Kamis, 31 Desember 2020

Melompat ke masa lalu.


Bayangkanlah, apabila anda bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan. Tentu anda bisa memperbaiki kesalahan masa lalu agar masa kini anda lebih baik atau pergi ke masa lalu agar dimasa kini anda bisa membuat keputusan yang benar. Fantasi itu sering ditampilkan dalam film fiksi yang berkaitan dengan quantum leap atau lompatan quantum. Sebetulnya istilah ini diperkenalkan oleh David Deutsch, ilmuwan asal Inggris. Ia menggabungkan sejumlah teori mengenai perjalanan melintasi waktu.   Gimana pemahaman sederhana teori itu ? 


Elektron ternyata memiliki sifat seperti gelombang, artinya dia bisa mengalami pembelokan. Sebuah elektron dapat berada di kedua celah secara bersamaan karena koherensi kuantum. Artinya sebuah partikel dapat berada di dua tempat secara bersamaan pada waktu yang sama. Hanya saja pergerakan elektron berdasarkan teori kuantum tidak diketahui, sifatnya hanya probabilitas, hanya berdasarkan kemungkinan-kemungkinan. Kemungkinan-kemungkinan itu ada di alam semesta yang berbeda, yang disebut sebagai parallel universe. Ok lah. Saya tidak berpanjangan membahas teori yang masih misteri. Saya hanya melihat sisi lain dari adany teori quantum leap itu. 


Walau secara phisik kita belum bisa pergi ke masa lalu. Tetapi alam pikiran kita bisa pergi ke masa lalu. Caranya? saya bersukur punya kebiasaan menulis buku harian sejak SMP. Tahun 2007, saya perhatikan trend market global seperti ke masa lalu tahun 1998. Saya segera buka buku harian saya tahun 1998. Dari sana saya lihat jurnal tentang kesalahan saya membuat keputusan melakukan pinjaman luar negeri. Aha saya paham. Penyebabnya adalah kelebihan kapasitas disemua sektor yang dipicu oleh kredit mudah.  Langsung saya buka data riset trend market global. Benggo! Percis sama. Ya saya langsung buat program investasi dengan mengubah portfolio secara bertahap.  Ketika wallstreet tumbang tahun 2008, saya aman saja. Bahkan untung besar.


Jadi walau saya secara phisik tidak bisa kembali ke masa lalu namun lewat buku harian saya bisa terbang ke masa lalu. Andaikan di masa lalu saya mengalami kegagalan. Saya tahu penyebabnya secara detail. Sehingga kalau ada peristiwa yang mirip di masa kini, saya bisa perbaiki agar di masa kini tidak mengalami kegagalan seperti masa lalu. Itu sangat mungkin. Karena perjalanan hidup ini adalah rangkaian peristiwa pengulangan dari waktu ke waktu. Cerita sama. Hanya waktu dan ruang yang berbeda. 


Masalahnya kita sering mengutuki masa lalu, padahal itu ilmu yang maha agung dari Tuhan agar kita bisa lebih baik di masa kini dan masa depan. Contoh  negara kita pernah jaya akan SDA Minyak dan Gas di saat harga tinggi. Tetapi kita gagal jadi negara makmur. Apa penyebabnya ? karena kita tidak membangun downstream MIGAS. Nah di era Jokowi, ketika nikel booming, harga melambung. Dia buat kebijakan agar kegagalan migas dimasa lalu tidak terulang lagi. Stop ekspor bijih nikel. Harus diolah dalam negeri termasuk downstreamnya. Ya, setidaknya kita bisa  bertambah bijak karena waktu. Paham ya sayang.

Minggu, 27 Desember 2020

Perang dan perubahan.

 



Ketika penduduk belum banyak, kapal bisa bergerak dengan tenaga angin. Jumlah manusia terus bertambah. Butuh daya angkut dan daya dorong lebih besar. Diperlukan energi lebih besar dari sekedar angin. Diperlukan beberapa budak untuk untuk mengayuh kapal.  Hampir semua aktifitas butuh tenaga manusia. Tetapi manusia tidak bisa dipaksa. Perbudakan terpaksa diterapkan. Perang penaklukan adalah juga perang berebut sumber energi. Yang menang, menjadikan yang kalah sebagai budak. Dari kemenangan itu, kekuasaan bisa membangun irigasi, gedung teater dan istana megah. Kolonialisasi menjadi bagian dari peradaban.


Manusia hidup dari akalnya, bukan tenaganya. Tekhnologi uap ditemukan. Revolusi industri terjadi. Alat transfortasi dan mesin pabrik menggunakan tenaga uap berbahan bakar batubara. Tenaga manusia sudah digantikan oleh tenaga uap. Perbudakanpun mulai berangsur angsur ditinggalkan. Kemudian, manusia berhasil menemukan energi mekanik. Energi fosil memasuki babak baru. Batubara dan Minyak mentah jadi rebutan. Ini memicu perang dunia pertama dan kedua. Dinasti Turki Usmani tumbang. Kekaisaran Jepang runtuh. Dinasti Tsar Rusia jatuh. Dinasti Xing di China juga bubar. Demokrasi menang.


Namun dari perang itu melahirkan beragam teknologi militer. Ilmu fisika modern, teori Mekanika kuantum diperkenalkan. Penemuan bom atom melahirkan energi nuklir yang lebih efisien. Setelah perang dunia usai, perang dingin terjadi antara blok Barat dan Timur ( USSR). Usai perang dingin, perebutan sumber daya energi fosil terus terjadi. Perang regional tidak bisa dihindar terutama di negara yang kaya minyak. Perang asimentrik memasuki babak baru. Dari suasana perang inilah aplikasi tekhnologi dasar semakin luas. Energi alternatif selain fosil semakin berkembang. Era energi fosil memasuki sunset.


Kemajuan ekonomi China, melahirkan fenomena baru. Bukan hanya energi tetapi tekhonologi Elektronika ikut berkembang. Itu terutama sejak ditemukannya Logam Tanah Jarang ( Rere Earth ) sebagai material ajaib. Semakin berkembang pesat sejak adanya perang dagang antara China dan AS. Lahirlah tekhnologi 5G dan uang digital. Tekhnologi plasma memasuki babak baru sebagai sumber energi. Jerman, China dan Korea, sudah menemukan devise yang memugkin bisa menciptakan energi panas lebih dari 10 kali panas matahari. 


Penguasaan dunia tidak lagi secara politik dan phisik, tetapi secara virtual. Di tengah kemajuan spektakuler itu, dunia dilanda pandemi COVID-19, yang justru membuat orang semakin tergantung kepada dunia virtual. Sistem kapitalisme market dan capital terkoreksi mengarah kepada adjustment ( penyesuaian).  Era sinergi berubah menjadi kolaborasi. Dari kolaborasi melahirkan ekosistem bisnis. Semua saling terhubung dan ketergantungan.


Apa artinya ? Kalau kita masih sibuk bicara tentang sistem negara. Masih sibuk bicara agama dan politik, kita benar benar akan tertinggal dari kemajuan perdaban. Kita akan jadi korban perubahan zaman.

Kamis, 10 Desember 2020

Nelson Mandela...

 




Nelson Mandela lahir 18 juli 1918 di sebuah desa bernama Mvezo, wilayah tenggara Afrika Selatan yang dikenal sebagai Transkei. Usia 12 tahun dia sudah yatim. Kemudian dia dibesarkan oleh Jongintaba, seorang Wali Raja Tembu yang tinggal di Great Place di Mqhekezweni. Mendela kemudian berupaya untuk mendapat gelar Bachelor of Arts di University College Fort Hare, namun dia tidak pernah menyelesaikannya karena bergabung dengan aksi protes mahasiswa. Akhirnya dia juga bisa menyelesaikan pendidikannya di  University of South Afrika.


Mandela aktif terlibat dalam gerakan anti-apartheid dan bergabung dengan Kongres Nasional Afrika (ANC) pada 1942. Di ANC, ada sekelompok kecil pemuda Afrika yang bersatu, menyebut diri sebagai Liga Pemuda Kongres Nasional Afrika (ANCYL). Mandela menikah dengan Evelyn Ntoko Mase, seorang perawat, pada 1944. Keduanya dikaruniai 4 orang anak. Namun, keduanya bercerai pada 1958. 


Pada 1949, ANC resmi mengadopsi metode liga pemuda dalam mendorong gerakan akar rumput masal untuk menggelar boikot, pemogokan, pembangkangan, dan tidak bekerja sama. Gerakan itu bertujuan mencapai kebijakan kewarganegaraan penuh, redistribusi tanah, hak-hak serikat pekerjaan, dan pendidikan gratis serta wajib bagi semua anak. Dia mendirikan firma hukum Mandela and Tambo, bermitra dengan Oliver Tambo, rekan mahasiswanya cemerlang di Fort Hare. Firma tersebut menyediakan layanan hukum gratis dan berbiaya rendah bagi orang kulit hitam. Pada 1956, Mandela dan 150 orang lainnya ditankap atas tuduhan berkhianat


Yang menarik adalah selama 20 tahun, Mandela mengarahkan tindakan damai, tanpa kekerasan. Dalam orasi tidak tidak pernah menghujat kepada penguasa Afrika selatan. Apalagi meminta mereka turun.  Dia mencerahkan rakyat akan hak mereka. Hak hidup damai tanpa ada politik rasialis. “ Perjuangan dengan mengajak orang membenci penguasa itu memang efektif memotivasi orang untuk jadi radikal. Tetapi tidak ada pendidikan moral karena itu. Kalaupun sukses dicapai, dan rezim dapat digulingkan, itu hanya akan melahirkan kekuasaan yang lebih buruk. “ katanya.


Ketika dia ditangkap. diapun tidak lari. Dia hadapi dengan berani. “ Bagi rezim sekarang saya bersalah. Itu benar adanya. Kita harus belajar menghormati hukum kalau kita berniat membangun peradaban dengan damai. Andaikan karena hukum itu, raga kita terpasung, jiwa kita tak akan terkalahkan. Mengapa ?kita adalah kapten atas jiwa kita sendiri. “ Dia merasakan penjara 27 tahun lamanya. Namun semangatnya tidak pernah padam.


Dia berjuang dengan cara damai. Dia jaga kata katanya agar musuhnya tidak tersinggung, yang pada waktu bersamaan bisa mencerahkan rakyat akan haknya. Berkali kali kerusuhan terjadi yang tak bisa diatasi oleh pemeritah Afrika Selatan, namun dia juga yang mendamaikan dari balik penjara. Suaranya yang sejuk bisa mendamaikan rakyat untuk bersabar. Dan kalaupun dia bisa menggerakan revolusi,  namun dia tetap menempuh jalan konstitusi.


Pada 27 April 1994, Afrika Selatan menggelar pemilu demokratis pertama. Nelson Mandela terpilih menjadi presiden kulit hitan pertama pada 10 Mei 1994, ketika usianya 77 tahun. Apa yang pertama dia lakukan? memaafkan semua musuhnya. Menteri dan perwita militernya bertanya,

 “ Mengapa anda tidak lakukan hal yang sama seperti dulu mereka penjarakan anda ? 

“ Karena saya bukan mereka.” katanya.


Tahun 1993, Mandela mendapatkan penghargaan Nobel Perdamaian dan akan terus menjadi simbol perdamaian dunia. Mandela seorang kristiani dan terlahir dari keluarga kristen yang taat.  Kekuatan Mandela bukan kepada kehebatannya berorasi kebencian diatas panggung tetapi karena cinta kasih. Agama mendidik dia jadi orang hebat dan terhormat. Semoga MRS   dan ustad pemarah lainnya, bisa belajar dari akhlak seorang Nelson Mandela. Jagalah mulutmu, karena ia bisa menjadi harimaumu untuk memakanmu atau mempermalukanmu…


Rabu, 02 Desember 2020

Intrik Politik

 



Saya punya mentor. Di zaman Soeharto dia punya bisnis bermitra dengan konglomerat. Dia juga sebagai arranger soft loan untuk proyek pemerintah. Jadi kebayangkan network business dia dikalangan pejabat dan politisi. Tahun 1996 dia mulai dekat dengan megawati dan TK. Dia memberikan dukungan secara tidak langsung kepada Megawati.  Apa yang dia pahami tentang Megawati? Menurutnya Megawati itu dalam berpolitik berdasarkan tiga hal saja. Pertama. Memastikan rakyat tidak lapar. Artinya pangan terjaga. Kedua, Pastikan TNI loyal kepada kekuatan sipil. Ketiga, pastikan umat islam tidak merasa terganggu. Itu saja.


Menurutnya. Tiga hal itu jadi mindset Megawati dalam berjuang. Apapun program PDIP, pasti tidak akan menyimpang dari tiga hal itu. Mengapa? Megawati belajar dari kejatuhan Soekarno. Soekarno gagal menyediakan tiga tuntutan rakyat ( tritura) salah satunya tersedianya pangan. Di era Soekarno rakyat antri beli beras. Soekarno memberikan peluang TNI berpolitik sehingga TNI terpecah. Akibatnya loyalitas tidak lagi 100% kepada presiden. Dengan politik demokrasi terpimpin, tidak ada upaya rekonsiliasi. Soekarno gunakan itu untuk menghadapi lawannya, terutama partai islam. Sehingga Hatta terpaksa mundur dari jabatan Wapres.


Kekalahan Megawati dalam Pilpres 2004 dan 2008 itu karena emosi agama digunakan lawannya dengan dalil “ haram memilih wanita sebagai presiden”. 2004 bukan hanya mega kalah tetapi menggerus suara PDIP dari 33 % menjadi 15 %. Itulah dahsatnya. PDIP harus menerima pahit dua kali kalah dan dua periode SBY sebagai oposisi. Selama oposisi itu, yang menjadi sahabatnya adalah JK dan Wiranto. Persahabatan antara mega dengan Wiranto dan JK itu terjalin secara personal. Walau JK secara politik bergabung dengan SBY, itu tidak mengurangi nilai persahabatan mereka. Terbuktik periode kedua JK pecah kongsi dengan SBY. Tahun 2014 Mega minta JK mendampingi Jokowi dalam pilpres


Setelah Jokowi terpilih sebagai Presiden, walau jokowi sempat menunjuk LBP sebagai Menko Polkam, namun akhirnya Jokowi terpaksa mengikuti kehendak mega untuk menyerahkan Menko Kepada Wiranto. Masalahnya Mega sangat percaya dengan Wiranto. Mengapa? Wiranto sangat piawai mengendalikan politik tersulit ketika masa transisi dari Soeharto ke Reformasi. Wiranto bisa dengan efektif memanfaatkan TNI menjaga proses suksesi itu tanpa melahirkan revolusi dari umat islam yang punya dendam pribadi kepada Soeharto. Wiranto berjasa meminta TNI berusaha netral dan menjaga proses pemilu agar tidak merugikan suara Jokowi. Ingat! tanpa dukungan TNI hampir sulit orang bisa muncul sebagai pemenang. Karena Lembaga dan sistem teritorial terluas dan terbesar di Indonesia adalah TNI. Maklum Babinsa ada di semua desa.


JK berperan besar menggalang kekuatan Islam akar rumput untuk mengurangi serangan politik identitas terhadap Jokowi yang didukung PDIP. Bukan itu saja, JK pula yang mengusulkan Jokowi sebagai Gubernur DKI kepada megawati. JK yang menjaga proses Jokowi muncul ke panggung nasional. Caranya? menciptakan ketidak pastian terhadap Jokowi sebagai capres PDIP. Mengapa? agar jokowi terhindar dari pembusukan politik dari lawan PDIP. Sehingga disaat kekuatan sudah siap, Jokowi bisa ditampilkan sebagai Capres. Kalaupun ada serangan, jaringan JK sudah siap menghadapi pembusukan dari lawan politik PDIP, terutama islam.


Periode pertama Jokowi sebagai presiden, ada gesekan sedikit antara Jokowi dan PDIP. JK bisa mendamaikan. Namun setelah itu ada lagi perbedaan antara Mega dan Jokowi. Jokowi ingin agar Ahok didukung oleh PDIP. Platform PDIP sebagai partai terbuka dan nasionalis harus Mega jaga. Jadi tidak ada alasan Mega menolak. Namun pertimbangan politik akan rumit. Mega kawatir kalau sampai keberadaan Ahok dipakai oleh lawan politik untuk mendiskriditkan PDIP sebagai partai anti islam. Karena Mega punya pengalaman kalah dengan Sby karena emosi agama itu. Namun team PDIP bisa meyakinkan Megawati. Ahok siap maju dengan dukungan PDIP.


***

Teman saya yang juga pengusaha berada dibalik pencalonan Anies sebagai Cagub DKi bercerita. Anies setelah berhenti sebagai menteri, berusaha untuk bertemu dengan Jokowi. Namun Jokowi tidak bersedia bertemu. Melalui ring 1 presiden, Anies berhasil menyampaikan pesan kepada Sekneg untuk minta dukungan Jokowi maju sebagai Cagub DKI. Anies punya alasan. Karena dia team sukses Jokowi dalam Pilpres 2014. Tetapi setelah tiga bulan tidak ada jawaban dari Jokowi. Kemudian, Anies dapat telp dari JK bahwa dia akan dukung Anies jadi Cagub DKI. Jk yang atur soal biaya dan termasuk mendapatkan dukungan dari Prabowo dan PKS.


Apakah ini inisiatif JK? Yang jelas ada peran salah satunya. Yaitu Jokowi atau Mega yang menempatkan Jk sebagai posisi creator keberadaan Anies sebagai cagub DKI.


Menurut teman saya. Setelah peristiwa 411 dan 212, PDIP terkejut. Apa yang dikawatirkan Mega terbukti sudah. Semua ormas islam, dari NU, Muhammadiah, MUI dan lain lain ada dibalik aksi tersebut.  Semakin antipati setelah Ahok menyudutkan Ma’ruf Amin dalam sidang pengadila. Dalam pertemuan dengan ulama di Istana, jelas para ulama lebih banyak suara yang menentang Ahok sebagai Gubernur daripada yang mendukung. Kalau sampai ini tidak diredam, maka AHY dari Demokrat dipastikan akan menang. Kemenangan itu akan sekaligus menciptakan stigma PDIP anti Islam. Bukan tidak mungkin aka menjadi bola salju dukungan umat islam ke PD seperti tahun 2004. Sehingga dari sebagai Gubernur DKI, AHY akan terlontarkan sebagai RI 1 dalam pemilu 2019. 


Apa yang terjadi kemudian? Anies dari yang tidak diperhitungkan, bisa maju putaran kedua dalam Pilgub DKI. AHY malah tereliminasi. Ongkosnya adalah Ahok harus kalah. Dikalahkan secara politik, bukan oleh pilkada. Setelah itu, reward bagi PDIP dan Jokowi adalah ormas islam besar seperti Muhammadiah, NU dan MUI kembali memberikan dukungan kepada pemerintah. Tentu dukungan mereka tidak 100%. Tetap waspda dan hati hati menyikapi langkah Jokowi dan PDIP. Dari proses dan ongkos politik itu memang dibayar lunas dengan menangnya Jokowi- Ma’ruf Amin dalam Pilpres 2019. 


***

Kalau periode ke 1 Jokowi lebih banyak kompromi dengan PDIP melalui peran JK sebagai Wapres. Namun periode ke 2 ini, peran ring 1 terutama LBP sangat berpengaruh besar. Megawati punya agenda dasar yaitu disamping menjaga stabilitas ekonomi dan loyalitas TNI, juga menjaga hubungan baik dengan umat islam dan  menjaga perasaan umat islam. Sikap ini dibaca dengan baik oleh lawan politik PDIP untuk memainkan kartu umat islam dalam intrik politik menuju 2024. Sukses agenda dasar itu aakan memudahkan meraih Agenda lain yaitu  memastikan Calon PDIP menang dalam Pilpres 2024. 


Namun LBP orang yang sangat dipercaya oleh Jokowi punya pandangan lain. Teman saya pernah menceritakan pertemuan antara Megawati dan Jokowi ketika sedang membahas calon anggota kabinet. “ Aku engga mau ada dia itu. Sudah cukup 1 periode.” Kata Mega.

“ Apa engga boleh saya pilih teman saya satu saja.”  kata Jokowi.  Karena itu Mega engga bisa nolak LBP. LBP sadar bahwa keberadaannya tidak diinginkan Megawati secara personal. Wajar saja bila diapun tak berharap banyak PDIP bisa menang lagi dalam Pemilu 2024. Karena Jokowi tidak akan mencalonkan diri lagi. Tentu dia berharap calon lain yang akan muncul dan itu tentu tidak dari PDIP. 


LBP itu orang rasional. Dia melihat atas dasar elektabilitas. Saat sekarang elektabilitas tertinggi tetap Ganjar dari PDIP, Kemudian Prabowo dan Anies. Namun selisih mereka bertiga itu tipis sekali. Artinya dia melihat ke Prabowo dan Anies. Kalau prabowo bergabung ke PDIP maka tentu pilihannya ke Anies. Nah kelemahan PDIP yang sangat hati hati menyikapi perasaan umat islam tentu diperhatikan dengan baik oleh LBP. Dinamika politik baru baru ini begerak cepat sekali.  Kepulangan MRS juga salah satu upaya PDIP membangun citra diri tidak anti islam. Sama halnya tawaran Jokowi kepada Abubakar bashir untuk menerima Grasi. Itu bukan karena  kemauan Jokowi, tetapi menjaga platform politik PDIP. Itu sebabnya Jokowi tidak bisa besikap tegas terhadap Anies dan MRS.


MRS memang bukan siapa siapa. Anies juga bukan siapa siap. Dia bukan kader partai. Tetapi mereka berdua itu dilambungkan keatas oleh  rekaya politik sehingga menjadi icon, yang apabila mereka dizolimi itu akan memicu persatuan umat islam. PDIP paham sekali dan itu jangan sampai terjadi. Lantas apakah PDIP harus berjalan dengan krikil dalam sepatu atau kutu dalam selimut? PDIP punya cara untuk membuang krikil dalam sepatu itu tanpa harus mengubah langkahnya. Bagaimana ? yang sangat paham soal itu adalah Wiranto dan JK.


***

Banyak orang melihat kedekatan LBP dengan Jokowi itu dengan konotasi negatif. Seakan LBP mengatur Jokowi. Sebetulnya tidak seperti itu. Terlalu besar posisi presiden yang dipilih langsung rakyat untuk  bisa dibawah kendali seorang LBP. Sama halnya terlalu merendahkan Jokowi kalau dibilang petugas partai. Benar, hubungan antara LBP dan Jokowi itu lebih bersifat personal. Namun   dalam sistem pemerintahan posisi Jokowi 100% memimpin semua hal. Itu bukan karena Jokowi presiden tetapi kecerdasannya memang teruji dalam mengelola koplik dan intrik antar berbagai kekuatan politik. 


Caranya? Jokowi focus kepada pembenahan ekonomi. Dia tahu bahwa awal kekuasaannya adalah euforia politik. Makanya kebijakan keras yang berhubungan dengan ekonomi dia lakukan. Misal memangkas belanja rutin APBN untuk disalurkan ke sektor infrastruktur dan sekaligus memperbesar ruang fiskal. Sehingga dia punya peluang untuk menarik hutang tanpa menekan rasio hutang terhadap PDB. Dengan demikian dia punya sumber daya keuangan untuk melaksanakan agenda politiknya. Untuk melaksanakan ini dia  butuh tangan kanan yang bukan hanya secara resmi membantunya tetapi juga secara personal ada di sampingnya. Wajar bila dia lebih mengandalkan LBP. 


Reputasi LBP memang sangat tinggi integritasnya, itu tidak perlu  Jokowi ragukan. Seperti upaya menggolkan tax amnesty, reformasi migas, UU cipta kerja, membangun hubungan kerjasama ekonomi dengan China, menyelesaikan sengketa laut china selatan dengan China, memperbaiki hubungan dengan AS, menyelesaikan masalah Freeport,  menghadapi sengketa dagang international dan lain lain. Itu semua kerja besar Jokowi , dan LBP ada dibalik itu semua, baik langsung maupun tidak langsung. Karena itu Jokowi punya bargain  position politik dengan PDIP dan partai lainya. Apalagi kinerja ekonomi dari tahun ketahun semakin baik.


Dalam menghadapi intrik politik dengan Partai dan ormas, LBP juga dimanfaatkan oleh Jokowi terutama melunakan oposisi, dan membangun koalisi yang kuat. Anda mungkin masih ingat, ketika Ahok bersikap keras kepada Ma’ruf Amin dalam sidang, Jokowi mengutus LBP kerumah Ma’ruf Amin untuk minta maaf. Dalam proses politik menjelang Pilpres, LBP ada digaris depan menghadapi dinamika politik. Sehingga PS tidak berpasangan dengan kelompok islam tetapi dengan Sandi, yang semua tahu sangat dekat dengan LPB. LBP juga terlibat secara tidak langsung mereformasi Golkar,PPP, PAN untuk loyal kepada Jokowi. Termasuk konsolidasi dengan TNI agar semakin solid melaksankan politik negara. Dan terakhir menarik Prabowo dalam barisan Jokowi.


Namun pencapaian itu semua berkaitan langsung dengan agenda politik dan ekonomi PDIP. Tidak  ada program Jokowi bertentangan dengan Nawacita. Jokowi tidak keberatan bila Sekretaris kabinet, BIN orang PDIP. Artinya dia bersikap transparans kepada PDIP. Singkatnya “ Saya komit untuk melaksanakan agenda partai. Tetapi dengan cara saya.” kira kira begitu sikap Jokowi kepada partai pendukungnya. Artinya dia lead, bukan follower. 


Namun lagi lagi dalam kontek politik nasional berkaitan dengan posisi PDIP, Jokowi tentu tidak bisa 100% berpihak kepada PDIP. Karena Jokowi presiden bagi semua partai dan semua golongan. Nah disinilah tarik menarik antara PDIP dan Jokowi terjadi. Dan hebatnya Jokowi, dia tempatkan dalam kuridor konstitusi. Artinya kalau memang Anies dan MRS melanggar hukum, biarkanlah hukum yang menyelesaikan. Dia tidak akan intervensi. Kalau ada pelanggaran hukum, siapapun, Jokowi tidak ikut campur. Apapun konsekwensinya, ya itu urusan hukum. Kalau karena itu ada intrik politik mempengaruhi aparat hukum, Jokowi engga ikut ikutan. Tapi kalau sampai aparat hukum keluar dari sistem, dia sendiri yang jewer seperti kasus pencopotan dua kapolda setelah kedatangan MRS. 


***

Tahun 2004, ada pesawat Amerika Serikat mendarat di Halim lengkap dengan tim intelijen. Mereka mendatangi rumah Presiden – yang waktu itu dijabat Bu Mega, untuk meminta Ustaz Abu Bakar Ba’asyir. Tetapi dengan tegas Mega menolak permintaan itu. Alasannya, Ustadz Ba'asyir adalah warga negara Indonesia yang harus dilindungi dan tidak bisa diambil begitu saja. Begitu jiwa nasionalisme Mega. Walau kepada teroris rasa keadilanya tetap ada. Walau karena itu dia harus berhadapan dengan tekanan dari AS, Polisi dunia. Mega sangat memahami akar masalah bangsa ini. Golongan islam bukan musuh. Kalaupun ada perbedaan, itu tidak harus jadi penindasan karena alasan politik. Harus kasus per kasus dan diselesaikan secara hukum.


Sikap tegas pembelaan Mega bukan hanya kepada umat islam. Kepada minoritas juga sama. Dia tak takut mendukung Ahok sebagai Gubernur DKI walau ongkos politik mahal sekali dan dia harus berkompromi akibat tekanan sentimen agama yang tak bisa dikendalikan pemerintah. Dia harus mengalah tapi bukan kalah. Setelah Ahok keluar dari Penjara, Ahok dipersilahkan menjadi kader partai PDIP. Anda bisa bayangkan. Orang islam khususnya lawan politik PDIP kalau menyebut nama ahok langsung ingat penistaan agama. Tetapi Mega tidak peduli. Ahok salah ya hukum menyelesiakannya. Setelah itu hak politiknya harus dibela. Termasuk mendorong Ahok jadi Preskom Pertamina.


Sikap Mega ini sejalan dengan sikap Jokowi. Mungkin Jokowi belajar dari Megawati. Mereka berdua ini sangat hati hati menjaga perasaan umat islam khususnya tokoh agama. Jokowi tidak ragu menuntun tangan Kiyai. Dan mencium tangan kiyai.  Tak terbilang hujatan dan fitnah datang ke Mega dan Jokowi. Namun tidak pernah disikapi berlebihan oleh mereka. Kalaupun karena ada yang dipenjara bukan karena mereka tetapi karena delik aduan dari masyarakat yang tidak nyaman pemimpinnya difitnah. Karena sikap Jokowi ini membuat sebagian pendukungnya tidak sabar. Mereka anggap Jokowi lemah dan tidak bisa tegas dengan kelompok intoleran.  Tapi itulah harga yang harus dibayar menjadi bapak bagi semua orang.


Ya kadang kita lupa. Jokowi adalah presiden bagi semua golongan. Bukan hanya mereka yang memilihnya tetapi juga yang tidak suka dengan dia. Bukan hanya mereka yang memujinya tetapi juga yang membencinya. Dalam sistem demokrasi ukuran salah atau benar itu adalah hukum. Bukan soal perasaan suka dan tidak suka. Siapapun yang melanggar hukum, apapun alasannya dia akan berhadapan dengan pedang hukum. Misal, mengapa Jokowi tidak bisa keras dengan pelaku aksi teror dan radikalisme. Itu karena hukum yang tersedia memang menempatkan mereka itu sebagai kejahatan sipil. Jadi tidak mungkin dihadapi dengan cara kekerasan lewat kekuatan militer. 


Nah UU itu diubah dan diperbaiki. Tahu 2018 UU anti teror disahkan. Tetapi sampai sekarang belum ada Perpresnya. Karena ada keberatan dari DPR. Anggap pemerintah islamphobia. Kalau dipaksakan akan jadi masalah baru dari elite islam. Jokowi dan mega tidak berseteru dengan elite islam. Jadi terpaksa harus sabar sampai ada konsesus dari elite politik agar Perpres ini bisa efektif sehingga TNI bisa dilibatkan dalam operasi anti teror. Tapi bukan karena itu upaya menangkal radikalisme jadi lemah. Operasi intelijen terhadap kelompok radikalisme tetap dilakukan dengan sangat serius.  Sejak era Jokowi anggaran BIN naik 4 kali lipat. UU Ormas disahkan. UU ITE di revisi. Secara hukum sikap radikalisme itu sudah diantisipasi. 


Ada anggapan bahwa karena sikap lemah Jokowi itu akan membuat Indonesia dikalahkan oleh kaum radikalisme. Kita akan bernasip sama dengan Suriah, Mesir dan lainya ya seperi tragedi Arab Spring. Sebetulnya kalau kita pelajari, kasus arab spring itu terjadi bukan  bersumber karena intoleran atau radikalisme.  Penyebab atau pemicu utama karena krisis pangan. Harga gandung melambung dan pemerintah tidak bisa lagi menyangga harga sesuai dengan kemampuan rakyat. Saat itulah keresahan meluas. Resa lapar. Nah saat itulah dimanfaatkan oleh kelompok radikalisme dan proxy asing untuk merebut kekuasaan. Jadi radikalisme itu hanyalah penyedap rasa untuk meletusnya chaos sosial akibat krisis pangan. 


Jokowi tahu bahwa pangan itu sudah jadi alat politik bagi elite, di samping sebagai sumber rente juga sekaligus bargain politik terhada pemerintah. Makanya dengan cepat jokowi menunjuk Budi Waseso sebagai Ka Bulog. Dia tahu bahwa Buwas mantan Kabareskrim sangat hapal pemain mafia pangan dan tahun siapa elite politik dibalik sembilan naga. Tentu dia tahu menghadapi mereka. Jokowi memberikan kepercayaan penuh kepada Buwas. Kini Indonesia terlalu kuat untuk krisis pangan. Stok pangan dikuasai Bulog 8 bulan. Apa artinya chaos sosial karena agama itu tidak akan terjadi. Karena untuk melibatkan semua orang atau diatas 10% berontak perlu alasan kuat. Alasan yang takbisa dibantah adalah soal perut, bukan agama. Politisasi Agama itu hanya micin. Engga lebih.!


***


Proses dan dinamika politik yang terjadi tidak bisa lepas dari operasi intelijen yang rumit. Sehingga ada yang kena trap dan keselek bakiak. Ada yang tersenyum menikmati semua itu. Fenomena MRS tidak datang dengan sendirinya. Ini by design. Engga mungkin dilakukan oleh FPI sendiri, tanpa bantuan mesin partai dan logistik kuat. Mudah ditebak siapa di balik itu semua. Bisa  dilihat dari sikap mereka terhadap keterlibatan TNI menurunkan Baliho ini. Perhatikan sikap partai berikut ini. 


Yang jelas mendukung MRS dan menolak keterlibatan TNI adalah PKS,  Gerindra, Nasdem, PPP, PKB.  PKS berkomentar “Reformasi menempatkan TNI sebagai kekuatan pertahanan untuk menjaga kedaulatan wilayah NKRI. Tugas utamanya perang melawan musuh negara yang mengancam kedaulatan, kelompok sparatis, dan kekuatan asing yang mengancam. Sehingga mohon jangan sampai sikap, kata, dan tindakannya terjebak politik praktis menyangkut dinamika politik di dalam masyarakat,  Nasdem “ Aspek keamanan lingkungan itu domain aparat keamanan, bukan pertahanan. Urusan kriminal, itu urusan polisi. Soal baliho, itu urusan Satpol PP. Jadi mestinya, dalam hal ini, Satpol PP yang melakukan itu. 


Gerindra “ Rakyat Indonesia mencintai TNI. Kami tidak rela muruwah TNI turun karena urusan baliho. Urusan baliho itu urusan Satpol PP. Kalaupun ada pelanggaran hukum, itu urusan kepolisian, bukan TNI. TNI adalah tentara rakyat. Mari bersama kita jaga NKRI untuk tetap Jaya” 


Nah yang mendukung sikap TNI adalah Golkar, PDIP.  Golkar berkomentar terkesan normatif“ Apa yang diutarakan Pangdam Jaya sudah sesuai dengan aturan UU yang berlaku. Mereka tuh melanjutkan apa yang Panglima TNI ucapkan sebelumnya. Jadi ini sudah searah, dan juga ini menegakkan aturan UU. Jadi tidak ada yang dilanggar, justru ini menegakkan.” Sementara PDIP “ mendukung langkah TNI yang mencopot baliho Habib Rizieq Syihab. Dia menilai, TNI harus turun tangan ketika ada ancaman terhadap negara.”


Sementara PD bersikap dengan nada menyidir kepada pemerintah “  Kerterlibatan TNI itu menandakan bahwa negara sudah tidak mampu memainkan perannya sehingga harus menurunkan TNI untuk mencopoti spanduk Habib Rizieq" Apa yang menjadi sikap PD senada dengan Jusuf Kalla “ Kenapa ratusan ribu orang itu, kenapa dia tidak percayai DPR untuk berbicara? Kenapa tidak dipercaya partai-partai khususnya partai Islam? Untuk mewakili masyarakat itu. “ Namun sikap JK lebih kepada menyindir partai Islam yang gagal menjadi tokoh seperti MRS.


Kalau diperhatikan semua partai Islam berada dibalik fenomena MRS. Walau PKB dan PPP adalah teman koalisi PDIP tetapi tetap saja keluar watak aslinya yang tidak 100% mendukung Jokowi dan PDIP.  Bagi Jokowi dapat memaklumi ini. Secara politik mereka pantas kecewa dengan Jokowi. Kamu bayangin aja. Tadinya Sertifikasi Halal , dana haji , itu financial resource bagi elite ormas islam. Itu engga kecil loh. Itu sumber daya keuangan puluhan triliun. Sekarang sertifikasi halal dan dana haji diambil alih negara. Kebayang dech, sebelumnya mereka hidup senang dari patron tetapi sekarang itu pahit banget hidup. Artinya kekuatan politik memang didesain untuk memotong sumber daya keuangan elite ormas islam.


Gurita ekonomi dan Politik cendana itu masih sangat luas di Indonesia dan mereka berada di belakang elite Islam. Bambang Tri dicekal oleh kejaksaan. Ini operasi menyasar kemana mana. DPR sudah meratifikasi kerjasama dengan Swiss tahun ini untuk memburu money laundry. Saya dengar kabar beberapa pengusaha sudah mulai stress dengan sikap SMI menyentuh Bambang Tri itu. Kasus Jiwasraya itu keliatan sederhana. Tetapi sangat politis. Kasus Mayapada dan Bukopin itu juga langsung menyentuh ujung rahim elit senior partai. Beberapa eiite Partai tersangkut. Tetapi sengaja disandera secara politik.


Puncaknya adalah disahkannya UU Cipta Kerja. Disahkannya UU ini tidak mudah dan tidak ikhlas bagi anggota DPR. Ini yang dihantam adalah statusquo sistem birokrasi dan otonomi daerah yang selama ini sebagai sumber rente bagi elite partai. Tetapi karena segudang kasus elite yang di trade off  terpaksa UU ini disahkan DPR. Yang namanya engga ikhlas, tentu kapan saja bisa jadi masalah kalau ada kesempatan. Tetapi apa mau dikata. Itu sudah dikunci oleh PDIP. Ada PDIP man di jatung penegakan hukum; Kejaksaan agung, BIN, KPK , BPK. Mereka akan kawal itu dengan baik. Setiap gerakan, akan berujung kasus. Karena stok kasus di tangan mereka buaaanyak.

Apa tujuannya? agar politik tetaplah politik. Tidak tercemar oleh pengusaha rente. Proses politik adalah proses konstitusi tanpa tercemar politik identitas. Siapapun boleh tampil sebagai pemenang asalkan dia memang dicintai rakyat dan mampu. Ya seperti layaknya kerja profesional. Kedatangan MRS dengan segala riak, adalah trial and error sejauh mana pemerintah lead atas semua sumber daya. Tentu penyelesaian bijak akan bertumpu kepada rekonsiliasi. Bukan antara MRS dengan pemerintah. Tetapi antara sesama elite saja; Partai dan Ormas. Tentu rekonsiliasi untuk rakyat, bukan bagi bagi kavling sumber daya. Di sinilah peran TNI sebagai penyeimbang.


Jumat, 27 November 2020

Memilih Pemimpin menjelang Pilkada

 




Desember nanti akan ada pilkada serentak. Dalam sistem demokrasi, memang setiap calon punya hak melakukan kampanye sebagai bagian dari seni menjual. Ingat! Anda adalah pemegang saham negeri ini. Para pemimpin itu adalah petugas yang anda bayar untuk mengurus sistem pemeritahan. Jadi jangan anggap Pilkada itu hanya karena uang receh yang memaksa anda salah milih. Sekali anda salah memilih maka lima tahun dampak buruknya yang akan anda rasakan. Karena itu saya hanya ingin memberikan catatan dan arahan bagaimana menentukan pilihan. Mengapa? agar anda tidak terjebak dengan retorika politik di saat kampanye. Anda harus focus dengan standar yang anda tentukan dalam memilih.

 

Kalau ada pasangan calon kepada daerah entah itu gubernur atau bupati atau walikota, jangan terlalu percaya dengan janjinya. Mengapa ? karena apa yang dia katakan itu tidak bisa menabrak ketentuan UU dan hukum yang berlaku di Indonesia. Contoh, dia akan memberikan rumah murah dengan DP 0%. Itu jangan dianggap itu sebagai hadiah. Negara tidak memberikan gratis. Ada UU BI tentang syarat dan ketentuan mendapatkan fasilitas kredit rumah. Artinya kalau anda tidak memenuhi syarat, tidak mungkin dapatkan rumah murah. Soal janji Gubernur, tidak bisa anda tuntut. Itu salah anda sendiri. Kenapa bego.


Negara kita sudah punya program perumahan, pendidikan, jaminan sosial, dan lingkungan yang sehat. Itu tertuang dalam APBN sesuai degan program jangka pendek dan menengah. Setiap daerah dapat dana transfer dari pusat untuk itu. Daerah engga bisa mengubah seenaknya agenda pusat. Mengapa. Kalau mereka ubah, sistem perbendaharaan kita akan menolak pengeluaran anggaran. Pasti gagal. Jadi gubernur atau bupati atau walikota hanya kerja melaksanakan agenda negara.


Artinya, apapun cerita dalam kampanye soal ageda tersebut, tidak perlu didengar. Jadi apa patokan anda dalam memilih Pemimpin di daerah anda? pertama, anda harus kenal karakter calon pemimpin itu. Thanks berkat IT, dan sosial media, engga sulit untuk mengetahui rekam jejak siapapun. Mungkin informasi tentang mereka engga banyak di media sosial. Tetapi kan mereka ada keluarga. Nah liat sosial media keluarganya. Kalau akun keluarganya terindikasi hedonism atau radikal, ya jangan pilih. Karena keluarga menceriminkan karakter dia. Pilihlah pemimpin yang rendah hati. Karena dari rendah hati itu dia tahu menjaga kehormatannya.


Kedua, anda harus lihat visi dia. Itu bisa diliihat dari tulisanya di media sosial, media massa atau blog. Kemudian perhatikan kehidupan sehari harinya. Kalau latar belakangnya pengusaha, apakah usahanya berhubungan dengan rente atau APBN. Kalau ya, jangan pilih. Kalau usahanya pedagang atau pabrikan, perhatikan cara dia memasarkan produknya. Kalau dia mengandalkan seni marketing, itu artinya visinya bagus.. Kalau dia profesional maka perhatikan rekam jejaknya. Apakah profesinya menjadikan inspirasi orang banyak atau engga. Kalau hanya ngomong doang, engga usah dipilih.


Ketiga, anda harus tahu kapabilitas dan kapasitas dia. Artinya kalau dia tidak pernah sukses sebagai profesional, aktifias sosial, pengusaha, artinya dia tidak punya kapasitas dan kapabilitas. Jangan pilih. Mengapa? Karena menjadi pemimpin itu, harus punya ketrampilan memimpin. Itu tidak bisa hanya mengandalkan dari pendidikan. Dia harus punya skill solving problem dalam memimpin. Dalam setiap masalah, dia focus kepada hal yang konstruktif dan mengarahkan bawahannya agar emosi tetap terjadi secara positip, mengundang orang untuk mengambil langkah keyakinan melalui sepatah kata tentang apa yang mungkin , menciptakan sebuah inspirasi kolektif. 


Keempat, secara umum anda harus memahami siapa yang pantas jadi pemimpin. Mengapa ? “Kepemimpinan” selalu berkaitan dengan kualitas-kualitas tinggi dalam moral dan karakter, seperti visionary, empowering, authentic, resonant, heroic, transformational, dan puluhan ciri lain. Hal itu adalah hasil tempaan yang lama dan penuh jerih payah lewat dedikasi di dalam komunitas yang melahirkan nature kepemimpinan itu. Maka, kepemimpinan juga dilekatkan dengan ide-ide dan perbuatan-perbuatan besar dan cinta besar yang membawa perubahan, sekalipun harus lama bertekun, bergerak melawan arus, dan tak jarang berkorban untuk para pengikutnya.


Nah dengan memahami empat hal tersebut, anda bisa menentukan pilihan dengan cerdas. Ingat! dalam sistem demokrasi pemimpin hebat lahir dari rakyat yang hebat. Itu karena dia cerdas! Sebaliknya pemimpin pemimpi tanpa kinerja bagus, itu karena rakyatnya buruk dan juga doyan mimpi miskin kinerja.

Rabu, 11 November 2020

Jalan Panjang PDIP mengawal Pancasila dan NKRI

 


Pemilu tahun 1999 saya pilih Partai Keadilan. Namun sejak Pemilu tahun 2004 saya pilih PDIP sampai Pemilu 2019.  Pilihan saya kepada PDIP bukan karena cinta buta atau karena Megawati  anak Soekarno. Engga. Saya pelajari perjuangan mereka sejak era Soeharto dan  sikap konsisten Ibu Mega terhadap UUD 45 dan Pancasila lewat perjuangan demokrasi. Itu sangat menginspirasi. Puncaknya, ketika Sidang Umum MPR, PDIP jelas sebagai partai pemenang Pemilu dengan mengumpulkan suara 33% atau 1/3 anggota DPR adalah PDIP,  tapi dipecundangi oleh koalisi poros tengah di bawah komandan Amin Rais.


Di situ saya lihat sosok negarawan Mega. Dia tidak memburu kekuasaan. Demi NKRI, dia berdamai dengan kenyataan. Dengan wajah keibuan dia berbicara di mimbar MPR “ Anak anaku pulanglah. Dengar kata ibu kalian. Kita harus menerima ini. “ Andaikan ibu Mega berkeras. Massa PDIP yang euforia dalam kemenangan Pemilu akan berhadapan dengan massa Islam di bawah poros tengah. Mungkin jalan reformasi akan berdarah darah. Mega menerima dikalahkan secara demokrasi lewat MPR, dan dia menaruh hormat kepada Mas nya,  Gus Dur sebagai Presiden.  Amin Rais yang sukses menjatuhkan Mega di sidang MPR jadi ketua MPR.


Tahun 2004 Mega kalah dalam Pemilu. Partai Demokrat yang baru berdiri langsung jadi pemenang Pemilu. Pada saat itu Mega sangat kecewa dengan SBY. Itu ada alasan. Karena SBY menggunakan politisasi agama untuk mengalahkan PDIP. SBY sangat paham soal kelemahan PDIP ini. Karena hubungan pribadi antara keluarga Ibu Ani dengan keluarga IBu Mega sangat dekat. Ajudan pribadi Ibu Mega adalah adik Ibu Anie. SBY mendapat jabatan strategis sebagai meteri dan terakhir sebagai Menko Polkam. Dapat anugrah  bintang 4. Itu artinya Ibu Mega sangat percaya dengan SBY.


SBY menggunakan akses JK untuk menggalang masa umat islam diakar rumput. Saya hapal tokoh islam yang berada di ring 1 SBY. Karena salah  satunya adalah sahabat saya, yang juga pengurus NU.  Kampanye diakar rumput menyudutkan PDIP penuh dengan fitnah. Di setiap Masjid dakwah penuh dengan fitnah terhadap Mega. Akhir cerita. Bukan hanya suara PDIP yang tergerus. Suara partai islam lainnya seperti PPP, PAN, PKB ikut tergerus. Yang beruntung adalah dan Partai Demokrat (PD) dan tentu PKS. Karena PKS dapat dukungan dana dari Partai Demokrat. Maklum kekuatan akar rumput gerakan tarbiah menjadi mesin politik PD memenangkan SBS-JK sebagai presiden.


Reorganisasi PDIP dilakukan setelah kekalahan PDIP tahun 2004. 10 tahun PDIP sebagai oposisi menghadapi koalisi PD bersama partai islam. DI era SBY gerakan islam di bawah PKS mendapat angin buritan. Gerakan HTI berkembang. Saya tahu TNI juga engga suka dengan cara PD. Karena condong ke kanan. Keberadaan HRS berhadapan langsung dengan FPI/HRS juga tidak lepas dari dukungan TNI secara tidak langsung. Walau sempat dua kali masuk penjara namun dilepaskan lagi. PDIP selama 10 tahun itu tidak terlibat aksi kolosal sebagai oposisi. Namun kader PDIP diakar rumput ditugaskan selalu hadir bersama rakyat dalam kasus sengketa tanah dan lain lain. Tujuannya mengadvokasi rakyat mendapatkan keadilan. Dengan cara itu lambat namun pasti, PDIP berhasil merebut kembali hati rakyat. 


Di periode ke dua SBY, PKS juga mulai ikut arahan TNi agar menjaga jarak dengan PD. Namun karena itu presiden PKS masuk bui. Itu pukulan keras ke wajah PKS yang mengclaim partai dakwah. SBY senang. Namun dalam Munas 2009 PD memilih Anas Urbaningrum sebagai ketua Umum. Semua tahu Anas adalah kader HMI. Secara tidak langsung PD dikudeta oleh HMI. Politisasi islam kental sekali. Ini membuat TNI semakin menjaga jarak. Walau besan SBY Kasad namun secara kelembagaan TNI melaksanakan politik negara yaitu menjaga UUD 45 dan Pancasila. Akhir cerita kita semua tahu Anas berakhir karir politiknya di penjara.


Di periode ke dua SBY, hubungan TNI dan POLRI dengan PDIP semakin mesra. Karena Megawati konsisten melaksanakan UUD 45 dan Pancasila tanpa terjebak dengan Politisisasi Agama. Target PDIP mengalahkan PD di Pilgub DKI. Sukses. Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI dan wakilnya Ahok dari Geridra. Tahun 2014 adalah era PDIP yang didukung militansi kader PDIP di akar rumput menjadikan PDIP sebagai pemenang Pemilu.Tentu tanpa operasi intelijen TNI sulit akan menang. Apakah SBY tinggal diam? 


Pilgub DKI tahun 2016 sebetulnya PDIP tidak akan mencalonkan Ahok karena PDIP tahu lawannya adalah politisasi agama. Secara politik merugikan PDIP. Apalagi Ahok awalnya menolak ikut partai. Ahok memilih jalur independent. Jokowi bujuk Ahok bergabung ke  PDIP. Kalau akhirnya Mega menerima, itu juga dengan alasan nasionalisme yang harus dibelanya walau  beresiko.  Benarlah. Ahok dipolitisir dalam pilkada dengan tuduhan menodai agama islam. Siapa yang menggerakan itu? ya PD. Kalau AHY menang, maka politisasi agama yang menang. Namun di samping AHY ada juga lawan tanding yaitu Anies yang di design oleh JK dan dicalonkan oleh Geridra. Ahok dikalahkan lewat operasi intelijen agar Anies yang menang dan PDIP secara politik citranya aman terutama dari massa islam. Bayangkan kalau Ahok menang. itu akan membuat bersatunya Umat islam. Akan jadi gerakan apolicapse. Yang jadi taruhan adalah NKRI. 


Setelah PILKADA DKI , PDIP secara politik punya alasan untuk mendorong Jokowi mengeluarka PERPPU soal ormas. Akhirnya UU Ormas disahkan. HTI dibubarkan dan ormas islam yang tidak mengakui Pancasila, izinya dicabut. UU anti teror disahkan dengan melibatkan TNI dalam operasi intelijen. Dengan dua UU ini maka secara kelembagaan TNI dan POLRI punya legitimasi menghabisi gerakan radikalisme. Masalah terorisis sudah ditempatkan dalam perang. Secara politik, gerakan radikalisme tidak bisa lagi dimanfaatkan oleh Parpol. Namun karena sistem demokrasi tidak bisa melarang orang berpikir radikal demi agamanya, kecuali tindakannya. Nah ini tugas PDIP dan Jokowi untuk menggunakan sumber daya politik agar tidak sampai keputusan politik lewat UU itu justru jeopardise atas persatuan dan kesatuan.


Sikap saya memilih Jokowi tidak lepas dari dukungan saya kepada PDIP. Saya tahu kelemahan PDIP. Apa itu? politisasi agama. Sejak Jokowi jadi presiden, gerakan fitnah terhadap PDIP sangat sistematis. Itu dilakukan terutama oleh kelompok radikal dan punya dendam pribadi kepada Soekarno. Mereka ini jelas ex Masyumi, Darul islam Indonesia dan termasuk ex orba. Di era Jokowi gerakan islam walau tadinya segelintir namun semakin lama semakin besar. Mengapa ? Karena diongkosi oleh partai dan kelompok yang dendam kepada PDIP. Itu sebabnya dalam Pemilu 2019, PDIP memilih Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi. Itu cara bijak Megawati untuk menghapus stigma PDIP anti islam. Itupun tidak membuat Jokowi menang diatas 60%. Selisih suaranya hanya 11 % saja. Artinya potensi politisasi agama itu sangat significant sebagai sebuah kekuatan.


Dalam situasi ini, anda bisa bayangkan. Kalau Jokowi keras , akan semakin merugikan PDIP. Akan semakin kuat persatuan islam diakar rumput untuk menghabisi PDIP. Sementara PDIP itu perjuanganya adalah NKRI,  Pancasila, UUD 45. Poltik kebangsaan. Berseberangan dengan umat islam justru tidak mencerminkan dasar perjuangan PDIP sendiri. Secara UU jelas gerakan  radikalisme itu melawan negara. Namun masalahnya,  kaum radikal dan non radikal itu berbaur. Mereka menjadi invisible power, yang kapan saja bisa dimanfaatkan oleh Parpol untuk mendapaktan suara. Salah kelola akan menimbulkan konplik. 


Gerakan politisasi islam itu walau ada parpol berbasis Islam, namun akar rumputnya ada pada ormas. NU sudah established. Engga akan mudah diseret ke kanan dan ke kiri. Muhammadiah juga sama dengan NU walau orangnya kadang juga terlibat dalam politik praktis. Dengan demikian secara politik pancasila sudah aman. Namun membungkam umat islam walau hanya di bawah 10%, itu akan merugikan PDIP. Tahun 2004 Mega udah buktikan kekuatan 10% itu. Dia berpasangan dengan ketua NU Hashim Muzadi, justru kalah. HRS pulang itu adalah icon bahwa pemerintah tidak akan membungkam umat islam. Bahaya ? engga. Kenapa ? Gerakan ormas radikal di akar rumput sudah dipotong kakinya. Mereka tidak punya akar lagi.  Jumlah merekapun tidak lebih 10%. Keberadaan HRS justru memisahkan gerakan radikal dan formal. Ini akan lebih mudah bagi TNI dan POLRI bersikap dengan alasan konstitusi. Dampaknya ? Parpol yang ingin melakukan politisasi islam akan kehilangan akses kepada massanya. Pada akhirnya yang menang Pancasila. Siapapun yang menang tidak penting lagi.

Kamis, 05 November 2020

Racun populisme merusak AS.

 


Amerika itu suatu bangsa yang mayoritas penduduknya adalah ngekos. Mereka migran dari banyak negara dari beragam etnis. Yang penduduk asli etnis Indian malah terpinggirkan. Menjadi minoritas. Anda bisa bayangkan. AS memang kumpulan bonek. Mindset dasar sebagai petarung untuk survival sudah terbentuk ketika  mereka datang ke AS. Kemajuan AS dan akhirnya memimpin peradaban disegala bidang sekian dekade karena para pemimpinnya sangat mengenal karakter bangsanya. Pemerintah AS mengharamkan subsidi secara terprogram, namun menyediakan rumah singgah bagi orang miskin dan lapar. Ketergantungan negara mengongkosi jalannya pemerintahan 90% berasal dari rakyat. 


Karena karakter bangsa seperti itulah kreatifitas berkembang. Inovasi lahir dalam semangat berkompetisi. Sehingga negara itu besar karena lahirnya banyak para pionir yang mengambil resiko menjadikan hutan ,tambang sebagai sumber daya ekonomi. Mengambil resiko dalam bidang riset tekhnologi. Itu semua bukan karena program populis dan utopia dari pemerintah.Tetapi lahir dari prinsip ekonomi secara personal. Business as usual. Bukan semangat utopia tetapi semangat bertarung diatas ketidak pastian. Bahwa semua orang bisa sukses jadi apa saja. American dream! Itu ethos mereka.


Amerika berkali kali mengalami krisis dan selalu bisa keluar dari krisis. Bahkan AS semakin besar setelah itu. Krisis membuat mereka semakin dewasa sebagai bangsa. Semakin dewasa menyikapi ketidak pastian. Namun di abad 21, berangasur angsur generasi baru tampil. Nilai nilai lama seperti kreatifitas, visioner, pionir telah berubah menjadi mental too good to be true. Generasi AS sekarang menjadi generasi pengeluh dan berharap pemerintah jadi lampu aladin. Puncaknya di era Obama. Icon kekuatan pasar sebagai simbol masyarakat petarung dalam berkompetisi diruntuhkan. Pasar regulated diperkenalkan. Intervensi sosial diberlakukan. Akibatnya negara jadi korban oleh mereka yang malas dan rakus. 


AS sekarang percis seperti China di era Mao. Mental politik komunis  terbentuk dengan sendirinya walau secara retorika mereka membenci komunis. Trumps tampil di panggung politik dianggap gila oleh sebagian orang. Karena dia ingin mengembalikan lagi nilai nilai  lama mindset AS sebagai bangsa petarung. Stop segala intervensi sosial. Engga ada urusan dengan negara lain. Kalau inginkan pasar AS,  ya produksilah di AS. Kalau engga, bayarlah pajak impor tinggi. Trump tidak ingin perang dagang dengan  China. Jusru trumps mengundang China “ Datanglah ke AS. Investasilah, Produksilah. Dan juallah. Setelah itu bayarlah pajak.” Sederhana!


Tetapi karena Trumps lahir dari keluarga kaya, dia tidak paham bahasa empati secara politik untuk menyampaikan gagasanya itu. Sehingga terkesan Trumps arogan, idiot dan tidak rasional. Memang orang bermental bisnis itu terkesan  gila bagi komunitas yang sudah kena toxin populis. Dalam Pemilu kemarin, Rakyat AS memilih Biden  karena Biden menawarkan mindset populis. Kalau Biden menang, populisme menang. AS akan semakin jauh dari nilai nilai lamanya sebagai bangsa yang paling mandiri rakyatnya. Karena populis anti tesis dari kapitalisme. Ia melaksanakan logika sosialis. Trumps memang bukan pilihan yang bagus namun kemenangan Biden karena populisme, itu jauh lebih buruk.