Minggu, 03 Oktober 2021

Memahami moneter secara idiot.

 




Bagi orang awam, uang itu adalah uang tunai ,yang ada di dompet. Tapi dalam perekonomian modern,  uang itu ada macam macam. Misal, uang kertas atau koin, atau uang tunai, itu disebut M0 dan M1. Simpanan dalam bentuk deposito di Bank, Reksadana, Obligasi, itu disebut M2. Ketika OJK memberi ruang kepada perbankan untuk menghimpun DPK ( dana pihak ketiga), itu artinya negara mencetak uang melalui perbankan. Negara menerbitkan SBN, itu juga cetak uang. OJK memberi izin korporat menerbitkan obligasi, IPO, bahkan reksadana, itu sudah cetak uang.


Printing money atau cetak uang adalah memasok uang ke pasar melalui sistem. Apa collateral dari uang tersebut ? yang underlying. Apa itu underlying? motive atau alasan diciptakannya uang itu. Misal, Deposito, alasannya adalah redistribusi uang melalui perbankan, dari pihak yang berlebih uang kepada mereka yang butuh uang untuk usaha dan konsumsi. Negara memberi izin korporat dan Menteri keuangan, menerbitkan surat utang ( obligasi atau SBN), dengan underlying ekspansi ekonomi untuk memacu pertumbuhan usaha, agar mendatangkan pajak dan menampung angkatan kerja di masa depan.


Semua underlying itu ada syarat dan ketentuan berlaku yang sangat ketat, dan transparan. Siapa yang membuat aturan tersebut? ya Rakyat lewat DPR. Tapi, ya namanya uang, kan kadang bandel. Di suruh ke kiri, dia  ke kanan. Di suruh buat pabrik dia malah ngasah biji. Misal,  deposito yang diterima bank, disalurkan ke proyek yang merugi. SBN disalurkan ke APBN tapi di korupsi. Obligasi atau reksadana, tidak mendatangkan imbal hasil, karena bisnis lesu. Saham yang dibursa jatuh karena ekonomi lesu. Gimana kalau underlying itu tidak terjadi seperti yang diharapkan?.


Engga usah repot. Negara punya lampu aladin. Apa itu? Quantitative easing atau QE. Apa itu QE ? disebut juga pelonggaran kuantitatif. Kasarnya, nambah uang beredar secara gampang. Kok dibilang gampang? ya memang gampang. Gini caranya. Pemerintah terbitkan SBN atau surat utang negara, kemudian, SBN itu dibeli oleh bank central. Uangnya engga diberikan ke pemerintah, tetapi  oleh bank central dipakai untuk membeli Surat utang negara, obligasi swasta yang jatuh tempo, menambah likuiditas  bank. Dengan demikian, SBN, obligasi , deposito tidak terancam gagal bayar. Kepercayaan publik terjaga. Proses bisnis terus berjalan. Nah saat itu  Bank Central mengurangi pembeli SBN dan Obligasi di pasar. Itu disebut dalam bahasa keren, tapering.


Lantas gimana dengan SBN yang diterbitkan untuk program QE? Gimanapun itukan utang. Kan harus dibayar oleh negara. Gampang aja. Dengan adanya QE ekonomi selamat. Kalau ekonomi tumbuh, itu akan mendatangkan pajak, angkatan kerja. Perusahaan laba, masyarakat punya uang berlebih. Maka saatnya Bank central jual SBN  dan obligasi yang sebelummya dia beli pakai QE  itu ke pasar. Hutang lunas dan Bank central akan dapatkan imbal hasil.  Apa artinya? yang bayar SBN QE itu ya masyarakat sendiri. 


Jadi kerja negara itu hanya otak atik neraca, debit credit doang. Gampang kan..NAh kalau karena itu pagu utang negara bertambah? ya tinggal pemerintah minta DPR naikan pagu utang. Selesai. Gampang kan?. Dengan memahami ini, kita jadi mengerti, bahwa negara cetak uang setiap saat. Jadi berhentilah berpikir idiot bahwa cetak uang itu seperti anda melihat mesin cetak buku di percetakan. Jadi yang sulit itu apa ? Create proyek dan business. Itu harus kerja cerdas, dan kerja keras. Sangking sulitnya, hanya 3% populasi negeri ini yang mampu, Selebihnya ngayal dan nyinyir, ngeluh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.