Jumat, 17 Januari 2020

Machiavellianisme




Bahwa politik dan moral merupakan dua hal yang tidak memiliki korelasi dalam bentuk apapun. Artinya orang bebas menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan politiknya, termasuk bila harus berbohong atau berdrama agar orang percaya. Alasannya,kalau orang berpolitik menggunakan moral, pasti gagal. Demikian kayakinan Niccolò Machiavelli , seorang  filsuf Florentine.  Walau Muhammad adalah rasul bagi Agama Islam dan Yesus bagi agama kristen, yang mengajarkan cinta dan kasih sayang. Namun seorang Machiavelli lebih dari seorang Nabi bagi kebanyakan politisi yang sukses.


Mereka berpaham Apa itu ? pembohong. Jangan buru buru anda beranggapan negatif. Individu yang bertabiat Machiavellianisme sebenarnya memiliki kemampuan penalaran yang unggul,  yang memungkinkan mereka  mempabrikasi kebohongan dan mempublikasikannya terus menerus,  sehingga kebohongan itu menjadi persepsi tentang kebenaran. 


Kalau anda kritik dia, maka dia akan dengar secara seksama. Bukan ingin memperbaiki diri tetapi untuk menyerang anda balik. Menyerang itu bisa dalam bentuk membujuk, memeras atau mengancam, menghabisi. Bahkan dia bisa lakukan itu kepada jaksa, hakim dan polisi. Misal, kalau anda politisi dia akan cari kesalahan anda dan aparat hukum akan ancam anda.  Kalau ada influencer yang tidak bisa dibeli, dia akan gunakan sumber daya untuk tebas akun sosial media anda dan beli para pimpinan media agar takedown penampilan anda disetiap acara.


Pada periode pertama Jokowi, dituduh Machiavellian  oleh sebagian orang. Namun tidak terbukti diterapkannnya. Karena dia tidak menjawab masalah dengan retorika tetapi dengan kerja keras.  Janji politik bagi Jokowi adalah sebuah ide, yang juga menjadi obsesi dari sebuah niat baik karena Tuhan. Dan itu dia perjuangkan untuk mencapainya. Kalau ada orang tidak puas karena belum bersua kenyataan secara ideal , dia bisa menerimanya, tanpa ada niat dia membela diri. Tidak reaktif dan tidak berusaha membalasnya dengan cara cara Machiavellian


Namun pada periode ke dua, dia sudah menjelma menjadi seorang Machiavelli. Dia berubah. Tak lagi berpolitik dengan hati nurani dan rasa malu. Secara kejiwaan, orang yang mampu berbohong tanpa ada rasa bersalah dan dilakukan terus menerus, itu karena dia cerdas. Dan mereka para follower nya  adalah mereka  yang bisa saja disebut Machiavellianisme atau berpaham Machiavelli. Ya mungkin itu cara dia bisa meneruskan kekuasaan dalam bentuk shadow power. Entahlah..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.