Rabu, 07 Agustus 2024

Xiong’an.

 



Beijing sebagai Ibukota sudah sangat padat. Total populasi 22 juta. itu tidak termasuk siang hari saat Beijing mulai didatangi urban sekitarnya. Kebayang kan sesaknya. Dua kali penduduk DKI. Pemerintah Chna sudah mulai khawatir dengan lonjakan penduduk ini. Karena berdampak luas terhadap sosial dan ekonomi. Terutama harga property sudah sangat mahal. Ini tentu sudah tidak adil bagi China yang menganut komunisme. Belum lagi tingkat polusi sudah mengkhawatirkan.


Lantas apa solusinya. Walau China dalam sejarahnya berkali kali pindah ibukota. Tetapi Xi Jinping tidak hendak memindahkan Ibukota. Terlalu mahal nilai sejarah Beijing untuk dilupakan hanya karena ingin pindah ibukota. Maklum Beijing tempat lahirnya revolusi komunis dan berdirinya republik setelah jatuhnya dinasti Manchu. Jadi apa solusinya? Xi, perintahkan untuk dibangun kota satelit yang berjarak 100 KM dari Beijing. Namanya kota Xiong’an.


Xiong’an terdiri dari tiga distrik, Rongcheng, Anxin dan Xiongxian. Tadinya adalah wilayah yang terperangkap oleh rawa dan menjadi tempat penampungan air hujan bagi wilayah Wuhan. Nah pindah lah kesana. Bangun kota baru. Pastikan fungsi ekosistem tidak rusak. China menggandeng Swiss untuk mendesain kita ramah lingkungan. Maklum Swiss memang hebat soal itu. 


stasiu kereta antar kota

Tahun 2017 kota itu resmi di bangun. Pemerintah tidak mengajak orang pindah dengan propaganda seperti HGB 100 tahun lebih. Engga. Jadi gimana? yang pertama China bangun jalur kereta super cepat. Jarak tempuh 100 KM ke Beijing. Hanya makan waktu 20 menit. Harga apartement di Xiong’an hanya 10% dari harga apartemen di Beijing. Ya bisa ditebak. Belum selesai dibangun, pesanan property sudah sold out. Investor dalam dan luar negeri berebut meraih peluang ini.



Tahun 2024 kota Xiong’an selesai dibangun. Hanya 7 tahun selesai.Total anggaran mencapai lebih Rp. 1000 triliun. Xiong’an sukses membebaskan Beijing dari fungsi-fungsi yang tidak penting terkait statusnya sebagai ibu kota negara, sekaligus memajukan pembangunan terkoordinasi wilayah Beijing-Tianjin-Hebei. Kini, Xiong’an sebagai laboratorium perkotaan bagi semua negara di dunia dan tentu bagi pemda china sendiri. Mereka belajar bagaimana men design kota yang zero emisi karbon dan membangun tanpa merusak ekosistem seperti IKN.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.