Senin, 15 Juli 2024

WHOOSH..terjebak utang

 



Kereta Cepat Jakarta-Bandung, atau disebut juga Kereta Cepat Whoosh, dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).Kendati begitu, dana pembangunan Whoosh yang berasal dari ekuitas atau modal KCIC hanya 25%, sedangkan 75% sisanya dari utang ke China Development Bank (CDB). Totalnya pembiayaan US$7,28 miliar (sekitar Rp116 triliun, asumsi kurs Rp16.000 per US$).


Total utang ke China sebesar 75% x US$7,28 = USD 5,46 miliar atau kalau di kurs kan ke Rupiah = Rp.87,36 triliun. 25% kekurangan pembiayaan berasal dari modal konsorsium. Namun karena 60% dari pihak konsorsium Indonesia, maka porsi indonesia sebesar USD 1,092 miliar atau Rp. 17,472 triliun. Itu juga hutang. Hanya bunganya lebih mahal karena dari bank dalam negeri dan APBN lewat penjaminan. Jadi total utang Rp. 104,8 triliun. 


Kalau yang jadi patokan tingkat bunga sebesar 3,7% sesuai kesepakatan renegosiasi dengan CDB, maka beban bunga setahun adalah Rp 3,9 triliun. Kalau dibagi 12 maka bunganya sebulan adalah Rp. 325 miliar. ? Apakah whoosh punya kapabilitas membayar utang dan bunga. ? Mari kita hitung awam..


Wallau Whoosh punya program pendapatan lain selain tikect, yaitu dari tenant stasiun, naming rights, iklan sponsor, dan lainnya, namun faktanya tidak significant. 90% lebih pendapatan dari ticket. Nah tingkat tertinggi TICKET terjual per bulan sebanyak 500.000. Kalau harga ticket Rp. 250.000 maka pendapatan sebesar Rp. 125 miliar. Gimana dengan kewajiban bayar bunga sebulan Rp. 325 miliar? Apalagi pendapatan ticket itu belum termasuk bayar gaji, biaya penyusutan, biaya perawatan dan lain lain. 


"Bagaimana cara lunasinya? Kita meminta dukungan, karena namanya infrastruktur dibebankan ke operator berat sekali ya. Masa bangun trek itu dibebankan ke kita yang cuma nyari tiket, kan istilahnya begitu," ujar Agus dikutip pada Jumat (KOMPAS 26/4/2024). Udah stress PT. KAI. Lagi lagi minta dukungan APBN.


Saya yakin setelah Jokowi lengser, Kereta cepat ini akan masuk debt trap diplomatic dengan China seperti kasus di Malaysia dan Srilanka. Jadi skandal dan akhirnya diambil alih china 100%. Dengan trade off SDA atau konsesi kawasan property yang dilintasi kereta cepat. Coba aja lihat entar… Padahal sebelumnya saya sarankan Kereta cepat itu tidak mengandalkan ticket tetapi dari kenaikan harga tanah atas kawasan yang dia lalui, dan itu harus penguasaan lahan terlebih dahulu sebelum kereta cepat jadi dibangun. Tapi engga didengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.