebuah liang kesedihan tempat mengubur segala duka. Dunia hanya sebuah stasiun kecil tempat bersinggahnya ribuan kendaraan yang mengarak kemurungan. “ Kata Robert.

“ Kesedihan sudah menjadi teman baik di dalam hidupku. Kesedihan bukanlah barang asing lagi. Akan tetapi, telah menjelma menjadi seorang kawan lama yang bisa kapan saja datang; mengetuk pintu rumahku; berbicara panjang lebar seraya melemparkan lelucon tentang hidup yang sebenarnya sudah sangat menyedihkan; kehidupan yang seharusnya jadi bahan tertawaan. Kesedihan adalah candu yang harus aku sesap berulang kali.” Jessica mengingat peristiwa ketika diusir oleh suaminya bersama putri kecilnya. Setelah itu kegagalan  berumah tangga datang silih berganti di dalam hidupnya. Sebuah kegagalan yang mungkin tidak harus ia ratapi lagi. Sama halnya saat ia memaklumi Dono yang hingga kini tak tahu bagaimana sebetulnya sikap Dono kepada dia. Ia kembali kepada Dono setelah penantian panjang. Dan berharap keadaan berubah setelah ini.

“ Apapun yang kamu alami itu adalah perjalanan spiritual kamu menuju Tuhan. Orang bahagia, orang menderita, kalah atau menang adalah proses menuju jalan ke Tuhan. Engga usah terlalu larut dengan keadaan masa lalu dan juga engga perlu kamu terus bertanya mengapa tidak begini, mengapa begitu. Itu hanya membuang energy. Apa yang harus kamu lakukan adalah nikmati kehidupan hari ini dan syukuri kamu masih makan dengan badan tetap sehat. “ Kata Robert mencerahkan. Jessica terkesima. Sikap hidup Robert tidak jauh beda dengan Dono. Tapi Dono matang karena usia diatas 50 , sementara Robert dapat bijak dalam usia muda. 

“ Boleh tahu mengapa kamu bercerai ?

“ Saya bisa saja cerita apa alasan perceraian. Tapi untuk apa?. Alasan hanyalah sunattullah tapi penyebab utamanya adalah takdir Tuhan. Sudah sampai disitu usia jodoh saya. Mau gimana lagi?“

“ Apakah kamu menderita karena itu? 

“ Tidak.”

“ Mengapa ? Apakah semua pria bisa dengan mudah bisa melupakan perpisahan dan berdamai dengan kenyataan?

“ Ini bukan soal mudah melupakan dan berdamai dengan kenyataan tapi sikap hidup.  Apapun didunia ini tidak ada yang abadi. Bahkan tidak ada hubungan yang  sempurna. Kalau toh akhirnya kami berpisah, itu juga bagian dari kenyataan hidup. Yang penting saya dan mantan istri saya tidak larut dalam kegagalan. Tidak harus saling membenci. Kami punya cara sendiri untuk berdamai dan melanjutkan hidup.”

“ Bagaimana dengan anak ?

“ Anak ikut mantan istri saya namun biaya hidup anak saya tanggung setiap bulannya. ya kami kerjasama. Dia menggunakan tenaganya dan saya membantu uang. Biasa saja.” 

“ Semudah itu ?

“ HIdup kita milik Tuhan. Apapun itu hanya Tuhan yang menjadi sandaran kita. Sikap bijak menerima dan melaluinya dengan ikhlas adalah kata kunci sebagai orang beriman.”

“ Luar biasa. Sebegitunya kamu bisa berdamai dengan kenyataan hanya karena kamu percaya kepada Tuhan.”

Robert hanya tersenyum mendengar kesimpulan yang terucap dari Jessica. Dia tak ingin bicara banyak. Setelah makanan terhidang, Jessica nampak kembali riang. 

“ Saya harus jemput Pak Dono di hotel dan antar ke Bandara. Hari ini dia akan terbang ke Bangkok.”

“ Oh Pak Dono masih di Ho Chi Minh ? Kamu tahu dari mana? Kata jessica berkerut kening.

“ Ya. Saya dapat email dari Hong Kong tadi pagi untuk antar Pak Dono ke Bandara. Emang ada apa ?

“ Ah engga. “

Jessica terdiam agak lama. Mengapa Dono tidak menghubunginya? Ah sudahlah. Mungkin tidak ada yang penting untuk di bahas oleh Dono. Toh pekerjaan di Ho Chi Minh telah di bantu oleh Robert dan itu juga berkat permintaan jessica.

“ Oh ya kamu mau ikut ke Hotel Pak Dono ?
“ Boleh ?
“ Saya hanya staf dan kamu boss saya yang juga executive Pak Dono. Emang ada larangan eksekutif ketemu Pak Dono ?
“ Engga ada larangan “
“ Ya udah kita sama sama saja antar Pak Dono ke Bandara. Kan hari ini kita engga ada lagi kerjaan yang harus di urus ”

Dono menginap di Park Hyatt Saigon yang juga di kawasan distrik 1. Sesampai di Hotel, Robert menghubungi Dono via telp bahwa dia sudah ada di loby. Tak berapa lama menanti, Dono keluar dari ruangan longe executive bersama seorang wanita. Nampaknya wanita Korea. 
“ Hi Jessi! “ Seru Dono sambil memeluk Jessica “ Kenalkan ini Weni, partners saya di Hong kong. Kami sedang menjajaki akuisisi hotel di Saigon.” Lanjut Dono. Jessica dengan agak ragu menyalami wanita yang nampak akrab disamping Dono.
“ Ok Robert, ambil kendaraan sekarang, Saya tunggu di pintu loby. “ Kata Dono dengan berwibawa. “ dan kamu ikut aku ke Bandara “ Sambung Robert kepada Jessica yang masih nampak mematung. Jessica hanya mengangguk dan mengikuti langkah Dono ke pintu loby utama. 

Dalam perjalanan menuju bandara Dono duduk di sebelah Jessica dan Wenni duduk di depan. Dalam bahasa Indonesia , Jessica dengan berbisik berkata kepada Dono “ Kamu engga kangen aku ya. “
“ Aku sibuk “ Kata Dono sekenannya.
“ Sibuk dengan wanita itu ?
“ Maksud kamu ?.”
“ Sibuk apa selama weekend ?
“ Meeting dengan relasi di sini.”
“ Wanita itu ?
“ Bukan lah. Dia baru datang pagi tadi dari Hong Kong. Saya akan ajak dia ke Bangkok, biar urusan akuisis di serahkan dengan perusahaan yang ada di Bankok.”
“ Hmmm “ Jessica hanya berguman. Tapi dia percaya. Dono tidak mudah mengajak tidur wanita tanpa alasan yang kuat. Apalagi wanita sebagai mitra bisnis tidak pernah dia dekati secara emosional. Business is business. 
“ Gimana kalau kamu ikut aku ke  Bangkok ?
“ Ngapain ?
“ ya ikut aja.”
“ Tapi ..” Jessica memikirkan pekerjaannya di Ho Chi Minh
“ Itu udah ada Robert yang bantu kamu di sini. Bukankah kamu harus terbang ke Shenznen minggu ini. ? 
“ Pakaian ku di Hotel ?
“ Beli aja di Bangkok nanti. Yang penting passport “
“ OK. Tapi engga ganggukan ? 
“ Ah sudahlah. Mau ikut engga ?
“ Ya mau.” Jessica mencubit lengan Dono seraya tersenyum dan merebahkan kepala ke pundak Dono.
“ Oh. ya Mey mau liburan ke Hong Kong sama teman temannya. Kamu izinkan? Kata Dono. Mey adalah putri tunggal Jessica yang memang sudah seperti anak kandung Dono. Semua hal tentang Mey di tanggung oleh Dono. Sekarang menetap di London
“ Kok dia engga kasih tahu aku?
“Kamu telp sekarang dia ? kata Dono memberikan telpnya agar jessica menghubungi Mey.
Usai menelphone Jessica menyerahkan telp ke Dono kembali “ Kamu terlalu memanjakan dia. Dan sengaja menyudutkan aku”
“ Maksud kamu ?
“ Kata Mey, papa udah setuju. Lantas untuk apa lagi minta izin dengan aku?
Dono hanya tersenyum. Dia tak ingin bertengkar soal Mey dengan Jessica.

***
Di Bangkok , Dono tinggal di Hotel Grand Millennium.  Itu karena sahabatnya dari US datang ke Bangkok untuk bertemu membahas rencana akuisis hotel. Jessica mendampingi Dono makan malam. Juga hadir mitra Dono dari Hong Kong, seorang wanita. Awalnya Jessica tidak begitu peduli karena pembicaraan lebih kepada masalah business. Seperti aspek legal business yang akan di lakukan di Bangkok. Kemudian membicarakan soal business model yang tepat, siapa international chain yang layak di rangkul. Design dan lain lain. Beranjak soal financial model tentang bagaimana merancang pembiayaan, Apakah melalui project funding atau project equity. Terakhir membahas mengenai project settlement sebagai dasar di lakukan financial closing.  Malam itu Jessica tidur di ranjangnya sendiri dan Dono di ranjangnya. Dono nampak lelah sekali. Nampaknya dia butuh istirahat. Apalagi keesokan paginya dia harus kembali ke Jakarta dan Jessica  kembali ke Ho Chi Minh. Tapi Jessica masih ada yang ingin dia bicarakan. 

“ Don…”
“ Hmmm” Terdengar Dono mendenguh tanpa bergerak. 
“ Kamu selalu sibuk dan selalu nampak lelah bila ditempat tidur.”
“ Aktifitas memberimu kesibukan tapi memakan waktu. Tapi Produktifitas memberimu hasil dan membebaskan waktu.”
“ Saya mengerti itu. Sudah nature kamu begitu. Doyan kerja keras. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan berbicara dengan kamu. Tapi entah kenapa saya terdorong untuk berbicara.”
“ Bicaralah? kata Dono dengan mata tetap terpejam.
“ Saya merasa hidup saya semakin hari semakin rumit? 
“ Hidup itu tidaklah  rumit. Yang rumit adalah cara kamu menyikapi hidup.”
“ Saya kawatir akan masa depan saya,apalagi soal kamu”
“Rasa kawatir adalah sikap yang membuang waktu.Tidak akan merubah apapun. Bahkan bisa membuatmu kehilangan keceriaan karena sibuk berpikir yang belum terjadi.  Rasa kawatir itu adalah permainan iblis untuk membuatmu lupa kepada Tuhan dan lebih percaya kepada dirimu sendiri...
“ Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian. 
“ Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.”
“ Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian. “
“ Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah sebuah pilihan.
“ Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita? 
“ Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang harus melewati waktu dengan rasa sakit akibat penderitaan dan kekecewaan Begitulah cara Tuhan membuat manusia menjadi lebih baik karena waktu. 
“ Maksudnya karena proses waktu, pengalaman pahit adalah bagian dari proses untuk menjadi sempurna ? 
“ Ya. Pengalaman adalah guru terbaik. Guru pengalaman memberikan ujian terlebih dahulu untuk kita paham dan bijak. Guru sekolah memberikan pemahaman terlebih dahulu untuk kita siap diuji. 
“ Tetapi, mengapa kita  harus melalui semua ujian itu? Mengapa kita tidak dapat hidup bebas dari masalah?
“ Selagi masalah tidak ada maka potensi seseorang akan terpendam atau tersimpan. Potensi orang akan keluar bila dia punya masalah. Ini sudah standar kehidupan manusia.Orang yang takut dengan masalah adalah orang yang takut berbuat dan dia tidak akan bisa membangkitkan potensi terpendamnya. 
“ Sejujurnya ditengah segala persoalan ini, saya  tidak tahu harus gimana?
“ Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.
“ Kadang-kadang kegagalan  membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan? 
“ Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu. Kompas itu adalah Agama”
“ Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi? 
“ Selalulah melihat sudah berapa jauh kamu berjalan, daripada bertanya masih berapa jauh kamu  harus berjalan. Selalu syukuri yang sudah kau peroleh , jangan hitung apa yang tidak kau peroleh. Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah berkeluh kesah dengan keadaan. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan. Besar kecilnya hasil hanyalah Tuhan sebagai penilai.
“ Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini?
“ Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
“ Mengapa Tuhan belum menjawab doaku. 
“ Tuhan sedang menambah kesabaran pada dirimu  dan Allah cinta kepada orang yg sabar. Karena saat kelak Alllah menjawab doamu dan mengabulkannya, imanmu sudah kuat dan bisa bijak menerima pemberian Allah. Ingat bahwa Allah selalu memilih yang terbaik untuk kita. 
“ Saya merasa Allah lupakan saya karena doa saya tidak terkabulkan.
“ Berhentilah menduga duga doa tidak terkabulkan. Mengapa tidak dicoba mulai hari ini  kamu terima saja yang Tuhan telah beri.  Cobalah, kamu akan merasakan bahwa sebetulnya doa kamu sudah lama Allah kabulkan hanya saja kamu tidak pernah berterimakasih kepada Allah namun terus meminta dan meminta sehinga lupa bersyukur...
“ Don, gimana menghilangkan perasaan  kesepian? 
Tak ada jawaban. Jessica terus menanti. Tapi Dono tetap tidak menjawab. Dia dekati tempat tidur Dono “ Udah tidur ya say…” Jessica memperbaiki selimut Dono dan kembali keranjangnya.

***
Robert merasakan ada hubungan istimewa antara Jessica dan Dono. Dia bisa melihat dari mata Jessica. Walau terkesan lebih karena rasa hormat namun tidak bisa menyembunyikan sikap Dono yang begitu hangat kepada Jessica. Entah mengapa ada perasaan cemburu melihat kedekatan Dono kepada Jessica. Namun dia berusaha melupakan perasaannya kepada Jessica. Sadar bahwa dia bukanlah siapa siapa di bandingkan Dono untuk bisa merebut hati Jessica. 

Robert melihat sisi lain yang bisa di dapatnya dari bekerja di bawah Jessica. Setidaknya dia bisa mendapatkan akses kepada Dono langsung di bandingkan bekerja di bawah kendali Holding di Hongkong. Impiannya untuk membangun pabrik kliker dengan tekhnologi dari china bisa terkabulkan. Apalagi pasar rumah murah di Vietnam sangat besar. Pemerintah Vietnam punya program rumah untuk rakyat miskin sebagai bagian dari penataan wilayah komersial. 

Tapi bagaimana menyampaikan proposal ini kepada Jessica? Apakah terlalu cepat ? Dia merasa sungkan untuk membicarakan ini kepada Jessica. Karena tugasnya membantu Jessica belum terlaksana. Dan lagi apakah mungkin Jessica akan punya empati seperti harapannya? Robert menarik nafas. Terdengar HP suara panggilan. " Ya"
" Hi, Robert, jemput aku di bandara ya. " terdengar suara Jessica di seberang.
" Siap bu. Tolong ETA nya ?
" Jam 7 malam. "
" Siap bu. Jam 6 saya sudah di bandara”
“ " Terimakasih”

Ketika itu jam 5 sore. Robert sedang di kamar hotel. Dia berangkat langsung ke bandara dari tempat dia menginap di HO chi Minh. Dia teringat pertemuannya dengan seorang wanita yang juga Putri dari pentinggi Partai Vietnam. Nama wanita itu Yen. Walau sarjana dari China namun nampak seperti anak remaja yang belum dewasa. Maklum mungkin karena di besarkan oleh keluarga kaya. Melalui Yen, Robert di tawarkan peluang untuk bangun pabrik kliker khusus bahan material semen yang hemat biaya. Bahkan menghemat sampai 80% dari harga semen yang telah ada di pasaran. Semen ini juga punya daya tahan lebih baik dibandingkan dengan semen Portland. China menggunakan tehnologi dalam program rumah merah. 
Dari jauh nampak Jessica berjalan menuju kearah Robert. “ Capek ya” Kata Robert. Jessica hanya tersenyum. Robert membawa tas Jessica ke tempat parkir kendaraan. 

“ Bu, Besok senin kantor sudah siap. Izin pendirian perusahaan sudah selesai. Kita tinggal action saja.”Kata Robert sambil melajukan kendaraan.
“ Terimakasih Robert.” Kata Jessica sambil menatap kearah depan. Seakan sedang berpikir sesuatu. “ Hari selasa saya terbang ke Dongguan , China. Kamu siapkan SDM untuk tiga orang dulu ya. Bagian legal dan umum, akuntansi, Sekretaris.  Saya harap, saya kembali semua SDM sudah tersedia. “
“ Siap Bu.”
Robert  menanti Jessica memberi perintah lagi. Namun jessica nampak lelah dan akhirnya tertidur di kendaraan.

***
Untuk kesekian kalinya Yen menelphon mempertanyakan kapan Robert bisa merealisasikan pembangunan pabrik kliker itu. Robert sudah kehabisan alasan untuk meyakinkan Yen bahwa usahanya akan berhasil mendapatkan investor. Tapi siapa ? Dia sudah menghubungi banyak orang kaya dan juga banker di Hanoi dan Ho Chi Minh namun hampa. Karena semua punya alasan yang hampir sama bahwa tekhnologi itu tidak familiar. Mereka masih percaya dengan produk semen dari portland. Dan lagi tekhnologi dari China itu tidak populer di pasar eksport. Peruntukannya hanya sebatas perumahan kelas murahan dengan daya tahan terbatas. Robert sedang berpikir keras bagaimana cara bicara dengan Jessica soal rencana investasinya dengan Yen. Ada niat ingin menyampaikan proposal langsung kepada Holding di Hongkong namun Robert tidak yakin akan mendapatkan response yang cepat. Karena dia tahu holding di hongkong dalam situasi konsolidasi yang di syaratkan oleh kreditur agar sehat. 

Dalam kegalauan itu , telp Yen datang lagi “ Kita seharusnya bertemu sayang. Jangan terus menghindari aku. Sebaiknya kita bicara secara terbuka “ Terdengar suara Yen setengah marah. Atau mungkin tepatnya kesal dengan Robert. 
“ Baik. Di mana ketemunya ?
“ Aku sudah di loby hotel kamu “
“ Loh kapan datang ke Ho Chi Minh “
“ Aku tunggu ya.” Yen mematikan telp.
Ketika keluar dari Lift nampak dari kejauhan Yen menanti di loby hotel. 
“ Kita ke cafe itu saja “ Kata Robert menunjuk kearah cafe yang ada di sebelah ruang loby hotel, seraya menyalami Yen dengan ramah.
“ Robert “ Seru Yen, mengawali pembicaraan “ Ada apa sebenarnya ? Apakah memang perusahaan tempat kamu kerja tidak mau membiayai proyek kita ?
“ AKu tidak tahu. Karena aku belum sampaikan. “
“ Mengapa kamu belum sampaikan? Apa ada masalah ?
“ Saya tidak yakin kantor saya mau menyetujui investasi proyek ini. Kamu lihat aja beberapa bank meragukan proyek ini “
“ Aku baru tahu sekarang kalau kenyataannya proyek ini sangat tidak layak investasi. Tapi mengapa dulu kamu yakinkan aku agar menggunakan akses politik ku kepada keluargaku agar mendapatkan tekhnologi ini dari China ? Ingat loh..setiap hari ayahku menanyakan kelanjutan proyek ini. Bagi ku tak penting proyek ini untung atau aku dapat saham. Tak penting. yang penting proyek ini di bangun. Hutang moral ayahku kepada petinggi CHina dapat di bayar.  Dan lagi aku akan gunakan akses politik ku untuk mendapatkan proyek perumahan dalam jumlah besar di Vietnam untuk menggunakan produk tekhnologi ini sebagai bahan bangunan semen. Apalagi ?
“ Ya aku memang salah karena begitu yakin akan mudah meyakinkan kantor untuk menyetujui investasi proyek ini. Padahal aku sendiri tidak punya keberanian menyampaikan proposal ini kepada Top management.”
“ Ada apa sebenarnya “ ? kata Yen dengan berkerut kening.
“ Entahlah. “
“ Kata kamu, sekarang kamu bekerja langsung dengan seorang wanita yang punya hubungan sangat dekat dengan Boss utama di holding. ?
“ Ya benar. “
“ Apakah mungkin kamu atur aku bertemu dengan boss utama kamu itu.?
“ Bagaimana caranya ?
“ Terserah kamu “
“ Maaf Yen. Aku tidak punya kemampuan untuk mengatur kamu bertemu dengan boss utama itu. Apalah aku. Dan lagi sekarang walau status aku karyawan di holding di Hong Kong, tapi aku bekerja di bawah kendali orang yang tidak ada kaitannya dengan holding itu. Jadi benar benar tak terjangkau oleh ku si boss utama itu.”
“ Baiklah aku paham. Sebutkan nama lengkapnya. Aku akan cari tahu dia. Mungkin aku bisa gunakan aksesku di Hong Kong untuk bertemu secara pribadi dengan dia.”

Robert memberikan business card Dono kepada Yen. Sekilas Yen tersenyum melihat nama tertera di business card “ Nama yang agak aneh bagi kami orang Vietnam namun aku yakin dia orang baik. Kalau tidak baik mana mungkin bisa punya bisnis di China dan manca negara. “ Kata Yen seakan berbicara dengan dirinya sendiri. Robert hanya diam sambil menundukan wajah karena malu. Tak tahu harus bagaimana bersikap. 

“ Ok Robert. Tidak perlu merasa bersalah. Aku senang kamu akhirnya jujur. Bagaimanapun aku hanya mendukung obsesi kamu agar kamu jadi orang sukses. Kamu akan jadi orang besar. Kamu punya syarat untuk itu semua. Yakinlah.”
“ Terimakasih Yen. Kamu bisa mengerti aku. Maafkan aku.”
“ Tidak perlu minta maaf.” 

Usai makan siang. Robert mengajak Yen jalan jalan di Ho Chi Minh melihat suasana kota. Robert tahu bahwa wanita ini sangat menginginkan dia sukses. Tentu karena wanita ini mencintainya. Hanya saja wanita ini terlalu lembut perasaannya dan pandai menyembunyikan suasana hatinya. Ah, tak penting ungkapan cinta namun dari sikapnya tahulah Robert bahwa wanita itu rela melakukan segala galanya untuk dia. Tapi sampai sekarang Robert sendiri belum merasakan apapun terhadap wanita ini. Kecuali wanita ini memang cantik , terpelajar. Namun Robert agak takut karena wanita ini punya ambisi besar. Itu dia bisa rasakan dari pancaran mata wanita ini ketika berbicara dan bersikap. Apakah dia harus pura pura jatuh cinta demi obsesinya mendapatkan posisi dalam proyek kliker ?

Telah seminggu Jessica di China. Mungkin malam ini sesuai jadwal Jessica akan mendarat di Ho Chi Minh. Benarlah hanya sejam setelah dia berpikir tentang Jessica, terasa telpnya bergetar “ Robert, jemput aku di bandara ya jam 7 Malam” Terdengar suara jessica.
“ Siap bu. Jam 6 saya sudah di bandara. “ Kata Robert.
Jessica tak bicara banyak. Hanya menutup telp dengan mengucapkan terimakasih. Yen melirik kearah Robert “ Itu boss kamu ya “
“ ya”
“ Malam ini dia datang”
“ Ya. “
“ Aku menganggu mu ?“
“ Ah tidak. Aku justru berharap kamu bisa kenalan dengan dia.”
“ Apakah ada manfaatnya ?
‘ Setidaknya kamu bisa cerita siapa kamu dan yakinkan dia bahwa kamu mendapat dukungan membangun proyek kliker dengan tekhnologi dari China. Juga kamu akan memberikan akses kepasar Vietnam melalui koneksi politik kamu.” 
“ Yakin itu tidak akan menggangu posisi kamu di tempat kamu kerja ?
“ Tidak ada masalah, Salah satu tugasku adalah penghubung perusahaan dengan pihak pihak yang punya akses politik dan business network di vietnam.” Kata Robert dengan santai “Tapi jangan bilang di balik proyek ini ada namaku.  ? Sambung Robert
‘ Mengapa ?
“ Kamu tahulah. Aku sangat menginginkan pekerjaan di perusahaan ini.” Kata Robert dengan wajah memelas sambil mengalihkan wajahnya ke samping.  Yen meremas jemari Robert dengan penuh keyakinan bahwa Robert akan baik baik saja karena dia sangat peduli.

***
Setelah makan malam dengan Robert dan Yen, Jessica dapat merasakan ada sesuatu antara Yen dan Robert. Sebagai wanita dia dapat dengan mudah merasakan itu. Terutama tanpa sadar Yen memanggil Robert dengan sebutan “ Honey”. Sempat terkesiap jantung Jessica ketika mendengar Yen memanggil dengan nada sayang yang teramat dekat. Tapi mengapa jessica sampai tidak merasa nyaman terhadap sikap Yen? Bukankah hubungan dia dengan Robert hanya sebatas atasan dan bawahan. Kalaupun hubungan terkesan dekat itupun karena sikap Jessica yang mampu membuat orang bekerja dengannya merasa nyaman. Apakah jessica telah salah menebak bahwa Robert menyukainya. Atau dia terlalu berharap dapat dengan mudah menaklukan Robert. Jessica sadar bahwa dia harus berdamai dengan kenyataan. Bahwa banyak pria yang mudah didekati tapi tidak mudah mengajak mereka berkomitmen untuk hubungan yang lebih serius.

Malam ini Jessica merasa sangat kesepian. Hidup diusia kepala empat tanpa hati untuk berlabuh. Dono memang sahabat yang baik namun ruang hatinya sudah penuh sesak dengan kedua anak dan istrinya. Dia hanya berada di beranda hati Dono tanpa bisa masuk kedalam. Namun walau hanya di beranda kadang dia merasa itu sudah berkah luar biasa. Tapi bagaimanapun dia ingin ada ruang khusus baginya di hati seorang pria. Biar ruang itu kecil , tak apalah. Dia bisa menyendiri di ruang itu sambil menghitung bintang di langit mengantar dia tidur dalam pelukan seorang pria. Karenanya dia bertekad dalam hati bahwa dia akan bersaing mendapatkan Robert. Bagaimanapun dia dalam posisi lebih menguntungkan bagi Robert di bandingkan Yen. Tanpa keputusan dari Dono tak mungkin proyek itu bisa jalan. Robert akan lebih memihak kepada dia. Itulah keyakinan Jessica. 

Sekarang tinggal berpikir bagaimana meyakinkan Dono. Jessica tahu percis sifat  Dono yaitu tidak bisa ditebak, Namun Dono bisa jujur akan sikapnya ketika mengambil keputusan. Mungkin Jessica akan merasa kecewa namun Dono selalu punya alasan yang rasional atas keputusannya. Dia akan meyakinkan Dono secara rasional bahwa investasi di kliker itu menguntungkan dan sekaligus pintu gerbang menjalin hubungan dengan elite partai di vietnam. Jessica tahu betul bahwa bagi Dono keneksi politik itu sangat dia inginkan. Walau dia tidak pernah terlibat secara langsung bermain politik namun soal bagaimana memanfaatkan akses politik untuk mengembangkan bisnis dia memang jagonya. Dono selalu punya ide hebat untuk memanfaatkan kekuasaan politik. Caranya sangat halus dan tak pernah takut akan resiko. Selalu pada akhirnya dia jadi pemenang.

Dia meliat ke mononitor computernya. Nampak notifikasi incoming email. Dia bersegera membuka mail box tersebut karena tertera pengirimnya adalah Yen. Semua data proyek dan studi kelayakan terlampir pada email tersebut. Dengan seksama dia mempelajari data proyek sampai jam 2 dini hari. Kemudian dia membuat resume proyek untuk di sampaikan kepada  Dono. Berharap keesokan paginya dia akan dapat jawaban dari Dono. Itu kebiasaan Dono yang selalu menjawab email dari orang orang yang bekerja dengannya.

Dengan lelah dan kantuk dia rebahkan tubuhnya di tempat tidur. Namun belum sempat dia terlelap , terdengar telp cellularnya bergetar. “ Jess” Suara dono diseberang
“ Ya pak..”
“ Maaf ganggu ya”
“ Engga apa apa. Aku senang kamu telp. “
“ AKu sudah baca resume kamu. Bagus.”
“ Jadi gimana pak ?
“ Aku hanya mikirkan gimana kamu bisa atur pekerjaan kamu yang sedang memproses pemindahan pabrik dari China ke Ho Chi Minh”
“ Engga ada masalah Pak. Kalau di izinkan , beri saya otoritas untuk menugaskan Robert untuk proses peluang bisnis ini.”
“ OK. Lah. “
“ Terimakasih Pak.”
“ Oh Ya. boleh aku juga usul ?
“ Apa ?
“ Gimana kalau Robert juga di bantu oleh salah satu orang dari team aku yang ada di Jakarta. “
“ Mengapa ?
“ Untuk efektifitas aja. Dan sekalian memberikan wawasan mereka bekerja secara international”
“ Engga ada masalah pak.”
“ OK thanks. Besok aku ke Hong Kong.”
“ Ok. Jadi kapan kita ketemu lagi ? Kata Jessica dengan suara manja.
“ Kamu kangen yaaa”
“ Ya. Emang kamu engga kangen?
“ Kangen juga tapi aku sibuk Jess. “
“ Ya aku maklum”
“ Tadi Mey telp aku. Dia tinggal di apartement aku sama teman temannya selama liburan di Hong Kong. Perhatikan,  dia memang patuh dengan janjinya akan selalu ada di bawah pengawasan kita. Apapun dia lapor.  “
“ Kapan usai libur musim panasnya ?
“ Katanya minggu depan. “
“ Kok Mey engga telp aku, mamanya?
“ Cobalah kamu perbaiki hubungan kamu dengan Mey. “
“ Bagaimana caranya ? Kamu lebih dia percaya dibandingkan aku”
“ Dia putri kamu, jess. Kamu lunakan hatimu sedikit. Jangan mudah paranoid. Anak jaman sekarang engga bisa kita paksa seperti mau kita.  Kamu harus lebih dulu mengerti dia dan memahami dia untuk merebut hatinya. Bagaimanapun dia bukan kamu dan dia adalah miliknya dirinya sendiri yang punya takdir sendiri. Kita sebagai orang tua hanya mendukungnya selagi benar. Kalau salah ya kita peringatkan dengan dialogh bukan perintah. Paham ya sayang”
“ Ya. Aku menyadari itu. “
“ Gimana kalau setelah urusan Ho Chi Minh selesai kamu ke london temani  Mey disana selama 1 bulan”
“ Benar ya.” Terdengar suara jessica setengah berteriak.
“ Benar.”
“ Kamu ikut antar aku ya.”
“ Ya. “ 
“ Setidaknya selama seminggu sampai Mey dan aku kembali normal. BIsa ya.”
“ Lama sekali?
“ Please. “
“ OK. janji ya. hanya seminggu. Setelah itu hubungan kamu dengan Mey kembali normal.”
“ Tapi…” Terdengar suara Jessica tersekat..
“ Apa ?
“ Bisa engga dia putuskan hubungan dengan sinegro itu.”
‘ Kenapa ?
“ Aku engga suka”
“ tapi kamu kan bukan Mey.”
“ Aku orang tuanya”
“ Ya udahlah. Kembali kita berbeda pendapat. Kenapa sih kamu mau atur soal pribadi putri kamu sampai sejauh itu? Beri dia kepercayaan dan doakan agar dia bisa mengambil keputusan yang terbaik. Dan lagi dia masih berproses untuk mencapai dewasa. Kuliah juga masih 2 tahun lagi selesai”
“ Aku engga suka?
“ Apa salahnya pria itu ? Dia sarjana bekerja di Bank di London. Dari keluarga baik baik. “
“ Aku ingin dia menikah dengan orang Indonesia?
“ Mengapa ?
“ ya itu yang aku suka”
“ Tidak ada jaminan jodoh itu lebih baik seperti kita tahu. Seperti kamu dapat jodoh dari Indonesia. Apakah itu baik untuk kamu? tidak juga kan. Kamu akhirnya bercerai. Jodoh bisa datang dari mana saja. Dan keluarga utuh bukan karena cinta tapi karena nilai persahabatan yang terbangun. Aku senang Mey menentukan pilihannya bukan karena melihat pria itu ganteng , kaya atau hebat. Tapi melihat sikap pria itu memang sahabat yang baik untuk dia. Dan dia merasa punya tempat aman berlabuh.”

“ Ya…” Jessica terdiam. ‘ Terimakasih kamu begitu peduli dengan Mey, sampai kamu luangkan waktu untuk mencari tahu siapa pria yang jadi pacar Mey. Andaikan Mey punya ayah kandung seperti kamu tentu akan lengkap sekali hidup kami”
“ Jessica , Mey memang bukan putri kandungku tapi dari usia Balita aku ikut membesarkannya sejak kamu bercerai dengan suami kamu. Tolong jangan lagi di bahas soal anak kandung atau bukan. Itu engga baik kalau di dengar oleh Mey. Paham, kamu.
“ Ya. Paham sayang.”
“ Ya. udah tidur sana. “
“  Aku kangen nih. “
“ Tidur kamu. Udah ya..
“ Ya. “

***

Di Hong kong seusai rapat di kantor, Dono di ingatkan oleh sekretarisnya untuk janji makan siang dengan Professor dari universitas di Shanghai. Professor itu Dono kenal baik. Lima tahun lalu pernah sangat akrab ketika Dono di minta sebagai senior advisor untuk proyek kemanusiaan Wilayah Barat China. Mereka satu team. Professor ini walau adalah kader partai Komunis China namun cara berpikirnya sangat kapitalis dan realistis. Cara penampilannya pun tak nampak seperti kader partai komunis lainnya yang umumnya sederhana. Professor ini penampilannya seperti banker.  

Jam 12.30 Siang , Dono sudah berada di restoran di kawasan Financial Center Hong kong. Ketika dia datang , sang Professor sudah menanti di table bersama seorang wanita muda. 
‘ Terakhir kita ketemu di Kunming ya.” Kata professor.
“ Ya tepat sekali. Dan ketika itu anda menghadiahi istri saya Teh Puer”
“ Ah anda masih ingat. Gimana kabar istri ?
“ Baik. Sekarang sedang sibuk persiapan putri saya menikah tahun ini.”
Professor melilir kearah wanita muda yang duduk disampingnya. “ Don, kenalkan ini putri sahabat saya. Panggil dia Yen “
“ Hai Yen. “ Kata Dono mengangguk.
“ Minggu lalu ayahnya telp saya menanyakan apakah saya mengenal seseorang. Dan dia sebut nama anda. Tentu saya kenal. Dia inginkan saya kenalkan putrinya kepada anda.”
“ Oya. Apakah ada yang bisa saya bantu” 
“ Dia sudah lama merencanakan membangun industri semen di Vietnam. Dukungan tekhnologi dari China sudah dia dapat. Hanya masalah modal dia belum dapat. Dia berharap group anda bisa membantunya. Atau setidaknya memberikan solusi”
“ Tentu Prof, dengan senang hati saya akan membantu.” Kata Dono dengan tersenyum sambil melirik kearah Yen.
“ Nah kalau begitu silahkan di follow up setelah pertemuan ini.” Kata profesor sambil menatap kearah Yen.
“ Baik. Saya akan segera tindak lanjuti “ Kata Yen tegas dan tersenyuh kearah Dono. 

Usai makan siang. Professor undur diri lebih dulu karena masih ada urusan ke Royal Hotel Kowloon. Tinggalah Dono dan Yen. 

“ Apakah anda mengenal , Robert?

“ Maksud anda Robert mana ?

“ Yang bekerja sebagai kepala Perwakilan perusahaan Anda di Hanoi”

“ Oh Ya. Tentu. Ada apa dengan Robert ?

“ Saya berteman dekat dengan dia.  Setahun lalu dia pernah ajukan rencana bisnis untuk bangun Pabrik semen kliker. Menurutnya ada tekhnologi yang bagus dari China namu tidak pernah di jual keluar tekhnologi. Berkat tekhnologi itu CHina bisa membangun perumahan rakyat dengan murah dan juga insfrastruktur ekonomi seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bendungan dengan ongkos murah. Menurutnya lagi kalau saya bisa dapatkan tekhnologi itu dia akan ajukan pendanaannya ke keperusahaan tempat dia kerja. Berkat lobi dari orang tua saya dengan pejabat partai di CHina, saya berhasil dapatkan mitra untuk memberi tekhnologi itu. Tapi masalah nya soal bahan baku. Kebetulan negara saya tersedia bahan baku yang banyak. Tapi setelah kami buat studi kelayakan dengan kelengkapan dokumen jaminan tekhnologi dan bahan baku, Robert tidak kunjung datang dengan solusi pendanaanya. Terakhir dia bilang, dia tidak sanggup bicara dengan anda. Dan melalui eksekutif anda di Ho Chin Minh dia berusaha mendapatkan akses untuk bicara dengan anda. Tapi tidak tahu kapan bisa bicara. Itu sebabnya saya berusaha mendapatkan akses sendiri bertemu andan. “ Demikian kata Yen dengan tutur kata yang runut dan wajah berhias senyum tak lepas. 

“ Bagaimana kemungkinan pasarnya di Vietnam ?

“ Engga usah kawatir, Departement perumahan nasional senang sekali kalau ada produk ini. Kami punya program membangun 200.000 unit rumah murah. Dan semen dengan tekhnologi dari china itu sangat membantu. “

“ Baiklah. Saya tidak menjanjikan apapun. Namun saya akan pelajari terlebih dahulu. Bagaimana dengan data proyek tersebut ?

“ Semua data sudah Robert serahkan kepada Eksekutif anda di Ho Chin Minh. Oh siapa itu namanya ?

“ Jessica.”

“ Ya Jessica. Wanita yang ramah “

“ Ok saya akan minta data itu kedia. “

“ Kapan saya bisa hubungi kembali “

“ Secepatnya minggu depan saya akan hubungi anda.”

“ Baik. Terimakasih.”

Robert memanggil palayan untuk bayar Bill. Tapi Yen dengan ramah mengatakan bahwa Bill itu sudah masuk tagihannya dan dia sudah tinggalkan credit card di kasir.  Dona tersenyum, Dia baru sadar bahwa dihadapannya bukan hanya anak pejabat tinggi Vietnam tapi juga pebisnis yang punya kelas dan pandai menjaga reputasinya. Terutama kepada orang yang baru dikenalnya. “ Baiklah. Kalau begitu saya permisi. Sampai jumpa minggu depan. Terimakasih untuk makan siangnya.”

“ Oh ya..” seru Yen ketika Dono melangkah kearah pintu keluar 

“ Ada apa ?

“ Hm…apakah mungkin saya mengundang anda makan malam? ya sekedar makan malam. itupun kalau anda tidak sibuk”

Dono berpikir sejenak “ Ok. Jam 7 malam, Anda gabung dengan saya dalam acara makan malam dengan relasi dari Australia. Apakah anda tidak keberatan”
“ senang sekali. “ kata yen dengan senyum ceria. 
“ Kalau begitu anda, harus siap di hotel agar staf saya dapat menjemput anda tepat jam 7” 

“ Baik. Saya nginap di Mandarin Hotel, central “

“ OK. Sampai jumpa nanti malam.”

Done terus melangkah keluar.


( Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Dampak kebijakan Trump ..

  Trump bukanlah petarung sejati. Dia tidak punya seni bertahan sebagai seorang petarung yang punya ketrampilan bela diri dan kesabaran. Ret...