Jumat, 17 Januari 2020

Kiev, Ukraina.

Kyiv Boryspil International  Airpot
Saya tiga kali ke Kiev. Semua dalam rangka perjalanan bisnis. Bukan khusus wisata. Kali pertama, ada pengalaman yang bikin stress. Kepergian mendadak. Tanpa rencana. Karena saya harus bertemu dengan Pejabat Ukraina untuk suatu bisnis counter Trade. Teman di Beijing yang mengatur keberangkatan. “ Engga usah pakai visa segala. Saya punya koneksi di Kiev yang bisa atur. “ Katanya. Saya sempat ragu. Apa iya? Tetapi ketika terima ticket pesawat Beijing-Kiev saya lega. Logika, kalau tidak ada perlakuan khusus tidak mungkin saya dapat ticket tanpa visa. Akhirnya saya terbang juga ke Kiev dengan Korean Airline.  Tetapi sampai di Kyiv Boryspil International Airport, di gate imigrasi saya dilarang keluar. Karena tidak ada visa. Passport saya ditahan. Saya  mulai panik. Padahal teman saya di Beijing bilang akan ada orang yang atur saya bisa lolos dari gate imigrasi. Nyatanya tidak ada yang mencari saya. Berkali kali saya telp teman saya di Beijing, tidak ada jawaban. Telpnya off. Mungkin lagi meeting atau apa. Yang jelas saya panik. Kemungkinan saya akan dideportasi.

Setelah menunggu 8 jam. Saya dipanggil petugas imigrasi. Katanya ada orang yang mau bertemu saya. Teryata seorang wanita. Dia menyalami saya dengan hangat. Minta maaf terlambat. Karena boss nya yang seharusnya menjemput saya,  sedang dalam perjalanan ke St Peterborough. Hanya lima menit urusan imigrasi selesai. Benar. Ini negara masih belum bagus sistemnya. Jadi wajar bila segala sesuatu bisa diatur asalkan ada uang. 

pemandangan dari jendela Ukraina Hotel
Dengan kendaraan yang dia setir sendiri membawa saya ke Ukraine Hotel.  Sampai di Hotel jam 7 malam. Saya hanya istirahat dan bersantai. Karena relasi saya baru kembali dari St Peterborough keesokan harinya. Wanita itu mengajak saya makan malam di Restoran Korea yang ada di hotel itu. Karena cuaca malam sangat dingin  7 derajat celcius. Kami memutuskan pergi ke Spa yang tersedia di Hotel. Sambil bersantai menikmati suasana lounge spa yang penuh hospitality.

Paginya setelah breakfast wanita itu datang lagi ke Hotel. Dia akan menemani saya killing time sambil menanti boss nya datang. Saya putuskan untuk menjelajah kota tua Kiev. Kiev itu terbelah oleh sungai Dnieper, yang memisahkan kota tua dan kota modern. Kota tua tidak disentuh modernisasi. Bahkan dirawat dengan baik sebagai kota wisata. Dari sinilah sumber pendapatan terbesar Kiev. Menurut saya Gubernur nya smart. Karena tahu percis akan sejarah Kiev. Seni dan arsitektur dari Kiev dianggap harta dunia. Banyak seniman penyair dan penulis terkenal terinspirasi tentang Kiev.

Jembatan sungai Dnieper
Saya tertarik menjelajah kota tua ini karena didorong rasa ingin tahu. Bagaimanapun saya ingin melihat jejak kota Tua Kiev yang pernah di bawah kekuasaan Kesultanan Turki Ustmani, Sultan Sulaiman Agung pada abad 16 dan 17.  Sejarah Islam di Ukraina tidak bisa dipisahkan dengan eksitensi Tatar Krimea. Mereka terdiri dari keturunan Turki dan non Turki yang sudah menetap di Eropa Timur pada awal abad ke-7. Mereka mendirikan Crimean Khanate di Ukraina selatan pada abad ke-15. Khanate kehilangan kedaulatannya dan jatuh di bawah Kesultanan Turki Ustamani. Kemudian memberikan otonomi khusus kepada penguasa lokal. 

Dari abad ke-15 hingga ke-18, Tatar Krimea sering menyerbu wilayah Slavia Timur untuk mendapatkan budak. Setidaknya sekitar tiga juta orang  Ukraina, jadi budak. Umumya para wanita Ukraina diperdagangkan. Maklum wanita Ukrainan memang cantik. Setelah perang Rusia-Turki diakhir Abad ke-18 Khanate berhasil direbut oleh Tsar Rusia. Pada saat Khanate dicaplok oleh Rusia, ibukotanya Bakhchysarai memiliki setidaknya 18 masjid bersama dengan beberapa madrasah. Namun, Kekaisaran Rusia mengubah masjid jadi Katedral. 160.000 muslim Tatar  terpaksa meninggalkan Krimea. Kini islam di Ukraina hanya 0,9 % saja dari total populasi, umumnya bermahzab Sunni.

Saya ayunkan langkah bersama teman wanita itu. Di kiri kanan jalan dipenuhi dengan bangunan-bangunan berusia berabad-abad, Kota tua Kiev memang mempesona dengan sejarah dan arsitekturnya. Yang menarik adalah bangunan katedral yang dihiasi oleh kubah-kubah yang berkilauan.  Wanita yang mendampingi saya tidak begitu tertarik dengan keliling kota ini. Apalagi saya lebih memilih jalan kaki. Namun setiap pertanyaan saya tentang sejarah bangunan dia dapat dengan lancar menceritakannya. 

Biara Kubah Emas St. Michael sungguh spektakuler, sebuah karya besar Bizantium dan Barok dengan beberapa kubah besar berlapis emas. Bangunan asli di situs ini dibangun pada abad ke-12. Di Era kekuasaan Turki Ustmani, kubah kubah diatasnya ada Icon bulan sabit sebagai tanda masjid. Belakangan  setelah Turki Ustmani runtuh, dikembalikan sesuai fungsi awalnya yaitu sebagai Katedral. Kemudian direkontruksi dan selesai tahun 2000. Di dalamnya ada koleksi mosaik dan lukisan dinding yang indah. Di seberang biara adalah Katedral Saint-Sophia, konstruksi yang dimulai pada paruh pertama abad ke-11. Ini adalah katedral tertua di kota tua. Sangat mempersona dengan 12 kubah dan koleksi seni religius mewah di dalamnya. Di era kekuasaan Ustamani, Katedral Saint-Sophia berfungsi sebagai masjid.


Photo dilatar St. Michael
Ada lebih banyak arsitektur bersejarah untuk dijelajahi di Kota tua Kiev. Berjalan menyusuri Yaroslaviv Val Street, dipagari dengan rumah-rumah petak tua yang dibangun pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Rumah rumah itu berubah fungsi jadi restoran, pub, dan kafe. Banyak wanita cantik  meramaikan kafe. Umumnya usia mereka masih muda. Di Ukraina memang prostitusi tertinggi di Eropa, bahkan di dunia. Saya sempatkan mampir ke Mykhailivska Street, salah satu jalan paling kuno di kota tua Kiev dan ke Golden Gate, gerbang kota berbenteng yang sejak abad ke-11 sampai kini tetap exist. Menarik banyak wisatawan asing.

Kota Tua jakarta, kumuh
Lamunan saya jauh ke jakarta. Ketika itu tahun 2010. Mengapa Jakarta tidak merawat kota Tua yang ada, dan menjadikan itu sebagai objek wisata berkelas. Tentu akan menambah pendapatan bagi Pemrof. Tahun 2013 era Jokowi, Kota Tua di design sebagai objek wista. Era Ahok kota Tua dibenahi. Sudah nampak geliat yang menyenangkan. Karena tidak ada lagi kesan kumuh seperti era sebelumnya. Tapi era Abas, kota tua dibiarkan tumbuh liar tidak tertata. Kembali kumuh dipadati oleh pedagang kaki lima. Benar benar hancur kota bersejarah itu ditangan Abas. Padahal kota Tua itu harta karun bagi DKI untuk mendatangkan sumber devisa wisata berkelas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.